Chapter 15

326 37 3
                                    

Demi mengetahui Maia suci dari Valinor-lah yang telah memberi mereka wejangan mengenai langkah-langkah apa yang sebaiknya diambil terkait masalah Dol Guldur, sikap skeptis sebagian Elf Mirkwood dalam Majelis Permusyawaratan Thranduil pupus digantikan harapan. Walau keresahan tak hilang dari wajah Perdana Mentri Elarinya, suara bulat berhasil dicapai dalam rapat Dewan tersebut.

"Dengan ini, Eryn Galen akan menjadi garis terdepan dalam pertentangan melawan Smaug, dan bukan tak mungkin dengan Sauron sendiri," Thranduil mengiringi Harry, meninggalkan ruang menara. Dewan Mentrinya, Radagast, dan Elf Lothlorien, mengikuti seraya menyimak.

"Mithrandir, ada Istar sepertimu dan Aiwendil di antara kami, akan memberi banyak perubahan apabila datang masa-masa yang sulit."

Harry tertegun mendengar asumsi sang Raja. "Maaf, Yang Mulia. Tapi aku dan Ron tak dapat menetap di Greenwood," ia berkata tegas. Ia mengerti saat ini Mirkwood ada dalam kondisi siaga, namun tanggung jawab sang Istar Kelabu bukanlah hutan ini semata, melainkan Middle Earth secara keseluruhan.

Giliran sang Raja yang memandangnya terpana. Harry merasa tak enak. Dari seluruh wilayah Elf Penguasa, hanya kerajaan Thranduil-lah yang paling rentan. Ia bertetangga dengan Raja Kegelapan dan Naga, tapi sihir yang ia ketahui mungkin cuma tabir ilusi atau perisai magis level terendah.

"Perang besar akan datang di kemudian hari," Thranduil berujar, dan Harry menyadari kebenarannya. Rencana Hermione, akan berakhir dengan konfrontasi dengan Smaug. "Elf, Manusia, Skin Changer, semua akan terlibat dalam upaya penyingkiran Naga Api terakhir di Dunia Tengah! Kami semua membutuhkan bimbinganmu!"

Perang besar akan datang di kemudian hari. Elf, Manusia, Skin Changer, di beranda kerajaan batu para Kurcaci ... perasaan Harry tergelitik. 'Dan di manakah Dwarf Erebor berada?'

"Aku tak bisa tinggal ..." kata-kata Harry terputus sewaktu rombongan mereka melewati aula arca Pahlawan Peri. Pandangannya terpaku pada barisan patung Ksatria dari pualam di dalam balairung. Inspirasi terbit di benaknya secepat kedipan mata.

Keheranan, Thranduil dan yang lain ikut berhenti bersamanya. "Mithrandir?"

Harry tersenyum. "Aku tak bisa tinggal, tapi bukan berarti aku lepas tangan dari masalah ini."

***

Ketika roh api itu merasuk ke raganya, Glorfindel merasa dirinya terdorong jauh. Bagai ditenggelamkan ke dasar danau.

Sejuk dan temaram, tak ubahnya bermimpi. Ia terapung di ketiadaan, sembari menerawang ke permukaan. Menyaksikan dunia dari balik punggung seseorang.

Vasariel.

Di luar, sosok sang Istar hampir tak terlukiskan karena begitu menyilaukan. Namun di dalam sini, Glorfindel menyaksikan wujudnya yang lain. Meskipun hanya tampak punggung, Vasariel terlihat seperti wanita muda dari ras Manusia, dengan rambut seliar lidah api.

Ron memanggilnya 'Maynee'...

Glorfindel menatap sayu, amat berharap sosok itu menoleh, agar ia dapat melihat wajahnya ...

***

Di Kementrian Sihir, ada sebuah aturan baru yang tercetus di awal tahun 2000, mengenai hak-hak Peri Rumah, dan di dalamnya tersemat larangan perbudakan terhadap mereka yang digagas oleh Hermione Jean Granger.

Pasal Peri Rumah ini kemudian memicu reaksi global. Para Penyihir yang diuntungkan oleh sistem perbudakan, sudah pasti mencerca dan mengecam, bahkan mengancam Hermione secara fisik. Tetapi golongan Penyihir yang berpikiran terbuka mulai menelaah kembali sikap mereka terhadap House Elves, bahkan bertindak lebih jauh lagi; membebaskan Peri Rumah mereka dari status budak ataupun pelayan.

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang