[]
"Lo mau ngajak Agatha jalan?"
Alfred yang tengah serius membaca buku paket kimia sedikit terkejut dengan kedatangan kakak perempuan satu-satunya itu di kamarnya. Al mendengus, kembali memusatkan perhatiannya untuk membaca yang sempat teralihkan oleh kehadiran Freya.
"Gue nanya sama lo, Alfred Gardigantara." Freya mulai kesal dengan tingkah adiknya yang kelampau cuek.
"Iya." Hanya itu jawaban yang Alfred berikan.
"Lo gak akan ngecewain dia 'kan?" Ada nada khawatir ketika Freya mengucapkan pertanyaan itu.
"Lo tenang aja. Gue bakal jadiin besok hari yang spesial buat Agatha." Al tersenyum kepada Freya. Senyum yang mampu meluluhkan semua hati perempuan yang menatapnya. Sayangnya, Al jarang memperlihatkan senyum kalemnya itu.
Freya menghembuskan napas lega. "Gue pegang kata-kata lo."
[]
Sepanjang malam itu, Agatha sulit memejamkan matanya. Maksud hati hanya ingin mengetahui kabar Alfred, tapi siapa sangka Ia sampai diajak jalan oleh seorang yang sangat Ia kagumi. Bahkan percakapannya dengan Alfred masih terekam jelas di memori otaknya.
Agatha menempelkan benda pipih iu di telinganya. Dengan jantung yang berdebar, Ia menungu teleponnya diangkat. Dan pada dering ke-empat, Ia sudah dapat mendengar suara seorang lelaki.
"Halo?"
Agatha langsung berbicara dengan wajah sumringah yang tercetak jelas di wajahnya. "Hai, Al. lo lagi apa? Gue gak ganggu 'kan? Err sorry deh kalau gue ganggu, tapi gue lagi kangen sama lo. Gak apa 'kan? Lo gak keberatan 'kan? Kalo iya, gapapa deh, gue tutup ya teleponnya, sorry ya." Ia berbicara panjang lebar dalam satu tarikan napas dan dengan sangat terburu-buru. Sebelum Agatha menutup teleponnya, Ia mendengar Alfred tertawa kecil.
"Gak, lo gak ganggu. Kalo kangen, gue jemput lo besok jam 8 pagi, kak. See ya."
Hanya itu, tapi mampu membuat Agatha tidak bisa memejamkan matanya. Selama hampir setengah tahun Ia mengenal Alfred, baru kali ini Ia direspon dengan 'lumayan' baik. Biasanya, Agatha akan menerima berbagai alasan agar telepon cepat berakhir, seperti 'sorry kak, gue lagi belajar' atau 'sorry gue sibuk' dan yang lebih parah, Al sering mengabaikan telepon atau chat dari Agatha. Tapi sekarang, Al sampai mengajaknya jalan. Tentu saja dengan semangat Agatha memberitahukan ini kepada teman-temannya. Dan seperti biasa, mereka tidak percaya.
"Gila, gue gak bisa tidur. Al, lo harus tanggung jawab!" Agatha berbicara sambil menatap wallpaper handphonenya.
[]
Agatha melihat bayangannya di cermin untuk yang kesekian kalinya. Kaos berlengan panjang berwarna navy blue, celana jeans, rambut yang diikat kuda. Not bad, pikir Agatha.hari ini akan menjadi sejarah baru dalam hidup Agatha, hang out bersama orang yang sudah hampir setengah tahun ini dikaguminya. Perasaan bahagia, tentu saja dirasa oleh Agatah. Bahkan jika ada kata yang definisinya melebihi 'bahagia' Ia akan menggunakannya. Setelah yakin bahwa penampilannya tidak buruk, Agatha berjalan menuju rak sepatunya. Ia mengambil sepatu converse warna abu favoritnya.
Duduk di tepi ranjang, Agatha mulai memakai sepatunya. Tapi melihat sepatu ini, entah kenapa Agatha merasa hatinya diremas. Sepatu yang diberikan oleh orang itu, orang yang dibenci tapi tetap berada dalam hati Agatha.
"Sialan!" Agatha merutuki dirinya sendiri. "Kenapa meskipun gue udah suka sama orang lain, dia masih tetep aja stuck di otak sama di hati gue?!" Agatha menghembuskan napas kasar, sepatu converse yang belum terpakai sempurna Ia copot kembali. Dengan kesal Agatha melemparkan sepatu itu ke sembarang arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha's Story
Ficção AdolescenteMenceritakan Agatha bersama ketiga temannya; Freya, Joana dan Vio. Kalian juga akan bertemu Alfred Gardigantara-- adik Freya yang ditaksir Agatha. Jangan lupain Karel-- Frenemy Agatha. Dan satu orang di masa lalu Agatha, yang akan merubah persepsi k...