Chapter 2

627 61 3
                                    

Kilat cahaya putih menyambar laksana petir, namun alih-alih jatuh dari angkasa, ia meluncur dari tongkat kayu seorang kakek berjubah kelabu. Bumi bergetar, pepohonan berderak, dan 5 ekor laba-laba raksasa yang bergantung pada benang-benang mereka terpental sembari menjeritkan lengking kesakitan yang memekakkan telinga, sebelum jatuh berdebam ke tanah dan mati.

Si Kakek Kelabu, atau Gandalf Si Penyihir mendengus keras. Laba-laba raksasa bukanlah lawannya; tak butuh sihir rumit untuk menghabisi mereka, tapi kecemasannya tak kunjung reda.

"Mengapa semua jadi separah ini...?"

Apabila ada hal yang bisa dibanggakan oleh Gandalf, maka itu adalah intuisinya. Selama ribuan tahun, intuisinya tak pernah lalai dalam memperingatkannya. Tak peduli walau Si Putih Saruman selalu meremehkannya karena tak logis dan lebih berpegang pada intuisi ketimbang fakta, Gandalf sama sekali tak ambil pusing.

Dan di sinilah ia akhirnya, di selatan Mirkwood ini, di mana intuisinya mengantarnya. Sebagai makhluk yang tergolong purba, Gandalf tahu banyak tempat dan banyak hal, dan ia tahu betul bahwa Mirkwood; hutan gelap, suram, menyeramkan dan beracun ini dulunya tidak begini. Dulu ia hijau, subur dan sangat indah. Mata airnya murni dan sejuk. Udaranya segar dan bersih. Bunga-bunga bermekaran di mana-mana. Panen buah hampir di tiap musim. Bahkan tak jarang Gandalf diundang pada pesta Peri Hutan, menikmati kemegahan alam dan berkah yang terkandung di dalamnya.

Sekarang? Bahkan lahan pemakaman pun masih lebih cerah dibanding hutan ini. Alih-alih peri atau bahkan anak kera, yang bergelantungan di dahan-dahan pohon malah laba-laba. Raksasa pula.

Gandalf mengesah sedih. "Oh Greenwood... Eryn Lasgalen yang indah... mengapa kau bisa jadi begini?"

Ia meneruskan perjalanan, dalam diam menyesali hutan yang tercemar. Noda yang menyebar dan meracuni tempat ini bukanlah hal biasa, dan Gandalf mencurigai sesuatu yang buruk sebagai penyebabnya. Berulang kali ia berusaha membujuk Saruman untuk membantunya menindak-lanjuti pencemaran atas Mirkwood, tapi Saruman selalu menampik. Ia hanya tertarik pada pembangunan bentengnya di Isengard dan eksperimen-eksperimen sihir, dengan dalih semua itu adalah persiapan kalau-kalau Sauron kembali. Dan berkali-kali pula Gandalf merasa Saruman yang bijak mulai berkarat dan kekurangan kearifan. Radagast, temannya yang baik, pun sama memusingkannya. Sesaat, ia setuju membantu Gandalf dalam penyelidikannya, namun sesaat kemudian, ia malah melesat entah kemana bersama kelinci-kelinci Rhosgobelnya, mengoceh tentang humus dan lumut janggut. Hanya Eru yang tahu apa yang berputar di kepala kakek aneh berjubah coklat itu. Selain sarang burung bul-bul di tumpukan rambutnya... ah, ataukah itu burung Robin? Nightingale barangkali? Ngomong-ngomong berapa harga tembakau Old Toby sekarang?

Gandalf tersadar dari lamunannya dan menggeleng-geleng. Ah, usia tua, usia tua. Sudahkah pikirannya melapuk karena usia tua? "Tak ada waktu untuk berangan-angan, Kakek. Aku takut kau malah tak punya waktu sama sekali..." ia mendesah, lebih pada dirinya sendiri.

Dedaunan kering yang membusuk berputar-putar ditiup angin, terangkat dan berhamburan. Bau lembab, tanah, dan mayat yang mengurai menebar di udara. Gandalf sudah berada di luar Mirkwood, tepat di perbatasan yang memisahkan hutan dengan Amon Lanc, bukit gundul di mana sisa reruntuhan kerajaan Peri Silvan masih terlihat berdiri.

Kenangan masa lalu pun kembali menghantui Gandalf. Ia teringat akan kota megah dengan menara-menara pualam dan kubah-kubah yang cantik. Teringat pada Raja Peri gagah nan rupawan Oropher yang tengah memangku putra semata wayangnya Thranduil di atas singgasana emas. Harpa bertatah berlian yang berdenting merdu dan sungai anggur yang harum. Turnamen panahan dan pacuan kuda. Jamuan makan di bawah sinar bintang. Akan tetapi... semua itu sudah lama berlalu. Kenangan indah Gandalf akan masa-masa kejayaan itu telah menjelma menjadi mimpi buruk, karena kini Amon Lanc telah berubah menjadi Dol Guldur, Bukit Penyihir Kegelapan. 'Sarang The Necromancer.'

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang