ENAM BELAS

1.6K 117 29
                                    

"Tentu aku akan merebutnya lagi darimu. Jika kau hanya bisa menyakiti hatinya."

"Itu tidak akan pernah terjadi. Sesuatu yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah aku lepaskan."

***

Pemakaman hari itu berlangsung cukup sunyi. Hanya beberapa orang saja yang mendatangi pemakaman Hikari. Mungkin karena berita tentang Hikari termasuk kedalam pembunuh berantai itu, jadi yang datang ke pemakamannya hanya sedikit.

Rose yang seharusnya senang karena kejadian ini malah menangis hingga matanya bengkak. Gadis itu malah terlihat paling sedih diantara sahabat-shabat Hikari yang menhadiri penghormatan terakhirnya.

Touya menepuk pundak Rose, "sudahlah Rose, tidak ada gunanya kamu menangisi kepergiannya."

"Tapi karena aku... dia..."

"Sudahlah, tangisanmu juga tidak akan mengubah keadaan," ucap Touya sambil mengelus pundak sahabatnya. Akhirnya Rose hanya mengangguk mengiyakan.

Langit terlihat sangat gelap, sepertinya hujan telah siap untuk turun dengan derasnya sebentar lagi.

"Rose," panggil sebuah suara yang membuat kepala Rose yang sejak tadi hanya menunduk akhirnya terangkat.

"Ayo!" Perintah Akashi dengan tegasnya.

Rose mengerutkan keningnya, "hah? Mau kemana?"

Akashi meraih tangan Rose, "sudah jangan banyak tanya," saat ingin menarik tangan Rose, gadis itu menahannya.

"Tunggu dulu Akashi-kun, kau tidak lihat kalau sebentar lagi hujan?" Rose menunjuk ke arah langit, "dan maaf, aku tidak bisa ikut denganmu. Aku harus-"

"Pergilah," Touya memotong ucapan Rose yang membuat gadis itu heran bukan main.

"Tapi Touya-"

"Aku yakin, ada hal penting yang mau dibicarakan olehnya," ucap Touya sambil tersenyum. "Sudah sana," didorongnya punggung Rose hingga menyebabkan tubuh kecilnya menabrak tubuh Akashi.

"Telepone aku nanti malam, oke?" Touya mengedipkan sebelah matanya lalu melangkah pergi sebelum mendapat tanggapan dari keduanya.

Saat berjalan ke mobilnya, Touya senyum-senyum tidak jelas. Sepertinya ia sengaja menggoda Akashi.

Rose hanya bisa menandangi kepergian Touya dengan perasaan yang bercampur aduk. Entahlah bagaimana mendeskripsikannya perasaan yang dirasakan Rose saat ini. Semuanya terlalu rumit.

Melihat Rose hanya diam saja sambil memandangi kepergian Touya, Akashi akhirnya memutuskan untuk menarik tangan Rose dengan lembut menuju mobilnya.

"Ano... Akashi-kun... kita mau kemana?" Tanya Rose.

"Bicara," jawaban yang keluar dari mulit Akashi semakin membuat Rose mengerutkan keningnya. "Masuk!" perintah Akashi setelah pintu mobilnya terbuka.

"Antar kami ke rumah gadis ini," ucap Akashi setelah menutup pintu mobilnya.

Sang sopir mengangguk dengan patuh, "baik tuan muda."

Sepanjang perjalanan, suasananya sangat sunyi. Bahkan tidak ada suara radio atau musik sedikit pun di dalam mobil ini. Membuat suasana di sekitar menjadi kaku dan canggung.

Perlahan-lahan tetesan air hujan mulai turun membasahi jalan, dan tetesan hujan itu semakin deras saat Akashi sudah sampai di tempat biasa Rose turun dari bus.

"Kita sudah sampai tuan muda."

"Toda-san, apa kau bawa payung?" Tanya Akashi.

"Bawa tuan muda, tapi hanya ada satu tuan muda," jawab si supir.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang