[ Alexa's POV ]
Aku segera mengenakan kemeja biruku sebagai pelengkap dari jeans ketatku dan tanktop hitam yang aku kenakan. Kemudian mengikat rambutku menjadi kuncir kuda. Aku mengambil tasku dan memakai vans hitamku. Aku segera berlalu keluar kamarku dan menuruni tangga. Seperti biasa, Rob sudah duduk dimeja makan dengan segelas kopi hangat. Aku menghampirinya dan memberikan kecupan singkat di pipinya dan menduduki kursi dihadapannya.
"Good morning, Dad." Ucapku.
"Morning, sweetheart. Bagaimana tidurmu semalam?" tanyanya sambil membaca sebuah buku kecil seukuran saku. Mungkin buku panduan atau semacamnya. Entahlah.
"Nyenyak seperti biasanya. Hari ini Dad akan pulang jam berapa?" tanyaku sambil mengoleskan selai coklat diatas sebuah roti tawar.
"Seperti biasa, ada apa?" tanyanya. Kini wajahnya mengarah padaku. "Aku harus menggantikan shift Emily hari ini karna dia tidak akan datang ke toko. Jadi mungkin pulang agak malam." Ucapku sambil mengunyah rotiku perlahan agar ucapanku terdengar jelas oleh Rob.
"Baiklah. Kalau perlu Dad jemput kau bisa mengirimiku pesan seperti biasanya." Ucapnya tersenyum. Aku balas dengan anggukan sambil terus mengunyah rotiku. Rob menutup buku yang sedang ia baca kemudian meneguk habis kopi hangatnya yang sisa setengah cangkir.
"Kau mau berangkat bersamaku atau naik bus?" tanyanya seraya beranjak dari kursi yang ia duduki. "Aku ikut, Dad. Sebentar." Ucapku merespon ucapannya. Rob berjalan kearah garasi untuk memanaskan mobil dan mengeluarkannya dari garasi. Aku meneguk susuku sampai habis. Kemudian berjalan keluar dan mengunci pintunya. Kemudian berlari kearah Chevrolet Cruze putih milik Rob dan duduk dikursi penumpang. Kemudian memang seatbelt dan mengangguk pada Rob pertanda aku sudah siap. Rob segera mengendarai mobilnya menuju sebuah toko roti tempatku bekerja.
[ Author's POV ]
Sementara itu, di kantor Syco One Direction beserta crew sedang mencari jalan keluar untuk masalah mereka.
"Kita benar-benar tidak bisa diam saja. Ancaman ini menjadi semakin serius dan tour akan mulai kembali bulan depan. Kita harus melakukan sesuatu." Ucap Paul yang dari raut wajahnya terlihat tegang.
"Aku setuju denganmu. Namun apa yang harus kita lakukan? Peneror itu bahkan bisa memasuki kamar hotel Zayn. Dia sungguh berbahaya." Ujar Simon Cowell.
"Kita berhadapan dengan orang yang benar-benar berbahaya kali ini." Ujar Dylan dari pihak Modest!
"Kita tambahkan security -" ujar Mark namun kalimatnya dipotong oleh Zayn.
"Untuk apa security yang banyak Mark? Dia bahkan bisa memasuki kamar hotelku. Security tampak tidak berguna dimatanya." Ujar Zayn. Raut wajahnya tampak frustasi. Liam mengelus punggung Zayn untuk membuat sahabatnya tenang.
"Aku belum menyelesaikan ucapanku, Zayn. Aku tahu security macam apa yang harus kita cari untuk menambah jejeran security untuk kalian. Dia orang yang tangguh. Seorang mantan penembak jitu dan mantan anggota dari Royal Marine. Ayahnya merupakan salah satu teman lamaku ketika di Manchester. Kurasa kita bisa memintanya untuk bekerja menjadi security untuk kita." Ujar Mark menjelaskan.
"Mark, seorang penembak jitu? Kau serius? Itu keren!" ucap Niall.
"Yeah, Niall. Kau benar. Jika kalian setuju dengan pendapatku aku bisa menghubunginya dan membicarakan ini." Ujar Mark.
"Tunggu, kenapa harus penembak jitu? Kita tidak sedang berperang." Ucap Louis.
"Untuk mencegah mendekatnya para peneror itu. Apalagi jika kalian dipanggung. Jika ada sesuatu yang mencurigakan dan kalian tidak mengetahuinya, si Penembak jitu akan melepaskan pelurunya agar peneror itu tidak sempat melakukan apapun pada kalian. Benar begitu, Mark?" ujar Paul. Sementara Mark mengangguk.
"Jawabanmu tepat sekali, Paul." Ujar Mark.
"Idemu sungguh cemerlang, Mark. Aku setuju dengan ide itu." ujar Simon.
"Yeah, seorang Penembak jitu itu keren!" ucap Niall penuh antusias.
"Itu bukan ide yang buruk, aku juga setuju." Ujar Liam yang masih menyampirkan tangannya dipundak Zayn.
"Yeah, kau benar, Liam." Ujar Louis seraya mengguk setuju.
"Ini akan menjadi sesuatu bagiku. Bagi kita. But, i like something new." Ujar Harry.
"Apapun untuk keselamatan, aku selalu menyetujuinya." Ujar Zayn dengan wajah yang mulai tenang.
"Jadi kapan kalian akan bertemu dengan orang itu?" ujar Dylan.
"Secepatnya. Aku akan segera menghubunginya lalu berkunjung kekediamannya untuk membicarakan ini." Ujar Mark.
"Dan aku akan ikut denganmu, Mark." Ujar Paul dengan tatapan kosong kearah gelasnya.
"Karna aku tahu, siapa yang sedari tadi kaubicarakan."
(Pics random from google. Itu rambutnya Alexa suka dikuncir begitu hehe:D)
Gimana nih? Penasaran nggak? Maaf ya kalo gajelas dan garing nanti juga lama – lama jelas kok ceritanya hehe
Jangan lupa vomment nya ya!
Thx
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD [ OneDirection ] - ON HOLD-
Fanfic"ini mendesak. Mereka dalam bahaya." Alexandra Victoria Wills hidup berdua dengan ayahnya sejak kepergian ibunya saat ia berusia 5 tahun. Sejak saat itu Alexa benci menangis. Karna akan mengingatkannya pada kepergian ibunya. Namun seorang pria angg...