SEMBILAN

1.1K 101 12
                                    

Hal yang paling tak diduga oleh Rose adalah, seorang Akashi Seijurou akan mengajaknya ke rumahnya. Atau lebih tepat disebut mansion? Karena bangunan ini terlalu luas, mewah dan megah untuk disebut rumah.

"Sudah cukup kagumnya? Ayo turun," ajak Akashi dengan wajah datarnya yang membuat Rose sedikit mengerutkan keningnya, kenapa wajahnya datar sekali? Pikirnya. Ahh... iya, sebelum ini kan ekspresinya memang datar dan dingin seperti itu. Seharusnya aku tidak usah heran lagi.

Selama berjalan di mansion milik Akashi, pria itu tidak melepaskan genggaman tangannya pada Rose, seolah-olah ia takut kalau gadis itu bisa hilang di dalam mansionnya yang kelewat luas ini.

"Akashi-kun?" Panggil Rose.

"Bisakah kau panggil aku Sei?" Pinta Akashi yang lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Mendadak wajah Rose memerah, "tidak mau!" Rose memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia sendiri tidak paham, kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi pribadi yang lain? Padahal biasanya Rose tidak pernah malu-malu seperti ini terhadap seseorang. Atau mungkin, sebenarnya sifat aslinya adalah tsundere?

Membayangkan kalau dirinya adalah seorang tsundere saja sudah membuat Rose menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak. Tidak. Aku tidak tsundere, tolak Rose dalam hati.

Tiba-tiba saja Akashi menghentikan langkahnya saat mereka tiba di sebuah pintu besar dengan ukiran mewah, "ada apa?" Tanya Akashi sambil meneliti seluk beluk ekspresi Rose.

"Hah?" Pertanyaan dari Akashi membuat Rose bingung. Kenapa malah dia yang bertanya? Batin Rose.

"Kenapa kau diam saja, padahal kalau kau punya kesempatan seperti ini, kau pasti akan langsung menikamku," Akashi tertawa kecil, sepertinya ia sedang membayangkan apa yang ia ucapkan.

Melihat Akashi yang sedang tertawa seperti ini membuat Rose tidak bisa memalingkan pandangannya kemana-mana, seolah-olah tawa kecil Akashi itu adalah sebuah sihir yang amat dahsyat yang mampu membuat Rose terpana akan ketampanannya. Bagi Rose, Akashi Seijurou itu seperti sebuah sihir dan ilusi yang tidak akan pernah ia dapat. Terlalu indah, terlalu menawan, dan terlalu sempurna untuk Rose yang bukan siapa-siapa ini.

Melihat Rose diam hanya memperhatikannya membuat Akashi menghentikan tawanya dan digantikan oleh senyuman yang mampu menyejukkan hati setiap orang yang melihatnya. Entah mengapa ia bisa tersenyum seperti itu lagi. Padahal seingatnya senyuman yang seperti ini hanya keluar saat almarhum ibunya masih ada.

Belaian Akashi di kepala Rose membuat gadis itu sadar kalau sejak tadi ia hanya memperhatikan Akashi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Segera ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Akashi tidak berhenti membelai rambut panjang Rose, "jangan palingkan pandanganmu lagi saat denganku. Aku tidak suka itu," walau cara pengucapan Akashi terdengar sangat lembut, nada absolut nya masih tidak bisa ditutupi.

Rose langsung menepis tangan Akashi, "memangnya siapa kau, berani-beraninya mengaturku?" Ketus Rose.

"Aku? Aku Akashi Seijuro. Aku ini absolut, dan aku tidak suka dibantah," ucap Akashi sambil membelai rambut Rose lalu mencium beberapa helai rambut yang ada di tangannya.

Perlakuan manis dari Akashi tentu mampu menimbulkan rasa yang meledak-ledak di jantung Rose. Selain rasa geli yang ia rasakan di perutnya, debaran jantungnya pun terasa semakin kuat dan cepat. Rose bahkan tidak sanggup membalas ucapan Akashi karena perlakuannya yang sangat manis.

"Cepatlah masuk. Mandilah, dan istirahatkan dirimu didalam," ucap Akashi dengan lembut. "Jika kau butuh aku, aku ada di ruangan sebelah."

Sebelum Akashi melangkah terlalu jauh, Rose meraih tangan Akashi untuk bertanya sesuatu, "ini kamar siapa? Memangnya aku boleh menggunakannya?"

"Itu kamarku," Akashi mengubah arahnya sejenak untuk membukakan pintu kamarnya, "ayo masuk. Kau harus membersihkan dirimu sebelum istirahat," ucap Akashi. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri untuk membelai rambut panjang Rose. Sepertinya hal yang paling disukai Akashi pada Rose adalah rambut coklat panjangnya yang terasa sangat halus bila disentuh. Sensasi itu membuatnya teringat dengan ibunya yang memiliki rambut panjang dan halus.

***

Setelah selesai membersihkan badannya yang terasa lengket dan sedikit bau anyir karena darah, Rose sedikit mengerutkan alisnya saat melihat beberapa baju yang ada di ranjang mewah Akashi. Ada sebuah mini dress yang manis, ada kaos polos dengan celana jeans panjang, dan ada jaket hitam. Rose memilih kaos biasa dengan celana jeans panjang untuk membuatnya nyaman.

Saat ingin naik ke atas kasur, Rose teringat dengan ponselnya yang ia letakkan di dalam tas sekolah. "Oh iya, dimana tasku ya?" Gumam Rose pada dirinya sendiri sambil mencoba mencari tasnya ke penjuru ruangan. Sejauh ini pencariannya hanya sanggup menemukan ponsel butut miliknya yang terletak di atas meja kerja yang ada di kamar itu, "ck! Kemana sih tasnya?" Keluh Rose yang terlihat mulai kesal sendiri karena benda yang dicarinya tak kunjung ketemu juga.

"Apa aku tanya Akashi saja ya?" Rose berpikir sejenak, apa ia harus ke ruang sebelah ya? Tapi memikirkan blazernya yang penuh dengan bercak darah itu membuat Rose memberanikan dirinya bertanya pada Akashi, "oke Rose, kau harus bisa," Rose mencoba untuk mengatur nafas dan detak jantungnya yang mulai tak beraturan. Baru saja Rose ingin meraih knop pintu, Rose langsung melangkah mundur beberapa langkah, "aduh... kenapa jadi gugup begini sih!?" Rutuk Rose pada dirinya sendiri, "ayolah Rose... biasanya juga tidak apa-apa, kenapa mendadak jadi gugup begini sih? Dia itu cuman Akashi, oke?" Rose berusaha memasukkan berbagai macam sugesti kedalam otaknya, tapi tetap saja, dia tidak bisa keluar kamar ini, jantungnya terlalu berisik, dan itu membuat pikirannya kacau.

"Ah, ya sudahlah, aku menyerah," putus Rose pada akhirnya ia memilih merebahkan dirinya di ranjang besar milik Akashi. Saat ini Rose bisa merasakan aroma tubuh Akashi yang sangat lembut namun masih terasa maskulin.

Rose mencoba menyamankan posisi tidurnya, tapi entah mengapa ia merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya. Rpse langsung bangkit dari tidurnya dan melihat benda apa yang mengganggu tidurnya.

Kalung? Batin Rose. Kalau dilihat dari bentuk kalungnya sih, Rose hafal betul dengan bentuk kalung ini, tapi kenapa kalung ini ada disini? Dan satu hal lagi yang membuat kening Rose berkerut, kenapa ada kertas yang melilit di kalung ini? Tanpa banyak bicara lagi, Rose langsung membuka simpul kertas itu dan ternyata di kertas itu ada sebuah tulisan yang membuat Rose kembali mengerutkan keningnya, seperti mu, indah namun menyakitkan. Saat membaca deretan kalimat itu, mendadak perasaan Rose jadi tidak enak.

Tok! Tok! Tok! Mendadak Rose dikagetkan oleh suara ketukan pintu yang membuatnya langsung menyembunyikan kalung itu di dalam saku jaketnya, "maaf nona, tuan muda menyuruh nona untuk ke ruangannya," ucap maid itu dengan sopan.

"Oh, ah, iya," jawab Rose sedikit gugup. Setelah melihat maid itu sudah benar-benar pergi, Rose bisa bernafas lega.

***

Konichiwa mina-san!! ^-^
Ogenki desu ka?

Bagaimana nih UAS nya? Bagus-bagus gak?
Yang masih UAS, semangat ya... ^-^
Alfi postingnya dikit dulu, oke? Yang lainnya akan menyusul, mungkin Sabtu atau Minggu, tapi gak janji juga :v #PHP

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang