Part 13

73 6 0
                                    

Author POV

Agatha terlihat kaget dengan apa yang Alfred katakan. Orang yang Ia kagumi selama ini, ternyata juga menyukainya!

"Al, lo gak becanda kan? Kalo iya, ini gak lucu. Lo tau? Gue bakal sakit hati banget kalo tau ini boongan."

Tangan Al beralih memegang tangan Agatha, dapat di rasakan tangan Ata yang sedingin es batu. "Yakin sama gue, gue sayang lo. Gue tau, perlakuan gue ke lo sama sekali gak nunjukin perasaan gue, gue juga selama ini selalu berusaha nyangkal kalo gue suka sama lo. Tapi gue gak bisa buat tahan ini lagi, gue beneran sayang sama lo. Lo percaya kan sama gue?"

Agatha mengangguk, yakin jika apa yang dibicarakan Al merupakan kebenaran yang nyata. Meskipun Ia masih tetap harus meyakinkan hatinya, jika Ia tidak akan merasakan sakit, untuk yang kedua kalinya.

"Thanks." Al langsung membawa Agatha kedalam pelukannya. Memberikan kehangatan di antara hembusan angin malam yang mencoba menyerang.

Mereka berdua sama sekali tidak menyadari bahwa sedari tadi, ada empat pasang mata dari tempat berbeda, yang memperhatikan setiap adegan mereka.

Sebucket bunga matahari jatuh begitu saja dari genggaman Karel. Seolah, jatuhnya bunga itu juga menggambarkan perasaan Karel yang juga jatuh ke lubang tak berdasar.

Ia tertawa mengejek kepada dirinya sendiri. "Gue telat." Lalu melangkah pergi dari balik pohon palm yang berada di pinggiran kolam renang.

Sementara sepasang mata yang lain, memperhatikan tiap adegan itu dengan senyum sedih yang menyayat hati.

"Gue harap, lo bahagia." Rio menjauhi pintu yang sedari tadi menjadi tameng dirinya untuk mengintip. Kembali masuk untuk mencoba menikmati pesta, diantara hatinya yang menjerit.

**

"Kita mau kemana dulu, Al?" Agatha bertanya diantara bisingnya suara klakson diluar sana.

Al yang sedang fokus memperhatikan jalanan, mengalihkan sejenak perhatiannya untuk menengok ke arah Agatha.

"Makan." Al berkata sambil tersenyum. "Gue tau, lo belum sempet makan pas di pesta tadi."

Astaga. Bahkan sekarang Agatha merasakan beribu kupu-kupu seperti beterbangan di dalam perutnya. Diperhatikan oleh Al yang sekarang merupakan 'Pacar'nya, membuat hati Agatha senang.

Setelah beberapa menit berkendara, Al memberhentikan mobil hitamnya di sebuah tempat makan bergaya lesehan. Ia keluar dari pintunya dan segera berjalan mengitari mobil bagian depan untuk membukakan pintu Agatha.

"Ya ampun, gue masih punya tangan Al." Agatha yang tidak biasa diperlakukan seperti itu merasa sedikit aneh.

"Gak apa." Lalu Ia melingkarkan pundaknya di bahu Agatha. Berjalan bersama ke dalam tempat makan.

-----------------------

Senin kali ini tidak seperti biasa-- setidaknya bagi Agatha. Bukan karena upacara tidak dilaksanakan, atau karena kelasnya menjadi tentram, damai dan sejahtera. Perbedaan ini dirasakan Ata, ketika Karel tiba-tiba mendiamkannya.

Seperti saat ini, ketika jam istirahat sudah berbunyi, Agatha memilih tidak pergi ke kantin bersama Vio. Ia memilih untuk menghampiri Karel, yang juga tidak pergi kekantin melainkan berdiam diri di kursinya.

Agatha duduk di kursi kosong yang terletak di sebelah Karel. "Woy!"

Bukannya mrmbalas, Karel malah terus menunduk, khusuk membaca buku paket.

"Ck, tumben banget lo baca." Agatha kembali bersuara.

Karel masih diam, tidak membalas ucapan Agatha.

"Ish, gue kok dikacangin sih. Perasaan gue gada salah kan sama lo? Pas sabtu aja kita masih ketawa-ketawa bareng bacain status si Mona. Lo kenapa sih? Gue ada salah?" Agatha sudah tidak tahan didiamkan oleh Karel. Ia merasa... aneh, jika Karel benar-benar mendiamkannya.

Karel menghela napas. Menutup bukunya lalu mengalihkan pandangnnya ke arah Agatha, menatap dia tepat dikedua bola matanya. "Gue gak apa. Lo juga gak ada salah sama gue. Gue cuman.."

Perkataan Karel terpotong begitu saja, ketika ponsel Agatha berdering. Agatha menatap Karel dengan pandangan 'gue angkat gak apa ya?'. Sementara Karel membalasnya dengan mengangguk disertai senyum kecil.

"Halo, Al." Mendengar nama Al, Karel menampakkan wajah tidak suka. Berbeda dengan Agatha, wajahnya terlihat berbinar.

"Iya, bentar lagi gue ke kantin.... boleh, siomay satu, heheh... oke, lima menit yap... love you too."

Pipi Agatha bersemu seiring kalimat terakhir yang diucapkannya. Setelah menutup telepon, Agatha memasukkan kembali ponsel itu ke sakunya. Ia kembali menatap Karel, ingin mendengarkan lagi ucapannya yang sempat terpotong.

"Sorry kepotong hehe. Tadi lo cuman apa?"

"Bukan apa-apa, gak penting. Gih ke kantin. Lo udah ditungguin kan sama Al? Jangan lupa, entar gue minta pj."

Agatha tertawa. "Hahaha gue duluan ya. Gampang deh, lo mau apaan aja gue kabulin."

Bangkit dari duduknya, Agatha melangkah pergi meninggalkan Karel.

"Gue cuma lagi nyiapin mental, Ta. Dan gue, cuman mau lo." Karel bergumam dengan senyuman pahit di bibirnya.

-----------------------
Agatha memasuki pintu kantin dengan senyum yang sedari tadi tidak luntur. Setelah berstatus sebagai 'Pacar' Alfred, Ia merasa lebih lengkap. Teman-temannya sudah Ia beri tahu tepat setelah Ia pulang makan malam bersama Al. Tentu saja, baik Freya, Joana dan Vio mengucapkan selamat. Mereka berharap, Agatha akan bahagia bersama Alfred.

Agatha melihat Al di meja kantin pojok. Semua kursi terlihat penuh, Ia juga melihat teman-temannya di kursi tengah. Ia melambaikan tangannya kepada Al. Al pun membalas lambaian tangan Agatha. Dengan langkahnya yang cepat, kurang dari semenitpun Ata sudah sampai di meja yang ditempati Al.

"Maap ya lama nunggu."

Al menggeleng. "Enggak, Ta. Gue juga baru duduk abis pesen makan."

Agatha duduk di depan Al. "Hehe makasih ya."
Tiba-tiba handphone Agatha bergetar. Menandakan ada pesan masuk.

From: Freya

Kata Vio, lo lagi gak mau ke kantin?!

Setelah membaca pesan dari Freya, Ia membalikkan kepalanya. Melihat Freya, Joana dan Vio yang berada di kursi tengah, sedang menatap Agatha dengan pandangan menuntut penjelasan. Melihat itu, Agatha memberikan cengiran lebar untuk mereka.

To: Freya

Hehehe, tadi Al nelfon gue buat dateng ke kantin. Lagian urusan gue udah kelar.

"Dari siapa, Ta?" Al nyeletuk.

Agatha nyengir. "Kakak lo."

Tanpa diduga, Al mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

"Ata, lagi makan sama gue. Entaran aja smsnya." Hanya itu, dan Ia langsung menutup telponnya kembali.

"Ayo di makan, entar keburu dingin siomaynya."

Mulut Agatha masih menganga gara-gara melihat kejadian tadi. Al tertawa kecil, sembari menperhatikan muka aneh Agatha.

"Mingkem, Ta." Alfred masih tertawa ketika tangannya menjulur untuk menutup mulut Agatha.

"Eh... iya iya. Speechless gue."

"Gue gasuka aja kalo Freya gangguing lo yang mau makan."

Alfred mengaduk-aduk siomay Agatha supaya bumbunya tercampur rata. Lalu Ia sodorkan piring itu kepada Ata.

"Nih, cepet di makan."

Agatha tertawa kecil. "Hehehe oke bos."

----------------------

Agatha's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang