Diary Hari Kedelapan

1.7K 135 11
                                    

Kurasa tak ada orang yang lebih tepat daripada aku untuk menjadi penulis selanjutnya. Aku akan menulis dengan gaya berbeda. Jika ada di antara kalian yang terintimidasi atas tulisanku ini, itu bagus. Karena memang begitulah tujuanku.

Kasus : Percobaan pembunuhan?

Korban : Frieska Anastasia Laksani, anak perempuan berumur 16 tahun.

Tempat kejadian : Di sekitar tangga di lantai III.

Waktu kejadian : Lima menit sebelum bel pulang berbunyi.

Modus operandi : Korban didorong dari lantai IV saat menuruni tangga.

Kondisi korban : Koma dengan leher patah, ada dugaan gegar otak, posisi kakinya juga tidak wajar.

Oh ya, sebelum ada yang protes gara-gara aku melenceng dari tujuan buku ini menceritakan peristiwa yang terjadi di kelas, maka khusus kali ini pasti ada pengecualian. Sebab kelas diliburkan!

Kita semua (termasuk gadis nomor 25) menjenguk Frieska di rumah sakit. Karena itu pulalah aku dapat menginterogasi kalian satu-persatu (kecuali si nomor 25, mana mau aku ngomong sama dia).

Ini hasil penyelidikanku:

Tersangka : Seluruh anak kelas kita (sesuai ramalan Adam).

Alibi : Betapa beruntungnya aku punya ketua kelompok sepintar Gracia yang tidak seteledor Boby atau Gery yang membiarkan seluruh anggota kelompoknya kelayapan sendirian. Kalian paham, kan?

Benar sekali! Seluruh anggota kelompok kami punya alibi! Kami tidak mungkin melakukan kejahatan itu karena kami selalu bersama. Memang, Ve, Naomi dan Shania sempat pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Tapi mereka bertiga, jadi alibi mereka masih cukup kuat.

Berarti dari 24 tersangka, tersisa 16 tersangka. Apa kalian punya alibi?

Sialnya, aku harus membuang enam nama lagi. Boby, Sinka dan Hamids tak pernah berpisah seperti di lem, kecuali mereka sekongkol untuk mencelakakan Frieska, maka kusimpulkan mereka tidak bersalah (sial).

Lalu Gery pasti mengikuti Kinan, dan Frans akan mengekor keduanya. Jadi sisa 10 orang.

Nabilah dan Nadse, dua anak 'gila cowok' ini bersumpah terus berada di kolam renang, mengintip cowok-cowok kelas lain sedang berenang. Dasar kurang kerjaan. Tapi keduanya punya bukti selalu ada di sana yaitu foto-foto dari kamera mereka. Di foto itu terlihat pukul berapa mereka memotretnya dan pada saat terjadinya kasus keduanya sedang sembunyi di ruang ganti cowok.

Sisa 8 orang. Selanjutnya aku mencoret Tya, Adam dan Okta yang bukannya mencari si 'Imbesil' malah berkumpul di kelas melakukan upacara yang disebut Tya 'pemanggilan roh'.

Sisa 5 orang yang tidak punya alibi kuat dan aku tahu mereka punya 'alasan' untuk mencelakai Frieska, yaitu:

Elaine : (Sorry, Len, terpaksa kubeberkan di sini). Kalian semua apa pernah kehilangan suatu barang di kelas dan tak pernah kembali? Nah aku tahu siapa pelakunya. Elaine! Dia kleptomania. Frieska tanpa sengaja membuka laci Elaine dan menemukan barang-barang milik kita semua di sana. Jadi tentu saja Elaine pasti marah besar pada Frieska.

Vino : Anak ini menganggap laptopnya adalah nyawa kedua-nya. Nah, sewaktu makan siang kemarin, Frieska menumpahkan sebotol coke ke laptopnya. Bisa diduga kelanjutannya...

Farish : Sederhana. Frieska bertanya pada Farish dihadapan Melody, cewek yang disukainya, "Kudengar ayahmu masuk penjara, ya?" Hahaha... pasti Farish shock sekali mendengarnya.

Mario : Kalian harus kaget! Siapa yang tidak tahu Frans itu seorang homo? Brengsek lagi. Tapi apa kalian tahu Mario yang kalian anggap baik itu mau melakukan apapun untuk uang? Yup, Frieska memergoki Frans berciuman dengan Mario, kemudian Frans membayar Mario. Kaget, kan?

Dyo : Aku tidak begitu tahu, tapi kata Nadse, dia melihat Frieska dan Dyo bertengkar sabtu sore lalu. Dan Dyo kan yang menceritakan ramalan Adam pada kita. Apa dia ingin mewujudkan ramalan itu? Siapa yang tahu.

Pelaku : Itu tugas kalian untuk menebaknya. Tapi aku sudah tahu. Sangat mudah untuk dianalisa.

(Michelle Christo Kusnadi)

Oh iya, ini yang dilakukan Ve, Naomi dan Shania lakukan bertiga di toiler sebagai alibi. Mereka menceritakannya padaku.

"Haduh, kamar mandinya penuh nih Ve, Shan."

"Disini kosong. Kita barengan aja disini." Ucap Ve.

"Ahh, males ah. Masa rame-rame. Sempit kali." Keluh Shania.

Naomi berdecak. "Yaelah Shan. Daripada nunggu kelamaan. Udah ayok ah." Naomi pun menarik lengan Shania.

Di bilik toilet yang sama, ketiganya berganti pakaian. Tentunya sambil bergosip.

"Ve, ada yang kamu suka gak di kelas kita?" Tanya Naomi membuka obrolan.

"Hmm... entahlah. Aku gak tahu."

"Yahh Ve gak asik banget. Kalau kamu, Shan?" Belum sempat Shania menjawab, Naomi memotongnya. "Ahh kalau Shania, gue tahu nih siapa."

"Sok tahu deh. Udah ah buruan, gerah nih gue." Shania mengipas-ngipas tubuhnya dengan tangannya.

"Eh, tunggu dulu. Jangan pada keluar. Kita foto-foto dulu."

Dengan kamera HP milik Naomi, ketiganya mengambil foto bersama di dalam bilik toilet dengan berbagai macam gaya.

Foto itu lalu ditunjukkan padaku. Menjadi bukti kuat mengenai alibi mereka.

Tbc

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang