Suara Zayn membuatku berbalik dengan tersenyum canggung dan menaikkan sebelah alisku.
"Kau sibuk?" ujarnya menggaruk belakang kepalanya.
"Uhm, sepertinya tidak." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulutku.
"Bisa bicara sebentar?" ujarnya seraya tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya dengan posisi tangan mengelus tengkuknya. Aku menyesali perkataanku barusan. Kuakui Zayn semakin tampan. Dan matanya masih sama indahnya dengan lima tahun yang lalu. Oh, apa yang kulakukan? Apa aku memujinya? Ini tidak bisa terjadi.
"Lex?" suara Zayn menamparku kembali pada dunia nyata. Aku tersenyum canggung dan mengangguk.
"Tentu." Ujarku. Zayn tersenyum lebar dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana pendeknya.
"Ikut aku. Kita mengobrol disana saja." Ujarnya seraya tersenyum. Aku hanya mampu mengangguk dan mengikutinya. Ternyata Zayn membawaku ke balkon. Disana ada beberapa kursi ditempat yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena sinar matahari karna terhalang oleh balkon lantai 3. Zayn memilih duduk ditempat yang tidak panas. Aku duduk disampingnya.
"Tunggu sebentar." Ujarnya kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu kedalam. Tak lama Zayn keluar dengan dua kaleng soda ditangannya.
"Minumlah." Ujarnya seraya memberikanku sekaleng soda dan aku refleks menerimanya. Ia kemudian membuka kaleng yang ada ditangannya dan meminumnya. Oh, Tuhan ia tampak begitu panas. Rambut halus disekitar dagu dan pipinya membuat penampilannya terkesan lebih dewasa. Namun tak menghilangkan kesan tampan dari wajahnya. Aku segera menampar diriku kembali kedunia nyata. Aku membuka kaleng soda ditanganku dan meminumnya. Zayn tertawa kecil. Aku menaikkan sebelah alisku.
"Ada yang lucu?" tanyaku polos. Zayn menggeleng kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Tidak, hanya saja kau terlihat lucu." Ujarnya dengan senyum lebar. Aku memutar bola mataku. Dan ia masih tertawa kecil. Aku meletakkan kedua tanganku diatas lututku. Kemudian memandang kearah balkon yang panas. Membuat mataku menyipit.
"Kemana saja kau selama lima tahun ini, Lex?" ujarnya. Aku menoleh padanya. Aku berusaha setenang mungkin untuk menjawabnya.
"Tidak banyak. Seperti yang kau ketahui aku bergabung dengan pasukan Royal Marine. Mengikuti camp mereka selama dua setengah tahun dan mulai berlatih sebagai prajurit. Namun aku berhenti di tahun keempat." Ujarku. Zayn mengangguk seraya mengelus sekitaran dagu dan pipinya dengan tangan kanannya. 'Kumohon jangan paksa aku untuk menceritakan 'itu' ujarku dalam hati
"Kenapa kau memutuskan untuk berhenti?" tanyanya. Sial. Aku menelan ludah.
"Aku tidak enak meninggalkan Dad sendririan yang semakin hari semakin bertambah usianya." Itu adalah jawaban paling ampuh untuk menjawab pertanyaan yang kerap kali beberapa orang tanyakan padaku itu. Dan Zayn tersenyum.
"Kau benar. Keluarga selalu yang utama." Ucapnya menatapku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Setelah keluar dari Royal Marine, kau bekerja? Atau kuliah?" tanyanya. Mengapa Zayn jadi menanyakan tentang kehidupanku? Aku menghembuskan nafas pelan. Berusaha menata kesabaran. Meskipun kuakui bicara dengan Zayn seperti ini membuatku gugup namun cukup nyaman.
"Aku bekerja ditoko roti." Ujarku seraya tersenyum kecil. Ia menyengir lebar membuat sebagian gigi putihnya terlihat.
"Oh, kau mengingatkanku pada Harry. Sebelum ikut kompetisi itu ia juga bekerja ditoko roti." Ujarnya. Melihat Zayn menyengir lebar aku refleks membalasnya dengan tawa kecil. Namun aku segera menunduk. Mendengar kata 'kompetisi itu' dari mulut Zayn membuatku tak nyaman. Mengingatkanku pada lima tahun lalu. Mengingatkanku pada semangat Zayn dan betapa bahagianya ia ketika juri akhirnya memutuskan untuk menggabungkannya bersama empat orang lain yang kini menjadi teman satu bandnya. Dan juga, mengingatkanku pada kenyataan bahwa Zayn pernah menjalin hubungan dengan sesama finalis dalam kompetisi itu dan memilih untuk meninggalkanku. Aku menggigit bibir bawahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD [ OneDirection ] - ON HOLD-
Fanfic"ini mendesak. Mereka dalam bahaya." Alexandra Victoria Wills hidup berdua dengan ayahnya sejak kepergian ibunya saat ia berusia 5 tahun. Sejak saat itu Alexa benci menangis. Karna akan mengingatkannya pada kepergian ibunya. Namun seorang pria angg...