Akhir - Fakta Dibalik Tragedi

1.8K 148 15
                                    

"Teman-teman saya! Tolong teman-teman saya!" ratap anak itu.

"Lepaskan dia!" perintah Inspektur pada para petugas paramedis.

"Tapi, Pak..." Sang petugas paramedis ingin menolak.

"Teman-teman saya!!!" jerit anak tadi, menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

"Lepaskan anak itu!!!" perintah Inspektur lagi.

Kali ini intonasinya lebih keras. Para petugas paramedis mengalah. Mereka melepaskan pegangannya.

Si anak menatap Inspektur, bingung sekaligus berterimakasih. "Bapak siapa?" tanyanya pada Inspektur.

"Namaku Inspektur Kusnadi. Kurasa kau sekelas dengan anakku."

Mulut anak itu terbuka lebar. "Michelle?" Air mata mengalir di pipinya.

"Ya, dia putriku." Inspektur Kusnadi memeluknya. "Tenanglah, kau aman di sini."

Namun si anak menolak dipeluk. "Anda tidak mengerti! Michelle dan yang lain, mereka terkubur hidup-hidup! Ada murid gila yang berniat mencelakai kami!"

"Apa maksudmu!?" Mata Inspektur Kusnadi terbelalak.

"Saya berhasil kabur! Yang lain tertipu kata-katanya dan dia mengurung mereka di ruang penyimpanan beserta dirinya sendiri!"

"Pelan-pelan... kami tidak dapat memahami ceritamu kalau kata-katamu tidak jelas seperti ini."

Anak tadi tercekat. Dia membuka seragamnya dan mengeluarkan sebuah buku dari balik baju dalamannya. "Ini." Diserahkannya buku itu pada Inspektur Kusnadi. "Semuanya ada di sini."

"Buku apa ini?" Inspektur Kusnadi membuka halaman pertamanya.

"Itu diary kelas. Tapi yang lebih penting, sekarang tolong Anda segera ke belakang sekolah. Cari sebuah pintu tingkap beton. Di bawahnya ada ruang penyimpanan. Di sanalah Michelle dan yang lain terkurung. Tolong teman-teman saya!"

Inspektur Kusnadi langsung memahami kondisinya. "Lakukan yang dia katakan! Panggil bantuan! Segera!" teriaknya.

Bawahannya berhamburan mematuhinya. Inspektur Kusnadi sendiri berlari menuju belakang gedung sekolah.

Si anak berniat menyusulnya yang tentu saja langsung dihalangi petugas paramedis yang menanganinya. "Lukamu belum sembuh, Nak." Kata si petugas medis.

"Tapi teman-teman saya?"

"Ada petugas yang lebih kompeten menanganinya! Kemarikan kepalamu, perbannya longgar gara-gara kau banyak bergerak!" Si anak terpaksa menurut.

"Kalau kau menurut begini kan enak. Kami tahu kau khawatir tapi kondisimu sendiri juga sedang cedera. Beristirahatlah dulu. Oh ya, namamu siapa? Biar kami bisa menghubungi orang tuamu."

Si anak meringis karena si petugas terlalu kencang menarik perban di kepalanya. Kemudian dia menyebutkan namanya. "Saya Mario. Mario Genoveva Nathaniel."

"Oke, Mario. Perbanmu sudah rapi. Kau berbaringlah. Kami harus mengecek korban yang lain. Tak apa kan kami tinggal sebentar?"

"Ya, saya-"

"Biar saya yang menjaganya," seru seseorang.

Mario dan si petugas menoleh ke arah wanita yang datang tiba-tiba itu.

"Anda siapa?" Tanya si petugas.

"Saya guru di sekolah ini. Nama saya Collins."

Sang petugas paramedis menilai Collins secara sambil lalu. "Benar dia gurumu?" tanyanya pada Mario.

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang