LIMA BELAS

968 84 2
                                    

Setelah luka-luka Rose diobati, Rose pergi ke ruangan tempat Touya dirawat. "Hai..." sapa Rose sambil mulai melangkah masuk ke ruangan Touya.

Touya tersenyum saat Rose mulai berjalan mendekatinya, "bagaimana?" Tanya Rose saat gadis itu sudah berada di sebelah ranjang rumah sakit yang ditempati Touya.

"Sudah baikan. Besok aku sudah boleh pulang."

Rose mencibir ucapan Touya, "kau pasti memaksa untuk segera pulang kan?" Tuduh Rose.

Touya hanya tersenyum sambil mengatakan, "kau mengenalku sudah berapa tahun sih Rose.. aku itu tidak suka bau rumah sakit. Berada lama-lama disini bisa membuatku semakin sakit," keluh Touya.

"Tapi... kau harus janji ya, kau harus istirahat total," ancam Rose.

Touya tersenyum, "iya... iya... kalau kau sudah berkata seperti itu, aku bisa apa?" Sebenarnya disela-sela rasa sakitnya, Touya merasa bahagia. Bahagia karena akhirnya seluruh perhatian Rose yang dulu -saat belum mengenal Akashi- akhirnya jatuh lagi kepadanya. Touya jelas-jelas merasa bahagia akan perhatian Rose. Tapi walaupun begitu, Touya merasa kalau ia tidak akan bisa memiliki Rose sampai kapan pun, selama ada Akashi.

Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu menghentikan obrolan Rose dan Touya yang terlihat sedang seru-serunya.

Melihat Rose tersenyum sesenang itu karena pria lain, membuat Akashi geram bukan main. Tapi mengingat keadaan Touya yang sedang seperti itu, Akashi jadi harus menahan amarahnya sejenak. Setidaknya ia harus menjauhkan Rose daro Touya, "Rose," panggil Akashi.

"Apa?"

"Bisa keluar sebentar? Ada yang harus ku bicarakan dengan Shimizu," pinta Akashi yang justru malah terdengar seperti sebuah perintah tegas di telinga Rose.

"Iya... iya... dasar bawel," keluh Rose sambil berjalan meninggalkan mereka berdua.

Saat pintu ruangan Touya ditutup, pria itu langsung bertanya pada Akashi, "ada apa?" Tanya Touya yang sepertinya tidak begitu senang berbasa-basi dengan Akashi.

"Hikari Naomi, meninggal. Aku harap kau dan Rose mau menghadiri pemakamannya," ucap Akashi dengan suaranya yang datar.

"Hanya itu?"

"Dan jangan buat Rose menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Hikari. Itu bukan salahnya. Itu saja yang ingin kusampaikan," setelah mengucapkan kalimat itu, Akashi langsung membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan ruangan Touya.

"Tunggu," suara Touya langsung menghentikan langkah Akashi, "ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Akhirnya Akashi membalikkan badannya lagi untuk menhadap Touya.

"Kenapa harus aku yang menyampaikan itu pada Rose? Kenapa tidak sampaikan sendiri?" Ucapan Touya barusan berhasil membungkam seorang Akashi Seijuro. "Lagi pula, bila aku yang mengatakannya juga, itu tidak akan ada gunanya. Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri."

Akashi melipat kedua tangannya di depan dada, "kau sampaikan saja dulu padanya, masalah itu, kau tidak usah ikut campur."

"Justru aku harus ikut campur," Akashi langsung melemparkan tatapan mematikannya pada Touya, "karena Rose merupakan bagian berarti dalam hidupku. Jika kau berani-beraninya melukai hatinya sedikit saja, aku tidak akan tinggal diam."

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan terhadapku?" Cemoh Akashi.

"Membunuhmu mungkin? Lagi pula aku pernah melakukannya," ucap Touya dengan entengnya.

Bukannya merasa ngeri, Akashi malah tersenyum kecut, "kau pikir aku akan tertipu gosip murahan yang tersebar di sekolahan?"

Touya juga ikut tersenyum kecut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Akashi, "maafkan diriku yang sudah melupakan siapa dirimi, tuan muda Akashi yang terhormat."

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang