Malam harinya, Rose masih memikirkan soal tulisan yang terdapat di potongan kertas tadi, seperti mu, indah namun menyakitkan.
Cklek! Suara pintu terbuka itu menyadarkan Rose dari lamunannya, "A-Akashi-kun?"
"Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?"
"Ngapain kamu kesini!?" Ketus Rose.
"Tentu saja untuk tidur. Ini kan kamarku," ucap Akashi sambil membaringkan tubuhnya di sebelah Rose, otomatis Rose langsung turun dari ranjang mewah itu, tapi Akashi langsung menghentikan gerakan Rose dengan cara mencengkram lengannya, "mau kemana?" Tanya Akashi dengan wajah polos tapi nada suaranya penuh akan tuntutan.
Rose berusa melepaskan cengkraman Akashi, tapi tenaga yang ia miliki tidak sebanding dengan tenaga yang Rose miliki, "apaan sih Akashi-kun!? Lepaskan!" Omel Rose.
"Kutanya sekali lagi, kau mau kemana?"
"Ya tentu saja pergi dari ruangan ini, kau mau tidur kan, Akashi?" Dengus Rose sebal.
"Kenapa tidak disini saja? Kau juga mau tidur kan?"
Mendengar jawaban polos dari mulut Akashi, membuat wajah Rose sukses memerah, "IIHHH! Apaan sih Akashi!" Omel Rose yang kali ini berhasil lolos dari Akashi, karena pria itu sudah tidak mencengkram lengannya dengan kuat. "Ish! Menyebalkan! Rutuk Rose sambil berjalan entah kemana. Sedari tadi ia terus melangkahkan kakinya kemanapun yang ia inginkan, walau ia tidak tahu akan berakhir dimana dirinya nanti.
Rose berhenti di taman belakang rumah Akashi yang luas dan terkesan sangat indah bila terlihat saat malam hari. Sinar rembulan dan beberapa lampu jalan yang cahayanya tidak terlalu kuat itu membuat perasaan Rose perlahan damai. Aroma dedaunan dan tanah yang membuat pikirannya tenang.
Rose menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, "hufftt... segarnya..." ucap Rose sambil melipat kedua tangannya di depan dada, matanya menelusuri setiap pemandangan yang ada di hadapannya, tiba-tiba Rose tertarik dengan sesuatu yang berada di ujung sana, "bunga mawar," gumam Rose sambil berjalan menuju tanaman bunga mawar itu.
Rose tersenyum senang saat berada di depan tanaman bunga mawar merah yang menarik perhatiannya, "kirei..." gumamnya sambil mengelus helaian kelopak bunga mawar, "aw!" Pekiknya saat merasakan sesuatu menusuk jarinya, saat Rose mendekatkan jarinya ke wajahnya, ternyata jari telunjuknya berdarah, ah ini pasti karena duri pada mawar ini. Bunga ini memang cantik, tapi menjadi sangat berbahaya karena durinya yang tajam. Bahkan duri-duri itu dapat melukainya.
Mendadak Rose terdiam dengan pemikirannya sendiri, tunggu dulu. Bunga mawar? Berbahaya? Melukai? Rasa sakit? Menyakitkan.
Rose seperti sadar akan sesuatu. Pasti ini ada hubungannya dengan kertas kecil yang ada di kalung itu. Rose mencoba mencari sesuatu diantara tanaman bunga berduri itu. Ia sudah tidak memikirkan lagi jika duri-duri itu dapat melukainya dengan mudah. Ia yakin, pasti ada sesuatu yang bisa ia temukan disini.
Kedua tangan Rose sudah terasa perih, duri-duri mawar itu sepertinya sudah melukai tangannya, dan membuat goresan cukup banyak disana. Sesaat Rose seperti meraba sesuatu yang tidak terasa seperti tanah, dengan sigap Rose menarik benda tersebut. Ternyata itu map. Ya, sebuah map coklat dengan tali di tengahnya yang membuat map itu tertutup rapat.
Tanpa pikir banyak lagi, Rose langsung membuka map tersebut dan mengeluarkan isinya dengan cara menumpahkan semua isi amplop itu ke tanah.
Ternyata isi amplop itu adalah beberapa foto yang semakin membuat Rose tidak mengerti. Gambar yang diambil pun tidak jelas apa objek utamanya, tapi kalau mau dibilang ini adalah foto asal-asalan yang diambil oleh seseorang pun, rasanya nustahil, karena yang pertama, Rose menenukan petujuk yang melilit pada kalung, yang kedua, petunjuk itu jelas-jelas mengarahkannya pada bunga berduri ini , dan diantara tajamnya batang bunga mawar, Rose menemukan amplop coklat berisikan tiga buah foto.
Dari ketiga foto tersebut, hanya satu yang objeknya paling jelas. Sebuah poster film yang kabarnya sedang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Rose tahu betul kalau film itu baru akan diliris esok hari, dan bioskop-bioskop di Jepang akan serentak menayangkannya pada tanggal 4 Oktober 2015, berarti tepat esok hari.
Rose mencoba meneliti objek gambar lainnya, tapi tetap saja ia merasa tidak menemukan jawaban yang pasti, semua hanya seperti berisi dugaan-dugaan tanpa ada bukti yang kuat, tapi saat Rose membalikkan foto poster film itu, ternyata di baliknya ada sebuah tulisan.
Tongkat sudah ditancapkan.
Bukan untuk orang lemah dia ada.
Hanya orang yang kuat, yang akan berkuasa.Maka bila malam itu tiba,
Tidak akan ada yang tersisa.Rose mencoba menyusun kalimat misteri yang terselip di dalam rangkaian kata itu.
"To-Bu-Ha, bukan. To-di-u, bukan," berkali-kali Rose menggumamkan kalimat yang tidak jelas, bahkan ia sampai melipat-lipat kertas itu supaya bisa membaca maksud dari surat tersebut.
Rose menghembuskan nafasnya lelah, saat ia ingin menyerah, tiba-tiba matanya nembaca sebuah kalimat yang berhasil membuatnya membelalakkan matanya,
Tongkat sudah ditancapkan.
Bukan untuk orang lemah dia ada.
Hanya orang yang kuat, yang akan berkuasa.Maka bila malam itu tiba,
Tidak akan ada yang tersisa.Bait pertama pada kalimat itu jika dibaca secara menyerong, kata yang terbaca adalah tongkat, untuk, dan yang. Jika diambil dua huruf didepannya akan membentuk kata To-Un-Ya, tapi Rose yakin kalau bukan itu maksud kata sebenarnya, tapi maksud kata sebenarnya adalah To-U-Ya. Ya, Touya sahabatnya. Dan kata pada bait kedua bila dibaca huruf depannya saja akan membentuk kata Ma-Ti.
Touya mati. TOUYA MATI! Seru Rose dalam hati.
Jangan-jangan arti dari perasaannya yang tidak enak sejak tadi itu karena hal ini. Pembunuh itu, pasti sekarang sedang mengincar Touya. Kalau tidak, kenapa kalung itu bisa ia temukan di atas ranjang Akashi bersama dengan kertas yang melilit di rantainya.
Ini gawat, batin Rose. "Aku tidak bisa membiarkan orang itu melukai Touya, tidak bisa, tidak boleh," rancau Rose tidak jelas sambil merapikan foto-foto itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop, lalu dengan segera ia berlari masuk ke dalam mansion Akashi, berusaha mencari tempat yang lebih nyaman dan aman untuk mengetahui apa yang sedang direncanakan pembunuh tersebut. Yang jelas, hal ini tidak boleh sampai diketahui oleh Akashi. Ia tidak ingin psikopat gila itu melukai Akashi juga. Cukup Touya saja yang membuatnya frustasi akan masalah ini, jangan sampai lebih banyak lagi orang yang terlibat didalam dendam orang ini.
Oke, ini pendek banget :v tapi dari pada gak sama sekali :v
Ini ngetik kebut kilat, sumpah.Maafkan Alfi #peace
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
FanfictionYang aku mau, cuman kamu. Ya, hanya kamu. Aku tidak mau yang lain. Yang ku butuhkan hanya kamu seorang, Akashi Seijurou. Bisakah kau, melihatku sebagai seorang gadis? Bukan sebagai orang aneh yang biasanya kau lihat. Tidak bisakah kau mengabaikan ap...