Chapter 1

1K 82 7
                                    

Saruman Si Putih -Curumo- agung dan bijak namun memendam rasa iri.

Gandalf Si Kelabu -Olorin/ Mithrandir/ Tharkun- penuh belas kasih, namun keresahannya selalu membuatnya jatuh dalam masalah.

Si Jubah Coklat Radagast -Aiwendil- penyembuh dan penyayang, namun hanya mencintai satu bagian dan melupakan bagian lain.

Marinehtar -Alatar- dan Romestamo -Pallando- adalah pasangan Ithryn berjubah biru. Sosok yang mewakili kelembutan dan kekuatan, penegak keadilan dan penghukum ketidak-benaran, namun karena saling mencintai sering kali pandangan mereka hanya tertuju pada satu sama lain.

Middle-Earth adalah dunia yang dipenuhi dan dibanjiri Magis yang tak terhingga, begitu kaya... dari semilir anginnya hingga ke butiran debu. Namun mengapa, dunia yang seperti ini hanya diawasi oleh 5 orang Istari?

Mandos, Sang Kematian, sebenarnya tak begitu tertarik pada urusan yang menyangkut dunia. Ia memang ikut serta dalam proses penciptaan semesta, tapi setelah itu ia berpaling, dan membiarkan para Valar mengatur dan merencanakan sisanya. Meski demikian, tak sekali dua kali ia mempertanyakan kebijakan Manwe, Raja Para Valar, bahkan Yang Agung Eru Iluvatar sendiri.

Kebalikan dari Middle-Earth yang begitu dicintai para Ainur, Bumi Biru sangat miskin daya Magis. Begitu kering, sampai-sampai dibutuhkan mantra yang sangat rumit dan stamina yang amat besar untuk menciptakan sihir air atau menyemburkan api; sementara di Middle-Earth Curumo hanya perlu mengangkat tangan dan memanggil badai dengan suaranya, dan Olorin hanya membutuhkan satu kali hentakan tongkat untuk meledakkan bukit. Akan tetapi, Bumi Biru memiliki begitu banyak Istari! Setiap tahunnya seratus penyihir baik laki-laki maupun perempuan terlahir, masing-masing dengan bakat istimewa dan potensi besar. Satu di antara mereka, dia yang dinamai Merlin, bahkan memiliki kekuatan yang melebihi gabungan ke 5 Maia Middle-Earth! Bagaimana para Valar sampai mengacuhkan hal ini benar-benar di luar pemahaman Mandos, namun ia menyimpan sendiri pengetahuan dan rasa penasarannya.

Selagi Eru Yang Agung dan segenap Ainur-nya mengawasi dan mengagumi Middle-Earth, lebih daripada alam yang lain, Mandos melayangkan pandangan ke Bumi Biru. Merlin sudah melampaui segala harapan yang bisa ditujukan para Dewa terhadap Maia-nya, dan ia melalui segala cobaan, meraih kebesaran tanpa bimbingan Vala manapun. Potensi Merlin yang terus berkembang membangkitkan hasrat dalam diri Mandos. Andai ia bisa memiliki seorang abdi, maka abdinya haruslah Maia seperti Merlin. Akan tetapi Mandos juga ingin berperan serta dalam pembentukan dan perkembangan Istar-nya.

Dengan terkejut Mandos memahami keinginan terpendamnya. Ia menginginkan seorang Murid.

'Apakah ini wajar?' Mandos bertanya-tanya, dan ia lalu teringat pada Yavanna -Dewi Kesuburan dan Panen- dan Hobbit-Hobbitnya yang mungil, juga Aule -Dewa Penciptaan dan Pandai Besi- yang diam-diam menempa putra-putranya para Kurcaci... 'Ya... mungkin saja. Lagipula apa salahnya? Kalau Aule bisa memiliki pewaris, mengapa aku tak boleh mempunyai murid?'

Dengan pemikiran seperti itu, tanpa sepengetahuan siapapun Mandos mengunjungi Bumi Biru, dan bertemu Kakak Beradik Peverell.

Kala itu, Peverell Bersaudara tengah dalam perjalanan, dan menjumpai sungai besar nan berbahaya yang membentang merintangi tujuan mereka. Orang awam takkan mampu melewati halangan maut ini, namun Peverell Bersaudara adalah penyihir hebat. Dengan menggabungkan Magis, mereka menciptakan sebuah jembatan kokoh hingga mampu menghindari kematian.

Mandos terpesona pada ketiga penyihir ini, dan pada potensi Maia dalam diri mereka.

Si sulung Peverell, Antioch, adalah yang terkuat di antara mereka. Tak hanya berdaya Magis besar, ia pun dikaruniai fisik bagaikan batu karang. Adiknya, Cadmus, sayangnya tak memiliki kekuatan yang setara. Namun sebagai gantinya, ia memiliki daya ingat yang tajam, pemikiran yang tinggi, juga amat pandai berkata-kata dan berstrategi. Peverell yang terakhir, Ignotus, adalah yang berdaya Magis paling lemah, dan merupakan pribadi yang paling berhati-hati dibandingkan kakak-kakaknya. Walau demikian, Ignotus justru menjadi sosok yang paling menarik minat Mandos. Ia rendah hati dan berpikiran terbuka, sangat cocok dijadikan murid karena kesediaan untuk diajari dan belajar.

Tanpa ragu Mandos mengungkap jati dirinya sebagai Dewa Kematian di hadapan Peverell Bersaudara. Ia bahkan terang-terangan menunjukkan kekagumannya akan kehebatan Kakak Beradik ini dalam menangkis maut, dan mencoba menarik simpati dengan hadiah.

Antioch yang kuat, tentu saja menginginkan kekuatan yang lebih lagi. Untuknya, Mandos membuat Tongkat Elder yang tak terkalahkan dari setangkai ranting pohon Elder yang tumbuh di tepian sungai.

Cadmus yang berpikiran jauh, berharap bisa mengurai rahasia kehidupan dari orang yang telah tiada. Maka Mandos pun mengaruniainya dengan Batu Kebangkitan, yang berasal dari batu hitam di dasar sungai; batu yang memungkinkan pemiliknya memanggil kembali arwah orang mati.

Ignotus yang waspada hanya ingin hidup tenang dan terhindar dari maut. Mandos kemudian melepas tudung jubahnya, dan dari tudung itu ia menciptakan Jubah Gaib, jubah yang bisa membuat pemakainya tak kasat mata; bahkan mata Kematian sekalipun, lalu memberikannya pada Ignotus.

Peverell Bersaudara dengan senang hati menerima hadiah-hadiah ini, dan Mandos sendiri mengira keinginannya mendapatkan murid telah terkabul. Sayang takdir berkata lain.

Tongkat Elder yang tak terkalahkan dalam duel manapun, membuat Antioch Peverell menjadi mabuk kekuasaan. Keangkuhan dan kedigdayaannya menuai iri dan benci, hingga akhirnya Antioch dibunuh dalam tidurnya dan Tongkat Elder hilang dicuri.

Cadmus yang arif dan bijak pun menyalahgunakan anugerahnya. Saat mengetahui kekasih hatinya meninggal, tanpa pikir panjang Cadmus menggunakan Batu Kebangkitan untuk memanggil kembali arwah kekasihnya. Ia lalu menghabiskan waktu dan kepandaiannya, mencari cara untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati, tapi semua sia-sia. Sedih dan akhirnya gila, Cadmus lalu mengakhiri hidupnya.

Kini, hanya Ignotus yang tersisa. Namun kematian kakak-kakaknya membuatnya menutup diri dan tak tertarik pada ajaran Mandos.

Kekecewaan membuat Mandos mengalihkan perhatian dari Bumi Biru. Tak lama setelah itu terjadi pula kekacauan besar di Middle-Earth akibat nafsu angkara Dewa Jahat Morgoth, hingga fokus Mandos benar-benar terpusat ke satu titik. Dan Tiga Relikui Kematiannya tersisih dari ingatan...

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang