Chapter 24

326 33 12
                                    

Gandalf seperti cahaya lilin di puncak menara. Rapuh. Kecil. Gampang diombang-ambing angin, namun terus melekat pada sumbu tak peduli seberapa keras bayu menepis. Tak terkira daya yang ia kuras demi memadamkan lilin ini. Api, lekas menyambar. Membiarkan bara setitik di halaman, kelak kobarannya 'kan menyulut seisi negeri.

Ia membiarkan dirinya lelap dalam kegelapan setelah pertarungan yang terakhir itu. Entah sudah berapa purnama terlewati, namun tiada keresahan mengganggunya karena satu musuh telah ia tamatkan. Hingga suatu hari ia terbangun oleh derap sayap kupu-kupu, dan melihat cahaya kecil, kecil saja, tak lebih dari seekor kunang-kunang, namun lebih keras dari matahari yang menyengat lurus di atas kepala.

Bukan lilin yang bisa dipatahkan dengan mudah, dan kini cahaya baru itu memenuhi seisi menara, membangunkan separo penghuni benteng.

Ia tak dapat tidur dengan tenang lagi sejak saat itu.

***

"Aku menerima pembentukan aliansi," ujar Thorin, disaksikan dua kemenakannya dan Balin sang Penasehat ketika Harry, Ron dan Glorfindel menjumpainya lagi hari itu.

Harry mengangguk. Sekarang ia paham mengapa Aule memerintahnya untuk mempertemukan Thorin dengan almarhum Ayahnya. Apapun yang mereka bicarakan, tampaknya sang Ayah berhasil mengetukkan sedikit kelogisan hingga menembus kepala Thorin yang sekeras batu.

"Tapi aku tidak mau bergantung pada pasukan Manusia ataupun Elf Mirkwood," kata Thorin, sekelumit kepahitan masih memancar di matanya. "Aku akan memanggil kerabat dan sahabatku, juga rakyat Erebor, menggalang kembali kekuatan yang tercerai berai."

Harry kembali mengangguk. Itu bisa dimaklumi. "Lakukan apa yang menurutmu perlu dilakukan."

Selama beberapa saat Thorin berdiam diri. "Ayahku mengamanatkan tiga barang penting padaku, harta keluarga kami. Ketiganya ia sembunyikan di tempat-tempat rahasia. Sebelum berangkat ke Erebor, aku berencana mengambil kembali benda-benda itu," ungkapnya pada akhirnya.

"Kuharap kau tidak pergi sendiri, Thorin, mengingat musuh lamamu masih mengincar kepalamu."

Diingatkan pada Azog, wajah Thorin mengeras, "tidak, aku tidak akan pergi sendiri."

Musim dingin sudah dijelang. Akan sangat berat bepergian dalam cuaca seperti ini, ditambah lagi adanya ancaman pembunuhan atas Thorin sekeluarga. Harry memandang Ron, berpikir-pikir, sebelum berkata, "Istar Ron akan menemanimu."

Thorin ragu-ragu. Sebaliknya Balin, Fili maupun Kili terlihat lega. "Dalam cuaca buruk, keberadaan seorang Penyihir bisa sangat membantu," kata Harry kalem.

"Maksudmu seekor," Thorin mengawasi Ron, tak terkesan sedikitpun.

Ron memicingkan mata padanya, dan dengan dengusan keras ia menyentakkan surai. Meja tamu Thorin seketika lenyap dari pandangan, cangkir-cangkir dan cerek tanah liat di atasnya pun jatuh hingga pecah berserakan di lantai, kopi pekat tumpah dan terpercik ke segala arah.

Fili dan Kili terlompat kaget, Balin berjengit dari kursinya. Glorfindel tak terlalu terkejut karena asyik melamun, sedangkan Harry cuma geleng-geleng kepala. Adapun Ron tersenyum jumawa, tak sedikitpun gentar pada tatapan membunuh Thorin.

"Kau ini putra Raja tapi sikapmu sangat buruk!" kata Ron. Thorin merah padam mendengarnya. "Jangan suka meremehkan! Penampilan bukan tolak ukur pantas tidaknya seseorang. Wujudku boleh jadi seperti ini, tapi aku bisa melenyapkan seisi rumahmu cuma dengan satu tiupan!"

Harry mengesah lalu menjentikkan jarinya. Meja tamu pun muncul dari kekosongan. Mengikuti panggilan tangan si Penyihir pecahan cangkir berikut cereknya melayang ke udara, sebelum menyatu seperti besi ditarik magnet dan mendarat rapi ke atas meja. Sayang sekali kopinya tak bisa diselamatkan. Harry menyihir genangannya hingga lenyap tanpa bekas. "Baiklah! Ada lagi yang perlu kita bahas?" katanya, dengan nada riang. Cuma sepi yang didapatnya. Thorin melengos, Ron buang muka. Sisanya terdiam dalam kecanggungan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang