Part 11•C

91 6 0
                                    

[]

Luna

Satu nama yang sedari tadi Karel gumamkan ketika Ia terlelap. Dan itu sukses membuat Agatha penasaran.

Luna siapanya Karel? Pacar? Masa sih cowok bandel plus rese macem begini punya pacar? Lha terus kenapa gue perduli? Sedari tadi pertanyaan itulah yang berputar putar dalam kepala Agatha.

Mengapa Ia perduli?
Mengapa?

Handphone Agatha bergetar di dalam sakunya, sejenak mengalihkan fokusnya dari nama 'Luna'. Satu pesan baru Ia dapat.

Senyum tersungging di bibirnya ketika Ia menemukan nama Al di sana.

Alfred: Lo di mana?

Dengan segera jari-jarinya Ia gerakkan untuk membalas pesan dari Al.

Agatha: Di UKS, kenapa? Lo kangen ya? Hehe

Agak narsistik, tapi Agatha sama sekali tidak memperdulikannya.

Satu menit
Enam menit
Sepuluh menit
Agatha tidak menerima balasan dari Alfred. Dan sukses itu membuat bibirnya tercebik, lantas Ia putuskan untuk memasukkan kembali handphoneya ke dalam saku.

Sekarang Ia hanya terbengong di pinggir kasur UKS-- di mana Karel tengah tertidur sambil sesekali menyebut nama Luna.

Ia merasa bosan.

Menonton orang tidur adalah kegiatan terbodoh yang tidak pernah sekalipun melintas dalam pikirannya.

Tapi kenapa tadi Ia mengiyakan keinginan Karel?

Belum sempat Agatha menjawab pikirannya sendiri, kehadiran seseorang di pintu UKS sukses mengalihkan pandangan Agatha dari wajah Karel yang tengah tertidur.

Tentu saja hadirnya Alfred langsung membuat Agatha beranjak dari kursi.

Tapi Agatha tidak perlu berjalan mendekati Alfred, karena cowok itu sudah terlebih dahulu melangkah menuju Agatha yang sekarang sedang berdiri.

"Lo sakit?"

Pertanyaan pertama yang Alfred ucapkan sukses membuat Agatha menaikan alisnya.

Dan Ia menggeleng. "Enggak."

Sekarang giliran Alfred yang menampilkan wajah bingung. "Terus ngapain di UKS?"

Agatha membalas dengan telunjuknya yang kini menunjuk ranjang UKS di mana Karel tengah tertidur dan sesekali mengigau.

"Dia tadi minta gue di sini. Buat temenin."

"Kenapa lo mau?"

Agatha mengedikkan bahunya, bingung akan menjawab apa. "Gatau, gue cuman kasian aja gitu."

Kini Alfred menampilkan wajah tidak suka. Tangannya Ia gerakkan menuju bahu Agatha. Memegang bahu itu erat. "Ta, gue... Gue gak suka, lo care sama Karel. Dia bukan orang baik." Alfred berbicara dengan nada pelan.

Mendengar hal itu, kontan saja mata Agatha melotot, lalu bibirnya menganga. "Lo... Lo cemburu?"

Alfred melepas tangannya dari bahu Agatha, kemudian mengacak-acak rambut cewek itu dengan tawa keluar dari mulutnya. "Gue cuman gak suka."

Ya itu namanya cemburu. Ah gregrtan nih gue. Agatha mendumel dalam hati.

Alfred menarik lengan Agatha keluar dari UKS, tapi sebelum mereka melewati pintu, Agatha menghentikan langkah mereka dengan bersuara. "Al, tunggu bentar."

Alfred menoleh ke belakang, di mana Agatha berada. Kini tangan mereka masih saling menggenggam. Dan Alfred merasa nyaman, seolah ada aliran listrik yang mengalir sampai ke hati. "Kenapa? Bentar lagi bel masuk. Oh, lo mau jagain Karel?" Suara Alfred sangat datar ketika berkata seperti itu.

Agatha tertawa. "Ih enggak hahaha, itu.... tas gue." Agata menunjuk tas ranselnya yang berada di atas nakas.

Mendengar jawaban Agatha, mulut Alfred mengeluarkan kata "oh" sambil menganggu-ngangguk.

Setelah Agatha mengambil tasnya, Agatha keluar dari UKS bersama Alfred. Tapi kini tangan mereka tidak saling berpegangan.

"Nanti siapa yang jagain Karel?" Agatha berkata di tengah langkah mereka menuju kelas.

"Nanti gue panggilin petugas UKS." Alfred menjawab dengan nada datar.

Kenapa dia perduli sama Karel?

[]

a/n: doakan daku, hari senin mau UTS huhuhu

Agatha's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang