Liam: Rain Won't Respect

1.1K 34 6
                                    

Next chapter :D thanks ya udah baca yang sebelum-sebelumnya. Oh ya, di part ini ada Ed Sheeran loh. So, jangan lupa buat ngevote dan comment ya :D Hope you'll enjoy this part fellas :*

***************************************************

Biarkan bintang di luar sana mengepakkan kedua sayapnya mengarungi sungai yang tak terlepas dari bayangan hitam. Biarkan semua nyanyian mengalun dengan sendirinya. Tapi yang harus kau tahu, aku tetap mencintainya lebih dari apa yang dia tahu. Tak peduli segala fenomena ini akan berakhir, tak peduli segala konsekuensi ini akan terungkap tanpa sebuah nama. Bila kuingat kembali, mengapa harus dia yang bertanggung jawab? Seorang sahabat yang baik selalu mencoba untuk membahagiakan sahabat lainnya. Tapi kau, Liam? Matamu hanya tertutup oleh bayangan bintang bersinar yang selalu kau banggakan. Dengan bodohnya kau mengiyakan keputusan yang Cady buat. Apa kau siap dengan kemungkinan yang akan terjadi kelak? Bagaimana jika Cady akan jatuh cinta kepada Niall?

*************************************************

Liam, we should be ended this.

Enam kata itu menghiasi pagi cerah di New York City. Kurasa aku harus mengambil langkah ini. Semua pilihan yang disungguhkan seakan membuatku menyadari. Aku harus menerima Cady berkata seperti itu. Disatu sisi aku adalah sahabat dari Niall. Salahnya, aku tak terlalu peka atas keprihatinan Niall. Yang aku bayangkan hanyalah saat-saat indah bersama Cady. Dari awal cerita, aku adalah hanya peran ketiga yang berhubungan dengan Cady. Secara tidak langsung aku telah membunuh persahabatan antara Cady dan Niall. Aku tak ingin Cady terkekang atas hubungan ini. Aku pun tak ingin melihat Niall yang tersenyum namun dalam hati selalu menyanyikan More Than This dibelakangku. Bila Cady mengatakan ia ingin berpura-pura tak ada lagi hubungan denganku, It’s not really a problem i think.

“Hey, dude”, seseorang menepuk bahuku.

“oh hey Ed”, jawabku lemas.

“Tadi aku mengetuk pintu kamarmu, tapi kau....”, kata Ed sambil meletakkan gitar dan tas ranselnya di sudut kamarku.

“Oh ya? Maafkan aku, aku tak mendengarmu”, ujarku.

“Mmh.. Tadi aku mampir ke sebuah toko roti, aku membelikanmu bagel. Kau mau?”, tanya Ed.

“Thanks! Nanti saja, baru saja aku makan siang bersama Louis dan Harry”, jawabku.

“Yakin? Baiklah. Aku letakkan disini ya”, ucap Ed meletakkan kotak makan diatas meja komputerku.

“Ya, bagaimana dengan projek kita?”, tanyaku kepada Ed.

“Whoa.. whoa.. whoa, sabar brother! Slow down, kita belum berbincang-bincang. Sudah lama kita tak bertemu”, kata Ed sambil tertawa sedikit-sedikit.

“Salah kau sendiri lebih memilih travelling ke seluruh dunia bersama The-girl-who-said-she's 22”, ucapku kesal.

“What? Who? Taylor?”, tanyanya berkoar-koar.

“Iya Taylor Swift. Your... Edyor or Sheewift or Tayed Hahaha”, ucapku menggodanya.

“What did you say?! Dude, aku bukanlah tipe orang yang berpacaran dengan mantan sahabatku sendiri!”, kata Ed kesal.

“Haha easy easy, aku hanya bergurau”, tawaku.

“Ayolah ceritakan tentang pacarmu itu”, bujuk Ed.

“mmh.. cerita jangan ya?”, gumamku kepada Ed.

 “Liam Payne! Apa sulitnya untuk bercerita sih? Ah.. aku tahu kau sangat mencintai diriku kan? Kau tak mau membuatku cemburu. iya kan?”, ucap Ed mengangkat tubuh dari tidurnya.

Summer Love: LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang