Back to Raina's POV
"Hiks" isakku. Air mataku pecah karena aku kesal dengan diriku sendiri. Aku memang bukan orang yang peduli saat ini. Aku orang yang kejam.
Kau tahu mengapa??
Aku sekarang sedang duduk di ruang tunggu. Ruang tunggu rumah sakit lebih tepatnya. Aku terisak mengingat kejadian tadi.
Ya...
Henry Kecelakaan.
Ia tertabrak mobil saat ia menyebrang jalan untuk mengejarku. Sebegitu inginnya ia bicara denganku, Namun aku tidak mempedulikannya. Aku benar-benar bodoh kali ini.
Rumah sakit yang aku tempati kali ini adalah tempat kerjaku. Seorang dokter yang sedang memeriksa kondisi Henry adalah temanku, Megan. Saat ini, Megan sedang memeriksa Henry di ruangan tertutup yang berada di depanku.
"Krek" pintunya terbuka. Megan baru saja keluar dari ruangan itu.
"Megan.." seruku menghampirinya dengan wajah khawatir.
"Tenang lah Raina" katanya mengelus pundakku.
"Hft... bagaimana dengan keadaannya?"
"Saat ia tertabrak mobil, kepala dan tangannya terbentur sangat keras. Tulang tangannya retak, tapi tengkoraknya tidak terlalu retak seperti tangannya" jelasnya kepadaku.
"Megan! Pasti dia akan sembuh kan?"
"Tentu saja Raina, kau hanya harus membuatnya istirahat yang teratur dan tidak usah memikirkan banyak hal"
"Baiklah, Megan... terimakasih" kataku sambil memeluknya.
"Sama-sama, kau boleh menjenguknya sekarang" balasnya.
Megan meninggalkanku dan aku segera membuka pintu kamar Henry. Aku masuk ke dalam dan melihat Henry yang terbaring lemah di tempat tidur. Penuh perban di tubuhnya, khususnya tangan kirinya yang terlipat dan tidak bisa digerakan karena benturan yang sangat keras. Aku pun mendekatinya.
Matanya tertutup rapat. Aku hanya bisa memandang wajah sakitnya. Aku memutuskan untuk duduk tepat di samping kanannya. Mataku tak henti-henti tertuju pada wajahnya.
Hiks...
Air mataku pecah kembali. Aku menangis. Aku tidak kuat melihat kondisi Henry saat ini dan mengingat masa laluku dengannya.
"Henry..." sahutku. Tentu saja pria ini tidak menjawabnya.
"Hiks... maafkan aku" tambahku. Saat ini aku benar-benar seperti orang yang berbicara sendiri.
Aku meraih tangan kanan Henry dan menggenggamnya. Aku genggam sekuat mungkin. "Maafkan aku Henry... aku tidak bermaksud menyakitimu hikss..." tambahku.
"Aku terlalu sakit mengingat omong kosongmu, saat itu... aku mencintaimu namun kau menyakitiku. Janjimu bodohmu itu tidak pernah lepas dari otakku. Aku selalu merasa sakit mendengarnya. Dulu aku hanya ingin membuatmu malu di depan masa depanku yang sukses. Sampai saat ini, aku sangat terkejut bertemu denganmu. Seketika aku menyukaimu lagi dan aku juga terkejut plus senang saat mendengar kau masih menyukaiku" aku hanya bisa menangis. Kutempelkan genggaman tanganku dan tangannya di mulutku. Aku berdoa agar Henry cepat pulih.
Tap..
Aku merasakan respon dari Henry. Sepertinya tangan yang aku genggam bergerak.
Henry's POV
Tubuhku sangat lemah. Aku tidak bisa membuka mataku, aku hanya dapat mendengar suara-suara yang mengelilingiku.
"Krek" sepertinya ada seorang yang baru saja membuka pintu. Pintu? Apa aku ada di sebuah ruangan yang gelap. Sepertinya aku sedang berbaring di benda yang sangat empuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll See You Soon
FanfictionAda sebuah kalimat yang diucapkan oleh ibuku dan kalimat itu tidak pernah lepas dari otakku. Sejak aku masih duduk di bangku sekolah, aku sudah memiliki rencana besar. Aku bercita-cita sebagai seorang dokter, aku ingin sukses, membanggakan keluargak...