DUA BELAS

938 108 13
                                    

Rose akhirnya berhasil masuk ke hotel tua itu melalui jendela yang ternyata sudah rusak. Jendela ini bahkan bisa dipasang dan dilepas seenaknya tanpa memikirkan akan menimbulkan suara yang aneh.

Sekarang gadis itu sedang mengedarkan pandangannya di sebuah ruangan yang sangat besar dan gelap.

Kalau diperhitungkan dari jumblah ruangan yang ada disini sih, Rose tidak mungkin memeriksanya semua dengan cara memasukinya satu persatu. Pasti akan sangat membuang-buang waktunya. Sedangkan waktu yang ia miliki tinggal 40 menit lagi.

"Berpikir Rose... berpikir..." gumam Rose pada dirinya sendiri, "dimana kau akan menyembunyikan tawananmu?" Rose terdiam beberapa saat sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Oh iya, ruangan bawah tanah," gumam Rose, mencoba untuk bergerak cepat, tapi tidak menimbulkan suara, karena suasana di gedung ini sangat sunyi. Suara sekecil apapun akan terdengar keras.

Akhirnya setelah berkeliling sepuluh menit dengan gerakan yang sangat diperhitungkan, Rose akhirnya menemukan pintu menuju ruang bawah tanah. Tidak, tidak... bukan basement, tapi benar-benar ruangan bawah tanah yang gelap dan lembab.

Tap! Tap! Tap! Rose sepertimendengar langkah kaki seseorang yang sedang menuju ke arahnya. Karena bingung harus pergi kemana? Akhirnya Rose segera masuk dan menuruni beberapa anak tangga hingga ia menemukan ruangan pertama yang paling dekat dengan tangga.

Deg! Deg! Deg! Degup jantung Rose berdetak lima kali lebih kencang saat mendengar pintu ruang bawah tanah dibuka. Suara langkah kakinya begitu menggema si seluruh ruang bawah tanah yang sunyi. Rose bahkan sempat menahan nafasnya karena takut kalau suara nafasnya dapat terdengar oleh orang tersebut.

Tap! Tap! Tap! Suara langkahnya terdengar semakin kencang. Tap! Mendadak suasana di sekitar Rose menjadi sunyi kembali. Seolah tidak ada sesuatu yang pernah datang kemari.

Apa orang itu sudah pergi ya? Batin Rose. Ia mencoba untuk memberanikan dirinya dengan cara mengintip keadaan yang ada di luar sana melalui lubang kunci yang terdapat pada pintu yang ada di belakangnya.

Tidak ada siapa-siapa. Sepertinya aman.

Secara perlahan Rose membuka pintu tempat persembunyiannya, dia mengedarkan pandangannya ke sekitar melalui celah kecil yang ia buat, lalu setelah merasa keadaan benar-benar aman, Rose membuka lebar pintu itu dan keluar dari tempat persembunyiannya, "aneh, sepertinya tadi aku mendengar suara langkah kaki, kenapa tidak ada siapa-siapa ya disini?" Rose berguma pada dirinya sendiri.

"Ah ya sudahlah, tidak usah dipusingkan, lebih baik aku segera menyelamatkan Touya," dengan cepat, Rose memeriksa beberapa ruangan yang menurutnya menjadi tempat tersekapnya Touya.

"Ck! Tidak ada," Rose mulai menggeram frustasi karena sejak tadi ia tidak menemukan Touya di dalam ruangan-ruangan yang ia lewati.

Sebenarnya apa tujuan pemilik hotel ini sih? Kenapa ia membuat banyak ruangan di bawah tanah seperti ini, menyulitkanku saja, batin Rose.

Saat Rose melewati sebuah ruangan, Rose mendengar seperti ada suara orang terbatuk-batuk di balik pintu itu. Mungkinkah..? Pikir Rose. Tangannya terulur dan membuka pintu ruangan itu secara perlahan.

Begitu terkejutnya Rose saat melihat keadaan sahabatnya dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Di bibir Touya terlihat darah kering yang cukup banyak. Sepertinya pria itu menerima pukulan cukup banyak di perutnya hingga membuatnya sempat muntah darah. Tapi Touya bukanlah pria lemah yang dengan mudah dikalahkan. Pasti mereka mengenakan cara kotor untuk melukai Touya.

Melihat keadaan Touya yang sangat mengenaskan, gadis itu segera berlari menghambur ke pelukan Touya, "akh!" Pekik Touya saat Rose memeluk tubuh pria itu.

"Ada apa Touya?" Rose segera melepas pelukannya dan menatap wajah Touya dengan wajah khawatir.

Touya hanya tersenyum sambil berucap, "tidak apa, hanya saja jangan peluk aku seperti tadi ya? Akan sangat menyedihkan bila kau memelukku di ruangan yang jelek seperti ini," Touya tertawa renyah yang membuat rasa khawatir Rose perlahan menghilang dan digantikan oleh sebuah senyuman tipis, "dasar kau, disaat-saat seperti ini masih saja sempat bercanda," cibir Rose.

"Habis, mukamu terlihat sangat tegang."

"Baka, itu karena aku mencemaskanmu," ucap Rose sedikit sebal.

"Wah... wah... wah... ternyata Rose benar-benar mencemaskan pangerannya ya...?" Ucap sebuah suara yang terdengar sedikit mengejek.

Karena terkejut, Rose langsung membalikkan tubuhnya, "k-kau..." desis Rose seolah tidak percaya dengan penglihatannya.

"Ya, ini aku Rose. Ada apa? Merasa terkejut?" Ucap pria itu disertai senyuman miringnya yang terlihat sangat mengerikan, "atau merasa terhianati?"

CIEEE KEPOOOO~~ CIEEE YANG PADA KEPOOOO~~~!!!

HWAHAHAHA!!! kabur dulu ah... sebelum ditimpukin sama readers-cchi xD

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang