Hatiku merasa senang setelah melihat hasil Olimpiade di Busan waktu itu. aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk memberitahu Ibuku. Haru yang berjalan di sampingku terlihat bingung memandangku yang senyum-senyum sendiri.
"Oh Rai Na!" Panggil seseorang yang sedang mengampiriku.
"Selamat Raina!" ucap dua orang yang tidak salah lagi adalah Tiffany dan sahabatnya Jessica.
"aah~ Terimakasih. Tiffany, bagaimana dengan hasilmu?" Tanyaku pada Tiffany.
"aku juga lolos sepertimu. Aku masuk urutan 8 besar" jawabnya.
"Kalian ini memang pintar yaa... aku iri" Tambah Jessica. Tidak tahu mengapa aku sedikit diam dengan Jessica. Hatiku sedikit remuk melihat wajahnya. Jessica tidak punya salah denganku, namun yang membuat hatiku sakit adalah hubungannya dengan Henry. Hubungan yang sangat mistirius.
Setelah sedikit berbincang-bincang dengan Tiffany dan Jessica, aku dan Haru memutuskan untuk kembali ke kelas kami masing-masing karena 10 menit lagi pelajaran akan dimulai.
Kami berhenti di depan ruang kelas 12.A. "Raina... aku masuk ke kelas dulu yaa"
"baiklah~" kataku sambil melambaikan tanganku padanya. Haru pun membalas. Aku berjalan menuju ruang kelasku yang terpojok itu. Saat aku melewati ruang kelas 12.D seorang yang sangat familiar dimataku keluar dari ruang itu dan menolehku. Ia akhirnya menghampiriku. Sekarang apa yang ingin ia lakukan?
"Oh Rai Na"
"Ya?"
"sepertinya lama sekali kita tidak bertemu" katanya. Ya~ yang membuat lama kita tidak bertemu adalah hubungan misteriusmu.
"mungkin karena kita beda kelas" kataku Jutek. Aku sudah bisa melihat raut wajah Henry yang periang menjadi kecewa saat aku berkata dnegan nada jutek.
"hm... Oh iya! Selamat yaa... aku dengar kau mendapatkan nilai tertinggi di Olimpiade IPA tahun ini? woah... kau membanggakan Seoul"
"Ya... Terimakasih~" kataku singkat. Aish! Aku harus melewatkan basa-basi ini. "Oh ya... sepertinya beberapa menit lagi kelas akan dimulai dan sebaiknya aku kembali ke kelasku" seruku dan segera meninggalkannya. Aku tidak peduli ia berkata apa dalam hatinya.
"Oh Rai Na!" panggil seseorang yang jelas-jelas bukan Henry. Aku menoleh ke belakang dan ternyata yang memanggilku adalah Ray. Namun, Ray berhenti menghampiriku kerena matanya bertemu dengan mata Henry. Sepertinya mereka sedang berbincang. Lebih baik aku melanjutkan perjalananku ke kelas.
Ray's POV
Aku ingin kembali ke kelas namun aku melihat Henry yang sedang berbincang dengan Raina. Apa yang mau ia lakukan kepada Raina? Jangan sampai ia menyakitinya lagi. Obrolan mereka tidak lama. Raina sudah meninggalkan Henry dan aku menghampirinya.
"Oh Rai Na!" panggilku padanya. Namun, aku membatalkan niatku untuk menghampirinya kerena Henry sudah menatapku dengan tajam.
"apa yang kau ingin lakukan dengan Raina?" Tanyanya. Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak mendengar kata-katanya.
"hahaha.... apa yang barusan kau katakan? Apa kau mempedulikan Raina"
"tentu saja"
"Siapa Raina dimatamu Henry?" tanyaku serius.
"di-dia sahabatku"
"lalu? Apa yang kau lakukan saat ia sedang berlomba di Busan? Raina bercerita kepadaku, kalau kau sahabatnya tidak sama sekali memberikan kabar atau menanyakan kabarnya seperti biasanya" seruku panjang lebar. Aku bisa melihat henry yang tengah membeku karena ucapanku. "aku dengar, kau berjanji kepadanya akan selalu menunggunya sampai ia menjadi kekasihmu, akhirnya omongan konyolmu hanya omong kosong"

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll See You Soon
FanfictionAda sebuah kalimat yang diucapkan oleh ibuku dan kalimat itu tidak pernah lepas dari otakku. Sejak aku masih duduk di bangku sekolah, aku sudah memiliki rencana besar. Aku bercita-cita sebagai seorang dokter, aku ingin sukses, membanggakan keluargak...