Part 12•A

85 7 0
                                    

[]

Sialan. Kenapa gue harus terlibat dalam hal beginian?!
Fuck! Harusnya gue gak usah pake hati kalau masalah beginian. Harusnya gue gak usah beneran jatuh hati sama dia. Harusnya gue gak ngikutin si tayik Farhan! Dan harusnya gue gak jadi brengsek.

"Eksekusi lah secepetnya. Waktu lo udah abis, men." Tito ngomong sambil ngisep rokoknya.

"Gue mau batalin taruhan ini." Gue berucap dengan nada sungguh-sungguh.

Farhan berdiri dari duduknya, maju dan langsung nampar pipi gue. "Banci lo! Nanggung woy! 4 bulan kita perjuangin buat rencana ini dan lo mau keluar gitu aja? Hah! Gak lucu jing!!

Tito langsung memegang bahu Farhan. Mengingatkan Ia bahwa kita masih berada di sekolah.

Gue gak terima dipanggil banci. Gue. Gak. Terima!

Menghembuskan napas kasar, gue berucap dingin. "1 minggu lagi, pesta ulang tahun Sintia."

Lalu gue pergi, meninggalkan ruang musik dengan langkah gusar.
Meninggalkan Farhan yang sekarang tersenyum puas.

[]

Seminggu terakhir banyak sekali kejadian yang Agatha alami. Seminggu ini pula, hubungan Agatha dengan Al semakin dekat. Keduanya sering memberi kabar lewat telepon jika tidak sempat bertemu.

Bukan hanya dengan Al, hubungan Agatha dengan Karel juga membaik. Ia sudah bisa menganggap Karel sebagai teman, bukan lagi musuh.

Jum'at sore ini, Agatha habiskan bersama ketiga temannya. Mengingat bahwa hari minggu, mereka akan pergi ke ulang tahun Sintia.
Sekilas tentang Sintia, Ia adalah anak salah satu donatur di SMA Tunas Jaya. Tidak heran jika acara ulang tahunnya dibuat semeriah mungkin oleh sang Ayah.

"Gak mau tau, pokoknya lo harus ikut!" Ini adalah usaha Joana yang kesekian kalinya membujuk Agatha untuk pergi ke Pesta ulang tahun Sintia.

Untuk yang kesekian kalinya pula, Agatha menghembuskan napas kasar. Bosan dengan perkataan Joana. "Hhh lo tau kan, gue gak suka pesta."

"Menurut gue, ga suka dansa adalah alasan terkonyol yang lo pake, buat gak suka sama pesta." Freya yang tengah sibuk memilah-milih dress pun menyempatkan diri untuk membujuk Agatha.

Dansa. Satu kata yang memang sangat Agatha hindari, apalagi pesta Sintia bertema tidak jauh sepeti Prom sekolah, dapat dipastikan, dansa bersama pasangan akan ada di acara itu. Sebenarnya, bukan dansa yang Agatha hindari. Melainkan kenangan dua tahun lalu. Saat Agatha berdansa dengannya.

-----------
Suasana SMP Garuda malam ini sangat berbeda. Jauh dari kesan bosan, karena kegiatan belajar-mengajar. Malam ini, SMP Garuda tengah mengadakan pesta Prom, mengingat bahwa siswa kelas 9 akan segera meninggalkan sekolah ini. Terlihat Agatha tengah berjalan kikuk dengan seorang laki-laki.

"Lo jangan gugup gitu dong." Mengetahui perempuan di sampingnya gugup, laki-laki itu makin mempererat genggaman tangannya. Seolah meyakinkan kepada Agatha, bahwa Ia di sini, di samping Agatha dan semua akan baik-baik saja.

Agatha melenguh. "Gimana gue gak gugup, gue kan anak kelas 8, kak. Dan dengan songongnya gue hadir di acara Prom anak kelas 9. Gue takut."

Laki-laki itu menghentikan langkahnya. Sekarang, posisi mereka berhadapan-dengan kedua tangn besarnya memegang kedua bahu Agatha.

"Ta, gue yang ngajak lo ke sini, oke? Setiap orang yang dateng emang harus bawa pasangan. Dan gue mau lo, yang jadi pasangan gue. Gak perlu takut sama anak angkatan gue, mereka sama sekali gak bakal gigit lo."

Agatha's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang