Diary Hari Keempat

2.2K 149 10
                                    

Fransiscus! Tega sekali kamu bilang saya tidak sadar atas kelakuan Tya yang menyayat lengannya sendiri itu. Hampir tiap jam saya menyuruhnya menghentikan kelakuan tersebut.

Kalau kamu yang melihat dari belakang saja merasa ngeri, apalagi saya yang harus melihat dengan jelas darah yang menetes ke lantai dari ujung jemarinya. Camkan itu!

Selain itu, kamu salah menulis nama saya. Tulisannya bukan Melodi, tapi Melody, kuulang M-E-L-O-D-Y. Pake Y.

Hari ini pelajaran dimulai dengan praktek elektronika di ruang Fisika. Pak Richard menyuruh kita membentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang.

Karena tidak ingin sekelompok dengan Tya, saya bergabung dengan Naomi dan Elaine (si nomor urut 1 dan 2). Mereka terlihat cukup normal menurut saya.

Sebelum praktek, Naomi saya perlihatkan beberapa desain pakaian yang saya buat dan dia bilang saya berbakat. Anak ini memberitahu bahwa dia sangat lega bisa keluar dari kelas. Wajahnya memang terlihat sangat tertekan bila berada di dalam kelas. Elaine jarang bicara, cuma lima kata yang pernah saya dengar dari mulutnya, yaitu : 'Ya; tidak; mungkin; benarkah; tergantung'. Ekspresi mukanya juga kebanyakan datar dan sulit ditebak suasana hatinya. Tapi lumayanlah daripada Tya.

Tya sekelompok dengan Adam dan Okta, kelompok bodoh yang diam saja menatap tugas di depannya. Tya memainkan siletnya. Adam mengocok kartu tarotnya. Okta, seperti biasa, hanya makan dan makan eskrimnya terus. Tugas mereka tidak disentuh sedikit pun. Pak Richard tampak tidak peduli, dia melewati mereka dan mendengus pasrah.

Frans memilih Gery dan Kinan. Sudah saya duga. Apa kamu ingin membentuk boysband, Frans? Atau malah karena kamu memiliki ketertarikan pada salah satu dari mereka?

Sepertinya perpecahan mulai terjadi, ya? Ve ingin memasukkan Dyo dalam kelompoknya. Masalahnya adalah Nabilah (setelah ditolak Gery dan Kinan) lebih memilih Mario. Akhirnya Ve dan Dyo mengajak Nadse, cewek yang tampaknya terlihat malas-malasan.

Teman sebangku Nadse, si imut Sinka (si nomor 21) sudah sekelompok dengan Boby dan Hamids. Mau-maunya kamu disuruh kesana kemari seperti itu oleh mereka, Sinka!

Nabilah dan Mario merekrut Frieska (cewek yang ngomongnya blak-blakan dan rada emosian) karena Vino sudah satu kelompok dengan Farish dan Dellon.

Lalu Duo Shania, Shania Junianatha dan Shania Gracia sekelompok dengan Michelle (anak yang selalu menatap sinis pada siapapun di dekatnya) yang marah karena Frieska tidak mau sekelompok dengannya.

Terakhir, cewek dengan nomor urut 25 tidak punya teman kelompok.

Saya kagum dengan Vino. Tangannya cekatan dalam merakit berbagai komponen. Sebelum makan siang dia sudah menyelesaikan 95% tugas mereka. Cepat sekali.

Kelompokku? Jangan ditanya deh, kami lebih banyak ngerumpi daripada ngerjain tugas.

"Mel, lihat tuh si Farish, dari tadi curi-curi pandang ke arah paha kamu." Bisik Naomi kepadaku. Memang, selama pelajaran berlangsung, kulihat Farish berkali-kali mencuri-curi kesempatan untuk menoleh ke arah dimana aku, Naomi dan Elaine duduk.

"Iya... aku juga tau, kita kerjain yuk anak itu." Bisikku lirih.

"Gimana caranya?" Tanya Naomi.

"Kita gunakan sistem 'buka tutup' paha kita, biar dia makin tersiksa. Hihihi..." kataku sambil cekikikan.

"Ayo, hihihi..." Sahut Naomi antusias.

"Eh, jangan..." Elaine tampak tidak setuju.

"Nggak apa-apa, Len. Kita kan cuma main-main." Dan sambil berkata begitu, Naomi dengan pura-pura cuek membuka lebar-lebar pahanya lalu dengan cepat menutupnya kembali.

Farish yang sedang melirik kami, terlihat sangat-sangat terkejut. Meski cuma sekilas, tapi pemandangan itu pasti cukup untuk membuat jantungnya berdegup kencang, dan nafasnya tersengal. Apalagi saat giliranku yang membuka paha, ia tampak makin tak tahan. Karena terus diserang seperti itu, Farish jadi tidak kuat lagi menahan diri. Dia pun ijin kepada Pak Richard untuk pamit ke toilet.

"Hihihi, pasti kebelet pipis tuh anak." bisik Naomi. "Eh... btw, si Farish tuh cakep juga ya, tajir lagi." Tambahnya genit.

"Yee... kamu naksir ya? Ntar deh gue bilangin langsung ama dia." Kataku.

"Eh, jangan. Malu lagi, hihihi..." Naomi tertawa.

"Kapan-kapan kita kerjain lebih sadis lagi yuk." Aku mengajak.

"Caranya?" Naomi bertanya.

"Begini..." Kuterangkan ide di kepalaku pada Naomi dengan berbisik, bla-bla-bla... Naomi tertawa dan langsung mengangguk setuju mendengarnya. Sedangkan Elaine, hanya memandangi tingkah kami berdua sambil geleng-geleng kepala.

Di akhir pelajaran, cuma punya kelompok Vino yang selesai dan Pak Richard langsung mengetes rakitan mereka. Alat itu berjalan mulus dan kelompok Vino bersorak karenanya. Namun lima menit kemudian timbul asap dan ledakan kecil dari alat tersebut. Rusak.

Pak Richard terdiam lalu bertanya, "Apa ada yang berhasil menyelesaikan rakitannya selain kelompok dengan anggota nomor 10, 19 dan 20?" Semuanya menggeleng.

Betapa terkejutnya kita saat si nomor 25, cewek misterius itu mengangkat tangannya dan mengeluarkan suara seraknya, "Nomor 25, sudah selesai, Pak."

(Melody Nurramdhani Laksani)

Melody dan Naomi ngerjain Farish. Edisi menang banyak ya, Ghaida wkwk. Klo Elaine-nya ikutan, enak banget. Untung gak. Wks.

Udah ah. Ngablu wkwk

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang