Diary Hari Kedelapanbelas

1.7K 124 3
                                    

*Babak I*

Ruang kelas yang baru berisi lima orang anak.

Michelle meletakkan tas : “Aku kaget sekali, Frieska menelponku di tengah malam. Menyampaikan Nabilah kecelakaan. Bagaimana kejadiannya sih?”

Okta : “Ota sendiri masih shock sampai saat ini…”

Hamids mendekat : “Katanya kalian membuntuti si nomor 25, ya?”

Michelle kaget : “Apa? Membuntuti gadis itu!?”

Okta takut-takut : “Iya…”

*ada kinalele moment disini. Kyaa~~

Michelle : “Nah, kalian menemukan fakta mengerikan darinya kan?” Dengan nada menuntut.

Kinan mengunyah roti pemberian Okta : “Buoduoh! Satu-satunya hal mengerikan yang terjadi ya kecelakaan itu!”

Michelle mendengus : “Siapa yang tanya pendapatmu!?”

Okta mundur perlahan. Menghindar terlibat dalam pertengkaran. Menabrak Elaine : “Ma’af, Elaine-chan…”

Elaine : “Ya.”

Hamids : “Okta, rotimu masih ada?”

Okta : “Ada. Hamids-kun mau?” Hamids mengangguk.

Michelle : “Aku juga mau, Okta!”

Kinan : “Dasar tukang minta.”

Michellle : “Tutup mulutmu!”

Keduanya bertengkar hebat. Okta menyerahkan kotak bekal rotinya ke Hamids. Lalu menawarkan satu ke Elaine : “Elaine-chan mau?”

Elaine : “Tidak.”

***

*Babak II*

Pelajaran keempat, bahasa Jepang, sedang berlangsung. Diajar oleh Pak Jiro yang tidak pernah memalingkan wajah dari papan tulis.

Naomi menatap Nabilah : “Kamu baik-baik saja, kan?”

Nabilah : “Heh? Nabilah? Gak pa-pa kok. Masih shock sih…”

Adam menyorongkan kepalanya. Mengagetkan Veranda dan Nabilah : “Kau pasti berubah pikiran kan, Ve? Sebagai salah satu anggota penentang ramalanku, kau harusnya bisa meyakinkan yang lain bahwa ramalanku bukan omong kosong belaka.”

Veranda : “Sebaliknya, aku malah bingung.”

Naomi : “Bingung kenapa?”

Veranda : “Homogenitas. Kenapa ramalan Adam selalu berhubungan dengan musibah? Apa dia tidak punya stock ramalan indah barang satupun!”

Dyo tersenyum nakal : “Walah, bener juga tuh…”

Adam : “Meramal hal yang ‘baik’ itu tidak menarik. Buang-buang tenaga dan waktu. Tanya saja Elaine. Ya kan, Len?”

Elaine memutar kepalanya. Yang lain terdiam menunggu jawaban : “Tergantung.”

***

*Babak III*

Jam istirahat. Ada tugas akuntansi. Beberapa anak yang lupa mengerjakannya mencegat Farish untuk mencontek tugasnya.

Farish mengamuk : “Apa-apaan kalian ini?! Aku mau ke kantin!”

Dellon : “So-sorry, w-we wanna pi-pinjam your akuntansi PR book.”

Farish : “Kerjakan sendiri!”

Frans : “Mana sempat! Pelit amat sih.”
Farish : “Kamu kan biasanya nyontek punya Gery.”

Frans : “Kalau akuntansi kan mahiran kamu. Udah! Biar kami ambil sendiri. Tya, bongkar tasnya!”

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang