Chapter 10

417 41 0
                                    

"Satu, untuk Raja Kegelapan di singgasananya yang kelam. Sembilan, untuk Manusia Fana yang ditakdirkan mati. Tujuh, untuk Raja-Raja Kurcaci dalam Rumah Batu. Tiga, untuk para Peri Bijak di bawah langit..."

Ayat lagu mengenai Cincin-Cincin Kekuasaan yang pernah dipelajari Harry selintas di Aula Mandos terbayang kembali di benak Sang Penyihir sewaktu ia dipertemukan dengan Lord Cirdan, pemimpin Grey Havens yang disebut juga Mithlond dalam bahasa Elf.

Selayaknya para Elf yang dikaruniai fisik sempurna; begitulah Cirdan. Posturnya tinggi dan gagah. Meski telah memandang dunia selama ribuan tahun, tiada jejak waktu yang tergores pada wajahnya. Bahkan janggut di dagu Pelaut Teleri itu tak membuatnya terlihat tua. Rambutnya ibarat perak cair, cahaya memberkas darinya saat sang surya muncul menawarkan pagi. Ia memancarkan vitalitas yang berkesinambungan, seperti ombak laut yang terus bergelombang, atau bara api yang menolak padam.

Kilatan merah dari jemari Lord Cirdan tertangkap mata Harry. Kiranya satu dari Cincin Kekuasaan, Cincin Api Narya yang disandang oleh Sang Peri.

"Mithrandir!" Seperti Glorfindel, Cirdan melihat kedatangan Harry bak sebuah kejutan menyenangkan yang telah lama ditunggu. Ia merangkul Harry, menepuk-nepuk punggungnya layaknya sahabat yang lama tak jumpa. Dengan canggung Harry membalas sambutannya.

"Melihatmu, sama menggembirakannya dengan melihat mentari pagi!" seru Cirdan. Saat melihat matahari yang menyinari Havens hingga cerah tak terkira dan melirik penampilannya yang kusam, Harry merasa kata-kata itu terlalu memuji. Tapi belum sempat ia berkilah, mata Cirdan kemudian menemukan Ron yang mengapung ragu tak jauh dari mereka. "Demi Eru! Burung hantu merah!"

"Jangan-jangan di sini Ron spesies yang tak ada ya," Harry mengira-ngira. "Ini temanku, Ron," ia mengenalkan Ron, "...dan dia sebenarnya Penyihir."

Cirdan semakin terkesima. "Burung Penyihir?"

Ron berjengit, sedangkan Harry berdeham menahan tawa. "Ya, lebih kurang begitulah."

Cirdan mengulas senyum saat menatap Ron. "Aku belum pernah melihat yang sepertimu sebelumnya."

"Sama," Ron menyahut, dan wajah terperangah Cirdan hampir membuat Harry tergelak.

Setelah itu, Cirdan hampir tak melepaskan Ron. Ia menanyai Ron macam-macam, seperti dari mana asalnya, Penyihir macam apa, apakah ia benar-benar spesies burung, apa ada lagi makhluk ajaib seperti dirinya. Ron sampai kewalahan menanggapi pertanyaan-pertanyaannya. Bukannya membantu, Harry malah menontonnya dengan asyik.

Tak hanya Harry, Glorfindel pun geli menyaksikan antusiasme Cirdan yang tak terbendung. "Lord Cirdan, Mithrandir dan Ron baru saja tiba di Havens. Setidaknya biarkan mereka duduk melepas penat?"

Demi mendengar itu, Cirdan tersadar. Dengan tersipu ia lalu mengundang Ron dan Harry, juga Glorfindel untuk santap pagi di wismanya; di sebuah beranda yang menghadap laut.

Setelah memastikan para tamunya mendapat satu porsi dari tiap hidangan yang disajikan, Cirdan bercerita pada Harry, bahwa seminggu yang lalu seorang utusan dari hutan Lothlorien datang ke Havens dan menghadap Cirdan dengan membawa sebuah pesan.

"Lady Galadriel mencarimu, Mithrandir. Dari kurir yang diutus, aku mendapat kesan bahwa beliau sangat ingin menjumpaimu. Tak hanya ke Mithlond ini, Sang Lady bahkan mengirim utusan pada para Elf di wilayah lain. Imladris, juga Eryn Galen. Entah apa yang merisaukan hatinya, tapi aku yakin ini hal yang amat penting."

Harry mendengar penuturan Cirdan dengan mata menerawang, mengenang perasaan demi perasaan yang terkandung dalam pecahan memori Mithrandir tentang seorang Galadriel. Rasa yang kini menimbulkan hal aneh dalam dirinya. Menyadari ini, Harry menegur dirinya sendiri, menghentikan pikiran melanglang buana yang tak berujung. Ia tak punya waktu untuk hal-hal sentimentil. Ia datang ke Dunia Tengah untuk menunaikan tugas.

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang