Niall: Yes, Imma Monster

777 28 4
                                    

Hey guys! Thank you berat ya kalian masih mau mantengin cerita ini. Oh ya, ini ceritanya masih sama kayak yang If Only, Cuma aku mikir aja mau ganti jadi Summer Love: London gitu kan lucu hehehe=)) Dan aku mau MINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA karena apa:

1.     Karena puasa, so.. mohon maaf lahir bathin yaaa ^_^

2.     Karena aku masih amatir jadi banyak banget kesalahan :((

3.     Karena di part ini Niall become a totally j--- =))

4.    Part ini penuh dengan adegan-adegan aneh, dan bagi aku ini part paling menyeramkan.

Penasaran ya Niallnya kenapa.. Sok mari silahkan dibaca aja. Enjoy and Happy Fasting all <3

********************************

Arogan, egois, tak memiliki belas kasihan. Inilah perubahan yang kutampakkan kepada khalayak umum. Sudahku katakan aku tak pandai dalam beradu acting.  Namun, aku pandai dalam merubah personality. Awalnya aku berpikir, untuk apa aku merubah diri hanya karena aku tidak mendapatkan cinta yang sesungguhnya. Begitu childish kau tahu! Bukan salahnya bila ia lebih memilih bersama kekasih lamanya. Bukan salahku bila aku mencintainya. Aku mencintainya, tak meminta imbalan. Namun tolong jauhkan aku dari stalkerku itu. Siapapun dia aku masih mengganggap X adalah Liam.

********************************

Musim panas di London bukanlah hal yang istimewa bagiku. Ya, karena aku sendiri bukanlah orang London. Aku bangga atas sanjungan Irish yang selalu menempel pada dahiku. Don’t even asking why I am here. Semenjak insiden Cady-Dumbed-Me aku menjadi jengkel bila harus berhadapan dengan Liam. Dengan anggota One Direction lainnya. Mereka tidak peka dengan perasaanku. Louis dan Harry terus mengejek-ejek Liam dengan hubungan jarak jauhnya yang ia jalani bersama Cady. Zayn yang tahu segalanya tentang perasaanku, seketika menghilang ketika aku membutuhkannya. Bagaimana bisa aku menyebut mereka sebagai sahabat?

“All right, boys.. boys.. Oh my God!”. Cindra mulai kebingungan mengatur kami. Salah sendiri ia memutuskan untuk menjadi manager kami. Itu sama saja dengan masuk ke dalam lubang neraka. Berkecimpung dengan ajudan-ajudan setan. “Hey, kalian dengarkan aku dulu!”, bentak Cindra.

Hanya Zayn yang menggap Cindra ada. “What’s wrong, babe?”, goda Zayn. Pipi Cindra memanas dan memerah setelah dipanggil babe oleh Zayn. “Kau ada pemotretan dalam 30 menit. Dan kalian semua belum ada yang mandi satupun”, keluh Cindra.

Louis berdiri dari duduknya dan menuju tempat dimana Cindra berdecak pinggang. Dengan santai Louis memegang kedua bahunya. “Ya Tuhan, maafkan aku Cindra. Aku sih bisa saja mandi, tapi bagaimana dengan Zayn? Apa kau tega melihat zayn...”, celetuk Louis.

Zayn menyerang Lou dari kanan hingga mereka berdua terjatuh. “Hey Lou, shut up!!!!!”.

Aku tak paham dengan group band ini. Hey, sadarlah kalian! Kita ini terkenal dan di puja oleh banyak wanita. Sedangkan kalian masih dalam zona kekanak-kanakan! Tatto saja yang diperbanyak, tapi tetap saja kalian masih mental anak umur 5 tahun!

“childish”, kataku pelan sambil meninggalkan mereka. Seketika Liam menggenggam pergelangan tangan kananku dan melihatku. Tatapan marah yang ia berikan kepadaku. “We need to talk”. Aku melepaskannya dengan paksa dan meninggalkannya dengan lenggang kangkung.

Bantingan pintu yang cukup keras telah melegakan panasnya hati sebesar 0.5%. Apalagi yang ia inginkan? Belum puaskah dia menghina, mencaci, dan menjadikanku musuh terbesar. Screw you, Niam! There’s no more that! Aku masih membayangkan ciuman Liam yang mendarat di bibir Cady pada saat perpisahan kemarin. Menyakitkan.

Summer Love: LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang