TIGA

1.4K 129 17
                                    

Aku mencoba menggunakan beberapa kalimat dalam bahasa inggris, semoga bahasanya tidak kacau :v

Keesokan paginya, untuk ke sekian dan sekian kalinya, Rose datang terlambat ke sekolah. Dan disinilah ia sekarang. Di ruang kesiswaan bersama Erick-sensei, guru bahasa Inggris SMA Rakuzan yang kebetulan adalah keturunan asli orang inggris.

"Why you always comes late to school," omel Erick-sensei.

"Sensei kan bisa pakai bahasa Jepang, kenapa ngomong sama saya pakai bahasa Inggris?" Rose membuang pandangannya ke arah lain, "hargain dong sensei, sensei itu lagi ada di Jepang, jadi gunakanlah bahasa Jepang yang baik dan benar," entah mengapa malah sekarang Rose yang mengomeli sensei nya.

"Oke!" Erick-sensei mendelik kesal pada Rose. "Sekarang apa lagi alasanmu, Rose?"

"Tidak ada. Aku hanya kesiangan. Aku tidur kemalaman dan bangun terlalu pagi," jawan Rose enteng.

Brak! Erick-sensei memukulkan penggaris kayunya di meja di depan Rose. "Seharusnya kamu memberi alasan yang bagus kepada saya agar kamu tidak saya hukum!" Bentak Erick-sensei.

"Untuk apa sensei? Pencitraan?" Rose memutar bola matanya dengan malas, "sorry, saya bukan tipe orang seperti itu."

"Kenapa setiap kali saya tanyakan alasanmu telat, kau selalu menjawab seperti ini!?" Sepertinya Rose kembali membuat guru ini marah sampai ke ubun-ubun. Entah ini sudah keberapa kalinya?

"Karena itu kenyataannya."

Erick memandang anak muridnya yang ajaib ini dengan penuh amarah. Andai ia tidak termasuk orang-orang jenius, Erick pasti sudah membuang murid ini jauh-jauh dari Rakuzan. Sayangnya, anak songong ini adalah peraih juara kedua seangkatannya. Tentunya, juara pertamanya adalah Akashi Seijurou.

Erick mengambil buku tebal yang ada di dalam tas nya, "baca ini! Ringkas isi buku ini di folio!" Perintah Erick-sensei dengan mutlak dan sedikit frustasi. Ia benar-benar lelah menghadapi Rose. Dalam waktu satu minggu, ia bisa bertemu dengan Rose di ruang kesiswaan ini 3 atau 4 kali.

"Buku filsafat? Apa-apaan nih, sensei? Kok isinya bahasa inggris semua sih?" Keluh Rose.

"Biar pikiranmu sedikit terang," jawab Erick asal.

"Lah, memangnya selama ini pikiran saya suram apa?"

"Ya! Sesuram masa depanmu kalau kau tidak mau berubah menjadi murid teladan!"

Rose mencibir omongan Erick. "Terus, ringkasannya saya buat dalam bahasa inggris atau jepang?"

"Dua-duanya!" Bentak Erick. "Cepat selesaikan. Saya mau mengajar dulu di kelas 2-A. Awas ya kalau sampai kamu kabur sebelum menyelesaikan tugasmu!" Ancamnya.

Rose langsung memberi hormat ala tentara, "Hai! Sensei!" Rose tersenyum lebar. "Sensei, titip salam ya, buat Akashi," Rose nyengir seperti kuda.

"Ck! Dasar! Cepat selesaikan! Lalu berikan pada saya," Erick langsung meninggalkan Rose di ruang kesiswaan sendirian.

"Hah... dasar Erick-sensei. Selalu saja menghukumku dengan berbagai macam buku yang tebalnya gak kira-kira," keluh Rose. Demi apapun, ia paling benci membaca buku setebal ini. Ia lebih baik mendengarkan celotehan gurunya yang membosankan dari pada membaca buku filsafat setebal ini.

Awalnya Rose memang merasa sebal dengan Erick sensei, tapi sebuah ide jenius (yang mungkin menurut orang normal itu adalah ide gila), Rose langsung membuka buku kutukan (?) Itu dengan semangat, lalu mulai membacanya dengan cepat. Setelah selesai membacanya, Rose langsung menuliskannya dalam bahasa Iggris dan Jepang sekaligus. Ia hanya menuliskan sebagian kata yang menurutnya penting, tapi semua isi di buku ini adalah penting! Jadi bagaimana ia harus meringkasnya? Yah... hanya dia, Tuhan dan Erick-sensei lah yang tau.

"Be the good, because God loves the goodness." Jadilah orang baik, karena tuhan menyukai kebaikan.

Mendadak tangannya berhenti setelah menulis kalimat terakhir. "Jadi orang baik?" Rose tersenyum meremehkan, "kalimat bodoh. Sebaiknya aku segera memberikannya pada guru menyebalkan itu. Sebelum jamnya habis di kelas 2-A," Rose bergegas merapikan alat tulisnya, lalu membawa folio hasil ringkasannya bersama buku kutukan tersebut ke kelas 2-A.

Sreeekk! "Sensei! I'm finished!" Brak! Rose meletakkan buku besarnya beserta hasil ringkasannya di meja guru kelas 2-A dengan sekali gebrakan.

"Good Mornig~ Akashi-kun!" Sapa Rose dengan ceria, setelah itu ia bergegas keluar dari kelas 2-A, tapi mendadak langkahnya terhenti karena seseorang menarik kerah belakang seragamnya.

"Mau kemana kau?" Tanya Erick-sensei.

"Mau ke kelas saya lah sensei. Masa saya mau terus-terusan disini?" Sahut Rose sedikit sewot.

"Bacakan beberapa baris paling bawah tulisan ini!" Perintah Erick-sensei.

"Disini, sensei?" Tanya Rose.

"Ya."

"Sekarang?"

"Tahun depan!" Bentaknya. "Sekarang!"

"Ohh..." Rose mengambil hasil rangkumannya lagi, lalu mulai membacakan beberapa kalimat filsafat di depan kelas Akashi.

"Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun in the good times." Jadilah dinding yang kuat ketika masa-masa sulit. Jadilah matahari yang tersenyum, ketika masa-masa indah.

"Honesty is the currency of wherever you are." Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimanapun anda berada.

"Don't blame your past, because the past will never change." Jangan menyalahkan masa lalu anda, karena masa lalu tidak akan pernah berubah.

"Sudah sensei," Rose mengembalikan folionya.

"Satu lagi yang ketinggalan," ucap Erick-sensei, "Be the good, because God loves the goodness," ujar Erick. "Jadilah orang baik, karena tuhan menyukai kebaikan," Erick-sensei sengaja menekankan kalimat terakhirnya sambil memandang Rose.

"Kenapa? Sensei sedang menyindir saya?" Tanya Rose.

"Ya, maka dari itu, berubahlah menjadi murid yang baik agar kau bisa masuk kelas A," tegas Erick-sensei.

"Tidak sensei, terima kasih banyak atas tawarannya, tapi saya tidak menginginkan menjadi manusia yang munafik seperti mereka," Rose langsung mendapat tatapan horor dari seluruh murid 2-A, "kecuali Akashi-kun, dia tidak munafik," ekspresi dingin yang Rose tunjukkan tadi berubah drastis menjadi ceria saat menyebutkan nama Akashi.

"Sudah ya sensei, saya mau kembali ke kelas saya," mohon Rose dengan suara yang agak dilembutkan.

"Orang sepertimu untuk apa kembali ke kelas? Sebaiknya kau kembali ke komplotan mafiamu sana! Jangan kembali lagi ke sekolah ini. Kau merusak nama Rakuzan saja," olok seorang pria yang mejanya berada tepat di depan Rose.

"Justru yang merusak nama Rakuzan itu murid sepertimu, dude. Jaga peringkatmu agar tetap di bawahku, karena kau, tidak akan pernah bisa melampauiku," Rose melayangkan senyuman miringnya yang lebih terlihat seperti senyuman iblis.

Pria itu langsung bangkiy dari duduknya dan mencengkram kerah Rose, "kau bicara apa barusan!?"

"Tetaplah berada di bawahku, dasar pecundang," bisik Rose dengan suara tajam yang menusuk.

Saat sebuah kepalan tangan ingin mendarat di wajah Rose, gadis itu dengan sigap menangkis pukulan tersebut, "cih, tenagamu saja seperti banci," cibir Rose lalu menghempaskan tangan pria itu dan mendorongnya hingga jatuh terduduk di kursinya.

"Kembalilah, aku ingin melanjutkan kelasku," ucap Erick-sensei dengan suara agak lembut.

"Dari tadi saya juga mau kembali sensei, permisi," Rose langsung keluar dari kelas 2-A.

Sampai detik ini, Akashi tidak mengerti jalan pikiran gadis itu. Saat ia ingin menolongnya, gadis itu malah menangkis pukulan itu dengan mudah, malah menahannya dengan satu tangan saja. "Pasti rasanya sakit," guman Akashi tanpa sadar. Entah mengapa, mendadak ia sedikit mengkhawatirkan gadis gila itu. Sedikit. Ingat, hanya sedikit.

Well, Akashi, apa tsundere virus sudah menyebar sengan sangat cepat, huh?

Ku rasa, karena kau kebanyakan main sama si lumut, kau jadi ikut tsundere :D

(Jujur, aku gak ngerti ngetik apaan pas zaman dulu 😅)

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang