-----------------------------------
BUGH
Suara gedebum lumayan keras mengusik ketenangan tidur Agatha. Disusul dengan teriakan cempreng khas seorang cewek. "AAAAW"
"Woy, masih pagi. Jangan rese dong." Agatha berkata ditengah tidurnya yang terganggu. Matanya setengah terbuka dan ucapannya pun tidak jelas.
"Anjir, Vio lo kenapa?" Mendengar teriakan Freya yang menyebut nama Vio, mata Agatha terbuka seketika. Sepertinya, Vio dalam keadaan genting.
Agatha turun dari ranjang dengan keadaan setengah sadar karena masih mengantuk, lalu menghampiri Freya yang berada di sisi tempat tidur yang lain.Tak lama kemudian, Joana menyusul. Kesadaran Agatha melonjak menjadi 100%, dan seketika tawa Agatha dan Joana terdengar begitu mereka melihat Vio berada di lantai dengan posisi yang enggak banget—jidat menempel dilantai dengan posisi tubuh seperti korban tabrak lari. Lain halnya dengan Freya yang terlihat hanya menahan senyum.
"Hahaha lo kenapa Vi?" Agatha terlihat bahagia melihat sahabatnya dalam posisi seperti itu.
Vio duduk di lantai dengan susah payah. Sembari tangan kanannya mengusap-usap jidat yang terlihat berwarna keunguan. "Jatoh lah, begok! Aduh.. pala gue pusing."
Joana berdecak. "Ck, lebay banget lo. Ada juga lantai gue kali yang pusing gara-gara kebentur kepala lo. Kan kepala lo diciptain dari palunya Thor."
"Kampret, ahhh gue gak rela, kening indah gue mendarat di lantai laknat lo, Na." Tangan Vio masih mengusap keningnya. "Eh lo pada gak mau bantuin gue apa?"
Tentu saja, sebagai sahabat yang baik nan royal, mereka gak mau repot-repot buat nolongin Vio.
"Yailaaah, manja banget lo cem orok baru lahir." Joana berkata dengan santainya. Lantas, Ia melenggang pergi keluar kamar untuk mandi.
"Ya, lo gak mau bantuin gue emang?" Vio pasang muka paling melas yang dia punya.
Dan dengan dramatisnya, Freya menghembuskan napas panjang disertai gelengan lemah. "hhhh map ya, Vio. Tapi gue aus, pengen minum." Freya menyusul kepergian Joana.
Vio menatap Agatha yang masih tertawa kecil dengan pandangan curiga. "Lo juga pasti gak mau bantuin gue, 'kan?"
Agatha menggendikkan bahu. "Lo tau aja, turunan mama Loren ya lo? Hahaha sorry Vi, tapi gue kebelet kencing gara-gara ngetawain lo." Dan dengan langkah seribu, Agatha meninggalkan Vio di kamar Joana, sendirian.
"Kampret ya, woy lo pada sahabat macem apaan?!"
------------------------------------
Agatha's POV
Jam nunjuk angka 7 lewat 10, dan kita berempat lagi duduk manis di meja makan rumah Jo tentu aja. Ah ya, hari ini kita mau movie marathon, kegiatan favorit gue ketika ngumpul bareng sohib-sohib gue. Selain karena acara movie marathon, gue tambah semangat karena kita bakal movie marathonan di umah Freya. Semoga ketemu sama dedek Al hakhakhak.
"Woy, buru dong makannya." Gue bener-bener udah gak sabar cuy.
"Sabar kali, Ta. Gue sedang menikmati makanan dari surga nih." Vio ngomong setelah dia nelen makanannya. "Anjir, Jo. Makanan ibu lo enak banget. Dari jaman kita SMP, makanan ibu lo makin enak." Sesendok tumis kangkung masuk lagi ke mulut Vio.
Ya emang begitu, kita temenan dari jaman SMP. Gue udah kenal sama Joana dan Vio dari kelas satu. Kalo Freya, gue mulai deket sama dia pas kelas dua. Freya pindahan dari Bandung waktu itu.
Biar gue jelasin sedikit tentang mereka. Joana Marla Divani, anak tunggal, dan bokapnya dia udah meninggal pas Jo kelas dua SMP. Jujur, selama temenan sama dia, itu adalah masa terkelam seorang Jo yang gue tau. Dia gak mau ngomong sama kita bertiga selama seminggu penuh dan yang paling buat kita khawatir adalah, Jo gak nangis sama sekali. Pandangan matanya bener-bener kosong tanpa ada emosi. Kita berusaha ngerti dan terus terusan ngebujuk Jo buat ngomong, entah pas di sekolah atau dengan sengaja dateng ke rumahnya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha's Story
Teen FictionMenceritakan Agatha bersama ketiga temannya; Freya, Joana dan Vio. Kalian juga akan bertemu Alfred Gardigantara-- adik Freya yang ditaksir Agatha. Jangan lupain Karel-- Frenemy Agatha. Dan satu orang di masa lalu Agatha, yang akan merubah persepsi k...