Diary Hari Ketiga

2.2K 147 8
                                    

Aku tidak bisa memutuskan harus setuju atau tidak dengan keberadaan buku ini. Sebelumnya langsung saja kukatakan, 'Ma'af, Nabilah, aku tidak bisa membalas perasaanmu'.

Veranda, kau salah sama sekali kalau bilang kita semua akan mimpi indah, sudah dua malam ini aku terjaga di tengah malam gara-gara mimpi buruk. Mimpi yang tidak jelas. Seperti ada seseorang yang memanggil namaku. "Frans...lari..." Aku benar-benar bermimpi seperti itu.

Gadis yang kalian benci itu nampaknya sangat pintar. Pak Richard dengan senyumnya yang memuakkan itu pagi-pagi sudah membacakan hasil tes kemarin (mengapa harus ada tes di awal semester?). Untuk semua mata pelajaran, gadis itu memperoleh nilai 100.

Lalu yang lebih aneh, atas dasar alasan apa guru itu memanggil kita dengan nomor, bukan dengan nama kita yang sebenarnya?

"Nomor 17, nilaimu untuk Geografi adalah 95." Apa susahnya menyebut, "Frans, nilaimu 95." Aku benci disebut dengan nomor seperti itu. Kesannya seperti narapidana.

Gadis di depanku yang semua kukunya dicat hitam plus memakai make-up bertema gothic, bernama Triarona atau Tya (jika kalian belum mengenalnya).

Harus kuperingatkan pada kalian bahwa gadis ini sering menyakiti dirinya sendiri. Dia membawa silet yang kadang digoreskan ke lengan kirinya. Mengerikan sekali. Aku rasa dia punya penyakit kejiwaan.

Melodi, jika kau membaca ini, kau duduk di sebelahnya, kenapa kau sama sekali tidak menyadarinya?!

Dan sekarang, untuk Nabilah. Sepertinya kau terlalu genit pada laki-laki. Aku tak suka. Karena itulah kutolak cintamu Nabilah.

Oh iya. Pada jam istirahat tadi, aku mencoba naik ke lantai 2. Padahal ada sembilan kelas satu, kenapa hanya tersedia enam ruang untuk kelas du? Aku mencoba bertanya pada salah satu murid kelas 2. Tapi seperti yang Ve alami, anak itu hanya diam dan memandangku dengan pandangan jijik. Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini!

Aku tidak tahu bagaimana dengan kalian, tapi kalau kubilang aku akan merasa betah, itu rasanya bohong belaka. Kalian bagiku terasa begitu 'berbeda' dan aku jadi ikut-ikutan dicap seperti itu juga.

Sehabis istirahat, Pak Richard datang lagi mengajar Kimia. Apa tidak ada guru lain? Mengapa semua pelajaran diajarkan olehnya?

Boby tampaknya mahir dalam Kimia. Soal-soal yang diajukan oleh Pak Richard hampir semua bisa dijawabnya. Kecuali soal terakhir. Tak ada yang maju ke papan tulis untuk menjawabnya saat ditawarkan.
Saat itulah Pak Richard berkata, "Nomor 25, kerjakan soal ini!"

Gadis itu maju dengan langkah gontai. Mulai menjawab soal tadi. Dia jenius! Aku tahu itu, jawabannya benar. Boby terlihat kesal jadinya. Kacamatanya jatuh melorot gara-gara menjulurkan kepala terlalu jauh ke depan. Aku suka saat Boby menjadi kesal gara-gara itu.

Lalu Okta, kau sebaiknya mulai membuang sampah bekas es-krimmu dari laci mejamu. Mengganggu, tahu tidak!? Apa kau tidak sadar itu bisa menjadi sarang nyamuk dan semut?

Kau sampai kesulitan mencari bukumu sendiri yang kau selipkan ke dalamnya. Apalagi sepanjang dua pelajaran terakhir tumpahan es krimmu mengenai celanaku.

Makan diam-diam saat belajar, siapa yang mengajarimu begitu? Kau jorok sekali. Kalau begini terus aku terpaksa pindah tempat duduk saja.

Sudahlah, kurasa buku ini mulai membosankan, kuharap aku tidak perlu menulis seperti ini lagi. Satu hal yang harus kalian semua ingat, ada yang tidak beres dengan kelas ini. Aku benci kelas ini.

(Fransiscus Sebastian)

Muehehe, member cowok pertama nih yang bercerita.
Btw, ide nama panjangnya dari salah satu anak Beshanan.

Bicara soal Beshanan, janlup follow @BeShan_an yow!
Jurimayu14 - @ruiruichi

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang