Liam: Another Thing

1.5K 43 2
                                    

Kata kunci dalam kehidupan bukan hanya ada dalam diri sendiri. Terkadang, kita membutuhkan segel yang dianugerahkan kepada orang lain. Kita, membutuhkannya untuk menjadikan sebuah kelengkapan dalam diri kita. Di tahun kedua ini, aku menemukan orang lain itu yang saat ini sudah menjadi kekasihku. Semenjak ada dirinya, kehidupanku memang tak berubah. Hanya saja perasaanku berubah menjadi lebih bahagia. Entah yang aku pikirkan, seorang Cady Martin mampu menjadikan aku tonggak dalam kebiasan dunia tanpa secerca keluhan yang harus aku utarakan.

Aku memang mempunyai pekerjaan yang berat. mungkin khalayak mengatakan bahwa menjadi artis itu menyenangkan. Namun, bagiku apabila aku terus berkutat dengan dunia entertaiment aku menjadi bosan. Bagaimana tidak, saat ini privasiku tak dapat aku jaga kembali. Seperti, aku takut kepada sendok. Semua orang mengetahuinya. Itu sebenarnya adalah aibku, tak sepantasnya disebarkan begitu saja. Tapi sudahlah, aku senang membuat para fansku senang. Setidaknya One Direction mampu menghasilkan materi yang cukup banyak.

Jujur, aku sedikit cemburu dengan Cady. Ia tak pernah mengeluh dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya. Malahan, dia yang sering menyemangatiku untuk berkarir di masa depan. Sepertinya aku akan meninggalkan boyband ini dan mendirikan sebuah usaha baru. Oh ya, tentu saja aku akan menikah dengan Cady. Haha lucu mungkin bila Cady berganti nama dengan Mrs.Payne. who knows?

********************************************************************

Central Park, suatu tempat di tengah New York yang menjadi saksi atas pertemuanku dengan Cady untuk pertama kalinya. Tak pernah bosan aku untuk datang kemari. Selalu teringat, rambut panjang nan hitam milik Cady saat pertama aku melihatnya. Ia sedang berbicara dengan Niall saat itu. Entah mengapa, perasaan bersalah terus menerus datang dan pergi. Tapi kudengar, Niall sendiri sudah memiliki orang yang ia suka. Memang, Niall adalah Niall yang sulit untuk mengungkapkan perasaannya.

"Wayoo Mrs.Spoon what'ca doing?", Cady tiba-tiba mengagetkanku dari belakang.

"Oh my gosh! Cady!", jeritku terkaget.

"Hahaha I'm sorry, I'm sorry. so, shall we?", kata Cady sambil menggenggam tanganku.

"Sebenarnya, kau akan mengajakku kemana? pantai?", tanyaku penasaran.

"Of course not, darl..", Cady sighed.

"Pokoknya, hari ini...",  potong Cady.

"Hari ini kenapa?", tanyaku sambil tersenyum.

"I'm yours uuuooo", kata Cady menyenandungkan lagu Jason Mraz tersebut. tapi sayangnya, suara emasnya dibuat berantakan olehnya. Aku tahu dan aku yakin suara Cady itu sangat indah ketika ia bernyanyi. This is my fate, suatu hari nanti aku akan melakukan duet dengannya. harus!

"Aaa suaraku jelek ya? Maafkan aku Mr.Direction", kata Cady sambil menutup wajahnya.

"Cady, hey listen. You have a fabulous voice! And i love it", kataku sambil membuka kedua tangan Cady yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Really?", goda Cady.

"Absolutely", kataku sambil tersenyum dan mencium keningnya.

"Ah kurasa cukup untuk adegan romantis ini, ayo cepat berangkat! aku kelaparan", kata Cady rewel.

"Oh berarti kau akan mengajakku ke restaurant ya?", tanyaku sambil menggodanya.

"Ssst.. No talking", katanya sambil menarik tanganku untuk pergi. Aku hanya tertawa melihat perilaku Cady yang sebenarnya masih kekanak-kanakan. Namun, yang sangat mendominasi dari dirinya adalah jiwa mandiri yang sudah tercap di keningnya. Dua karakteristik inilah yang membuatku semakin mencintainya.

Summer Love: LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang