Bel istirahat pun berbunyi. Sebagian murid menghabiskan waktu istirahat mereka dengan makan siang, entah itu di kelas, maupun di kantin.
Akashi bangkit dari duduknya, tapi ia langsung dicekal oleh seseorang, "Akashi-kun, aku tau kau lapar. Ini, aku sudah siapkan bento special untukmu," Rose meletakkan kotak makannya di meja Akashi sambil tersenyum ceria.
Sayup-sayup terdengar bisikan iblis (?) Dari teman-teman sekelas Akashi saat melihat Rose masuk ke kelasnya tanpa memiliki rasa malu.
Akashi memandang gadis gila itu dengan tatapan sinis, "kau tidak meletakkan racun di dalamnya kan?"
"Astaga.... Akashi-kun, wanita mana sih yang mau meracuni pria yang ia taksir?" Rose memanyunkan bibirnya.
"Mungkin saja kalau wanitanya itu kau," ucap Akashi sedikit ketus, tapi malah membuat senyuman Rose merekah dengan indahnya.
"Aku pergi dulu ya, Akashi-kun! Jaa~" Rose langsung kabur ke luar kelas Akashi.
"Jangan berlari di lorong! Rose!" Teriak Akashi geram.
"I love you, Akashi-kuuunnn!!" Balas Rose dengan suara yang tak kalah kencangnya dengan Akashi.
Akashi menancapkan guntingnya di meja, "dasar... gadis itu..." Akashi mencengkram guntingnya dengan kuat. "Awas saja kalau makanan ini merusak pencernaanku, ku gunting seluruh rambutnya sampai botak," Akashi meletakkan guntingnya, lalu mulai membuka bento pemberian Rose.
Awalnya Akashi enggan untuk memakannya, tapi setelah satu suapan berhasil masuk ke dalam mulut Akashi, ia tidak ragu-ragu lagi menyantapnya. Lumayan, pikir Akashi.
Saat Akashi sedang menikmati makan siangnya, tiba-tiba ada seorang gadis berparas cantik menghampiri Akashi, "su-sumimasen, Akashi-kun..."
Akashi mendongakkan kepalanya, "nani?"
"Kau yakin memakan itu?"
"Memangnya kenapa?"
"Anoo... aku hanya takut kalau makanan itu tidak higienis."
"Tenang saja Shiraishi-san, kalau besok terjadi sesuatu padaku, gadis itu akan menerima akibatnya."
"Tapi kau yakin tetap memakan itu?"
Akashi mengangguk kecil, "ya, pergilah."
Dengan wajah tertunduk lesu, Shiraishi pergi meninggalkan Akashi yang masih sibuk dengan makan siangnya.
Di sisi lain, Rose sedang menikmati makan siangnya di kantin yang khusus dibuat untuk murid kelas F. Kalau kalian mengira suasana kantin akan ricuh karena semua pelanggannya itu anak-anak buangan Rakuzan, tapi nyatanya mereka tertib dan agak sedikit ramai.
"Yo! Rose!" Pria bersurai silver merangkul bahu Rose sambil tersenyum jahil, "sekarang ganti profesi jadi pengantar makanan untuk tuan muda Akashi? Hah?" Goda pria itu yang membuat gelak tawa teman-teman yang makan berasama Rose menjadi pecah.
"Apa sih Touya-kun... cepatlah habiskan makananmu!" Ketus Rose.
"Uuu... galak sekali," Touya tersenyum tipis sambil mencubit pipi Rose gemas.
Melihat tingkah Touya barusan, membuat para gadis menjadi riuh. Sebagian besar dari mereka iri dengan Rose, karena cewek itu bisa sedekat ini dengan Touya
Walaupun masuk ke kelas yang sama dengan Rose - kelas F, Touya mempunyai pesona tersendiri. Dia terlihat seperti pangeran berambut silver yang nyasar ke kelas F."Ayolah Touya-kun, aku mau makan, aku lapar," kata Rose yang terdengar seperti orang putus asa. Sepertinya ia sedang benar-benar malas meladeni candaan Touya.
Touya langsung menyentil kening Rose. Sepertinya gadis itu mengulangi kebiasaan buruknya.
"Aw! Sshhh..." Rose mengusap-usap keningnya yang terasa sakit. "Touya!" Bentak Rose.
Touya hanya tersenyum simpul menanggapi bentakan Rose.
Rose akhirnya hanya mampu mendengus sebal melihat tingkah Touya. Sangat sulit untuk marah pada Touya yang memiliki wajah yang menenangkan seperti itu.
***
Sepulanh sekolah, Rose langsung berlari ke kelas Akashi. Ia tau kalau Akashi sudah tidak ada di kelasnya, karena Rose sudah hafal betul gerak-gerik Akashi. Pria itu tidak akan berada lama-lama di kelas kalau tidak ada sesuatu yang sangat penting. Biasalah... orang sibuk.
Betapa terkejutnya Rose, saat mendapati Akashi masih berada di kelasnya. Tapi ia kelihatan sudah akan pergi, "eh? Akashi-kun? Kau tidak latihan?" Rose memasuki ruang kelas Akashi.
Akashi melemparkan kotak makan Rose dan gadis itu menangkapnya dengan mulus, "untuk ukuran pemula, masakanmu lumayan," Akashi berjalan mendekati Rose. Ditepuknya pundak gadis itu, "tapi jangan sia-sia kan hidupmu untuk melakukan semua ini," Akashi kembali melanjutkan langkahnya.
"Tidak akan sia-sia!" Ungkap Rose dengan suara agak keras, mengakibatkan langkah Akashi terhenti. "Tidak akan sia-sia jika aku melakukan semuanya dengan tulus. Aku tidak meminta kau untuk menanggapi ku atau menghargaiku," hening sejenak.
"Sudahlah Akashi-kun, aku pulang dulu," Rose memutar badannya dan melangkah keluar. Mungkin karena terburu-buru, Rose tak sengaja menabrak bahu Akashi. Membuat pria itu geram.
Akashi memandang punggung Rose dengan tatapan tajam. Sebenarnya dia itu gila, atau memiliki kepribadian ganda sih? Tanya Akashi dalam hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
FanfictionYang aku mau, cuman kamu. Ya, hanya kamu. Aku tidak mau yang lain. Yang ku butuhkan hanya kamu seorang, Akashi Seijurou. Bisakah kau, melihatku sebagai seorang gadis? Bukan sebagai orang aneh yang biasanya kau lihat. Tidak bisakah kau mengabaikan ap...