-----------------------
Hari ini Agatha berangkat sendirian tanpa satupun teman-temannya. Jika Freya diantar adiknya Alfred, lain halnya dengan Joana yang harus mengantarkan Ibunya karena mobil yang biasa dipakai Ibu Mira sedang berada di bengkel. Dan Vio yang tidak bisa ke sekolah karena sedang sakit.
Sebenarnya, hari ini Agatha juga sedang sakit. Selain karena sakit perut yang disebabkan haid, ditambah kepala Agatha yang pusing karena ia belum sempat sarapan tadi pagi. Padahal mamanya sudah melarang Agatha untuk sekolah, tapi putri sulungnya itu memaksa dengan alasan ada ulangan Sosiologi.
Agatha berjalan dengan langkah gontai menuju kelasnya. Saat tiba di belokan koridor, Agatha merasakan pusingnya bertambah. Ia memegangi tembok, sekedar untuk menopang tubuhnya berdiri. Tapi apa daya, tak lama kemudian Ia ambruk. Sebelum Ia kehilangan kesadaran sepenuhnya, Agatha mendengar seseorang berteriak memanggil namanya.
"AGATHA." Itu laki-laki, Ia dapat pastikan itu. Tapi yang jelas, Agatha tidak tahu siapa yang memanggilnya barusan.
-----------------------
"Akhirnya lo bangun juga, kebo banget sih." Ucap Karel, ketika Ia mengetahui bahwa Agatha sudah sadar dari pingsannya.
"Pala gue pusing.." Agatha berujar dengan suara yang nyaris sama seperti bisikan. Tapi Karel masih bisa mendengarnya.
"Iya, gue tau. Lo lagian lebay amat pake pingsan segala."
Kini Agatha memposisikan dirinya duduk di ranjang UKS. "Ish.. gue juga gak mau kali kayak begini. Omog-omong, lo yang bawa gue ke sini?"
Mendengar pertanyaan Agatha. Karel jadi ingat pesan dia. Iya, dia yang tidak mau disebutkan namanya. "Jangan kasih tahu Agatha, kalo gue yang nolongin dia."
"Rel, kok lo bengong?"
"Eh, iya. Gue yang bawa lo ke sini."
"Serius?" Agatha terkejut dengan jawaban Karel, rasanya... aneh jika laki-laki yang terus menjahilinya, dengan baik hati mau menolong dengan membawa dirinya ke UKS. " Jarang banget lo baik sama gue, tapi... makasih deh." Agatha melanjutkan kalimatnya dan mengucapkan terimakasih sebagai balas budi.
"Udadeh jangan banyak ngomong. Nanti gue juga bakal nagih imbalan ke lo sebagai tanda terimakasih. Enak aja gue ngangkat badan lo yang seberat badak tapi gak dapet imbalan."
Mulut Agatha terbuka seketika setelah mendengar ucapan Karel. "Haah? Jadi lo gak ikhlas bantuin gue? Nyebelin banget lo ya! Dasar Rel kereta api!" Suara parau Agatha sudah hilang dan berganti dengan teriakan. Alhasil badan Agatha semakin lemas. Akhirnya Agatha merebahkan tubuhnya kembali di ranjang UKS. Salahkan Karel untuk hal ini. Karena dia sudah membangkitkan rasa kesal Agatha.
Melihat tingkah Agatha, Karel terkekeh. "Lo teriak aja udah lemes gitu, nih makan dulu roti. Daripada lo mokad entar gue yang di salahin."
Agatha menggeleng. "Gak mau!"
"Mau gue jejelin nih roti ke mulut lo?"
"Gue aduin kepsek ya!"
"Ck, rese lo. Terus lo maunya apa? Gue gak mau ya lo mokad dan cuman ada gue di sini. Bisa-bisa gue dituduh yang enggak-enggak lagi."
"Suruh siapa juga lo di sini. Gue gak minta ditungguin sama lo ya."
Karel melempar pandangan menuju pintu UKS yang terbuka, yang menghadapkan pandangannya langsung menuju lapangan basket. "Males, pelajaran agama."
"Wah gue bilang ya sama Pak Abdul!"
"Ember banget mulut lo. Awas aja sampe berani, gue gak mau sampe gak lulus mata pelajaran dia. Apalagi taun depan udah mau kelas 3."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha's Story
Teen FictionMenceritakan Agatha bersama ketiga temannya; Freya, Joana dan Vio. Kalian juga akan bertemu Alfred Gardigantara-- adik Freya yang ditaksir Agatha. Jangan lupain Karel-- Frenemy Agatha. Dan satu orang di masa lalu Agatha, yang akan merubah persepsi k...