TUJUH

1.2K 118 15
                                    

Sepulang sekolah, Rose menghampiri Akashi. Saat berjalan menuju kelas Akashi, Rose mendapat pandangan sinis saat berjalan di lorong khusus kelas A.

"Lihat, itu Rose," bisik seseorang.

"Ku dengar dia yang mencoba membunuh Anata-san," balas seseorang.

"Dia juga yang mencelakai Yuta kan? Kau tahu, gara-gara dia, tangan kanan Yuta patah, dan Yuta mengalami gagar otak-" tiba-tiba Rose merasa suara bisikan disekitarnya tidak terdengar lagi.

"Jangan didengar," bisik Akashi tepat di telinga Rose. Ternyata Akshi yang menutup telinga Rose dengan tangannya.

Rose hanya mengangguk menanggapi perintah Akashi. Ia tahu betul tabiat Akashi yang tidak suka dibantah.

Setelah melihat Rose mengangguk, Akashi menurunkan tangannya dan menggenggam tangan kiri Rose, "ayo pulang," ajak Akashi.

"Em," Rose mengangguk.

Selama perjalanan pulang, Rose hanya diam saja, begitu pula dengan Akashi. Mereka larut dengan pikiran mereka masing-masing. "Akashi-kun, berhenti disitu saja," Rose menunjuk halte bus yang jaraknya masih cukup jauh dari mereka.

Akashi menoleh pada Rose dengan pandangan mata yang dingin menatap langsung ke manik mata coklat Rose yang saat ini terlihat sedikit kosong, "kenapa berhenti disana? Aku akan mengantarmu sampai depan rumahmu," ucap Akashi mutlak tanpa mau mendengar penolakan lebih jauh dari Rose.

"Karena mobilmu tidak akan muat masuk ke jalan rumahku, Akashi-sama..." Rose mendengus sebal. Biasanya Rose akan menggoda Akashi karena sifat absolutnya yang tidak mau ditentang itu, tapi hari ini dia benar-benar kehilangan seleranya untuk menggoda Akashi.

"Hentikan mobilnya di depan halte itu," perintah Akashi pada supir pribadinya.

"Baik, Akashi-sama," supir itu langsung menghentikan mobilnya di depan halte yang ditunjuk Rose tadi.

Baru saja Rose ingin mengucapkan terima kasih, Akashi sudah keluar dari mobilnya terlebih dahulu. Tak lama kemudian, pintu disebelah Rose terbuka, "mau sampai kapan kau berdiam diri seperti itu, hum? Ayo turun."

"Loh, memangnya kamu mau mengantarku sampai rumah beneran?" Rose sedikit heran dengan tingkah Akashi saat ini. Memangnya pria itu mau bercapek-capek ria berjalan ke rumahnya? Seorang Akashi? Yang biasa dilayani dengan segala fasilitas dan kemewahan mau kerumahnya? DENGAN BEJALAN KAKI!? Pemikiran-pemikiran itu terus menari-nari di kepalanya

Akashi berdecak sebal melihat Rose hanya memandanginya saja, "ck! Ayo!" ditariknya tangan Rose hingga gadis itu keluar dari mobil mewahnya. "Tunjukkan jalan rumahmu," ucap Akashi sambil menggenggam erat tangan Rose.

Ternyata jalan ke rumah Rose itu melewati gang kecil yang letaknya tidak jauh dari halte bus tempat mereka berhenti. Setelah melewati gang kecil yang hanya muat dilewati dua orang, akhirnya di ujung gang mereka kembali ke jalan yang cukup luas. Selama perjalanan Rose hanya diam saja, pikirannya sibuk berkelana pada masalah yang hari ini menimpanya. Begitu banyak dan begitu rumit.

Akashi memandangi wajah Rose. Menurutnya, gadis itu cukup cantik, tidak bahkan dia terlalu cantik untuk ukuran gadis yang harus dijadikan sampah Rakuzan. Ia heran, mengapa sekolah seelit Rakuzan harus melakukan diskriminasi pada mereka yang tidak pandai? Bahkan untuk orang seperti Rose yang menurutnya sangat cerdas (walau tidak secerdas dirinya) tetap masuk ke kelas F.

Sebenarnya di hati kecil Akashi, ia merasa kasihan dengan gadis itu. Ia dengar, Rose tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan kecil. Kehidupannya sangat sulit. Ia bahkan harus mengambil kerja part-time untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangan tanya kenapa Akashi bisa tahu semua itu. Karena sebenarnya Akashi sudah diam-diam mencari informasi mengenai Rose yang ternyata memiliki nama asli Kasumi Kimiko.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang