Diary Hari Kelima

2.1K 137 2
                                    

Gila!! Si nomor 25 itu ngagetin banget, gue ampe jadi pucat pasi pas dia mulai bersuara, mana suaranya itu nyeremin.

Vino kesel banget karena cewek itu ternyata berhasil merakit alatnya dan sama sekali tidak rusak. Nadse bilang cewek itu malah tidak mengerjakan apa-apa setelah makan siang.

Berarti dia sudah selesai bahkan sebelum makan siang dong. Siapa sebenarnya anak itu?

Vino terus mengamuk sepanjang hari ini. Berkali-kali dia melirik tajam ke cewek itu yang tampaknya tidak sadar diperlakukan begitu.

Hari ini kita belajar Matematika, gue bingung apa kita tidak mendapat jadwal yang pasti? Setiap hari pasti hanya membahas satu mata pelajaran dengan guru yang itu-itu saja alias Pak Richard.

Shania suka sekali Matematika, lincah menjawab setiap pertanyaan dengan suaranya yang mencericit seperti tikus.

Gue gak paham dengan apa yang disebut Pak Richard sebagai volume benda putar (apanya yang diputar? Yang ada malah kepala gue berputar-putar terus saat dia menjelaskan). Makanya sewaktu Adam menawarkan, "Kau mau kuramal, Dyo?" Gue langsung setuju.

Adam mengocok kartu tarotnya tanpa suara. Menyuruh gue mengambil satu kartu. Gue memilih kartu paling atas dan membaliknya. Gambarnya dua pedang bersilangan. Adam terkekeh. Gila, dimana letak kelucuannya, Adam?

"Nasibmu dibayangi kemalangan." Katanya.

"Lu juga mengatakan itu pada semua anak di sini. Basi tau nggak!" Balas gue.

"Apa kau akan percaya kalau aku meramal kejadian tiga hari yang akan datang dari sekarang?" Tanyanya.

Gue kaget. Mau apalagi anak ini!? Dan gue lebih kaget lagi sewaktu dari belakang ada yang nyeletuk. "Wh-What happen?" Rupanya Dellon. Mukanya memutih. Gue jadi curiga anak itu 'pemakai'.

Terus si Dellon gagap ngelanjutin. "Wa-walau not th-there who believe ra-ramalanmu, I-I think you right." *Grammar sengaja dikacaukan, ngertilah Della gimana*

O-la-la. Kumpulan manusia sinting rupanya. Apa cuma gue, Dyo, yang normal di kelas ini? "Oke kalau gitu, sebutkan ramalanmu!" Tantang gue.

Adam mesem. "Bener, mau tahu?" Itu jawaban dia! Ngeselin, kan? Padahal gue gak mau tau, sekedar ngehargain aja. Pokoknya kalau ada diantara kalian yang ditawari diramal, jangan mau! Kapok gue.

Setelah sok sibuk menulis di kertas memo, si Adam menyodorkan kertas itu ke gue. Mau tau isinya? Ini dia.

Tiga hari dari sekarang, Frieska akan jatuh dari tangga.
Didorong seseorang, teman sekelas kita juga.

Gue baca sebentar, kaget sebab isinya bukanlah berita yang bisa dibilang 'baik', lalu karena Dellon menarik-narik baju gue sambil memohon diperlihatkan memo tersebut, maka gue kasih aja ke dia.

Bagai menerima hadiah terindah, Dellon membaca isi memo. Menelan ludah dengan suara keras. Dan melipat memo tadi dengan tangan gemetaran. Terakhir menyimpannya di sakunya sebelum dia berbalik dan menunjuk sesuatu, "L-Look."

Gue dan Adam mengikuti arah tangannya. Betapa terkejutnya kami berdua ketika tahu apa yang Dellon tunjukkan.

Di depan, berjarak dua bangku dari kami, tampak Nabilah yang sedang serius memperhatikan pelajaran sambil menopangkan salah satu kakinya ke kaki yang lain. Meskipun roknya tidak tersingkap, tapi karena posisi duduknya lebih tinggi dari kami sehingga dapat gue lihat dengan jelas pahanya yang putih mulus, juga celana dalamnya yang berwarna putih kekuningan.

Kami bertiga terus memperhatikan pemandangan itu sampai bel tanda istirahat berbunyi. Membuat pemandangan indah kami hilang. Nabilah bangkit dan mengikuti Ve untuk pergi entah kemana, mungkin ke kantin.

"Ingat ya ramalanku!" Seru Adam sebelum keluar kelas.

OK, kita lihat saja tiga hari lagi.

(Maulidyo Djuhandar)

Soal Nabilahnya... itu dari cerita aslinya memang begitu. Klo dibuang, gw bingung diisi apa, jadi tetep gw masukin. Hahaha

Dan soal Dellon (Della) wkwk ya itu ngablu betul keknya, ye wks

Dark DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang