9 bulan kemudian.
Embun memijit pelipisnya yang terasa sakit.
Selalu begini, sudah 9 bulan ini ia merasakan sakit dikepalanya setiap melihat ulah para wanita dari masa lalu suaminya.Sudah 9 bulan ini, Embun melihat bagaimana usaha para wanita itu untuk menghancurkan rumah tangganya.
Mulai dari foto, video hingga mengajak Embun untuk bertemu langsung.
Kesakitan ini sudah membuat Embun jenuh dan menyerah.
Yah! Menyerah.
Ia ingin sekali menyerah.
Ia ingin sekali kembali ke Jakarta dan berkumpul dengan keluarganya.
Meninggalkan Andrei.Salahkan Embun?
Ia hanya seorang wanita biasa yang mempunyai batas kesabaran, rasa cemburu dan sakit hati.
Meskipun ia tahu kalau Andrei tidak pernah tergoda dengan segala bujuk rayu wanita-wanita itu.
Tapi tetap saja Embun merasa khawatir.
Bagaimana pun juga, Andrei adalah seorang pria biasa yang memiliki gairah. Pria mana yang bisa tahan jika kerap kali disuguhi berbagai macam godaan?
Astaga! Pria macam apa Andrei dulunya? Kenapa begitu banyak wanita cantik yang masih mengejarnya sampai sekarang?
"Embun?" Suara seorang pria membuyarkan lamunan wanita itu.
Ia terkesiap dan melihat sosok pria tua berambut putih tengah berdiri diambang pintu sambil menyunggikan senyuman.
"Kakek Bart?"
Kakek Bart langsung melangkah masuk dan memeluk cucu menantunya itu.
"Hello dear." Sapa kakek Bart.
Embun membalas pelukan pria itu.
Sampai sekarang ia masih merasa tak enak hati jika mengingat perlakuannya pada kakek Bart saat kali pertama bertemu."How are you today?"
"I am fine, thank you."
Kakek Bart tersenyum. "And my little champ?" Tanya kakek Bart sambil melirik kearah perut Embun yang membuncit.
Embun tertawa ringan. "Healthy."
Kakek Bart ikut senang mendengarnya. Beliau mengajak Embun menghampiri sofa dan duduk. "Did Andrei made something wrong?"
Embun terkesiap mendengar pertanyaan itu. Kakek Bart memang terlihat seperti pria tua yang kejam, namun sebenarnya hatinya sangat baik. Perhatiannya pada Embun sangat besar.
Membuat Embun merasakan kasih sayang seorang kakek yang tak pernah dikenalnya."Did Andrei make you cry?"
Embun tersenyum mendengarnya. Lalu menggeleng.
"So? What is the problem, dear?"
"I just miss my parents."
Kakek Bart tersenyum. "Then, go and see them."
Embun meringis mendengarnya. Andai saja semudah itu.
Andrei telah memegang paspornya. Dan Embun tak akan bisa kemana-mana tanpa sepengetahuannya.Dasar licik! Batin Embun geram.
"Andrei won't allowed me."
"Why?"
"Your grandson is..." Embun memotong kalimatnya sendiri lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghentikannya dengan kasar. "Your grandson is a selfish man. He won't let me out from Moskow."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Morning Dew
RandomKetika keperawanan harus dikorbankan demi sebuah keluarga. Cerita Embun Pagi dan cobaan yang dihadapinya.