Niall: X's Game

842 21 7
                                    

Keadaan yang harus aku pertahankan sekarang adalah aku berada di jembatan goyah yang tak dapat berdiri tegar ketika aku menyebranginya. Jika aku menumpu beratku ke sebelah kanan aku akan terjatuh ke jurang yang penuh dengan binatang buas yang siap memakanku. Bila aku memberikan sebagian beratku ke sebelah kiri, aku akan jatuh ke lengseran gunung yang dihempaskan lumpur hisap yang akan menelanku hidup-hidup. Lebih parah lagi bila aku harus diam mematung ditengah-tengah jembatan, tidak maju ataupun mundur. Memang aku akan aman dalam posisi ini, namun aku tidak akan menjalani hidup baru karena stuck dan menurut hipotesaku, lama kelamaan aku akan mati jua. Kalau begitu, untuk apa aku berjuang dalam hidup ini bila ending cerita akan bertemu dengan kematian? Ah.. itu hanya pertanyaan untuk pecundang. Aku, Niall James Horan tak akan mundur untuk mendapatkan apa yang harus aku dapatkan.

************************************

From: Unknown (Block ID)

Find a replacement huh? How about that bitch that you kissed last summer? Jump to the river? – X

Tak ada waktu yang terbuang untuk menatap layar terpaku. Sudah 24/7 aku memandangi isi pesan yang tak tahu siapa pengirimnya. Jujur, ini sangat mengganggu privasiku. Apabila ini hanya prank dari Directioner, ini sangatlah tidak lucu. Kalau memang ada yang tidak menyukai hubunganku dengan Cady tak usah sampai dibesar-besarkan seperti ini. Lagi pula, darimana si Mr.X ini mengetahui my private number. Seingatku, hanya beberapa orang yang kuberi nomor ini. Selebihnya mereka akan mengirimkan pesan-pesan lewat ponselku yang satu lagi.

Dreeet Dreeet Dreeet

From: Unknown (Block ID)

I know you want my bitch, not that easy! Just come and play with me! – X

Kukepalkan tangan kananku dan kubiarkan kepalan itu menghantam dinding kamarku. Sakit yang kurasakan tak sebesar sakit pada kepala dan hati yang tak menentu. X? Apa yang dia inginkan? Aku tak sedang berlomba memperebutkan Cady. Cady sendiri yang mendekatiku. Ia sendiri yang....

“What’ca doing Niall?”, tanya Zayn yang seketika masuk dan melihat diriku yang sedang mengepalkan tanganku. Aku hanya menatap Zayn dengan tatapan keji.

“Oh my God! Tanganmu.. It’s purple! Hahahaha”, candaan Zayn sangat tidak tepat.

“Out”, usirku.

“What?”, tanya Zayn bingung.

“I said..”, kuselingi dengan tarikan nafas.

“Get OUT!”, kataku menonjok Zayn, refleks Zayn menahan pergelangan tanganku.

“What’s wrong with you dude!”, cetus Zayn.

“Leave me alone!”, teriaku.

“Niall! Easy.. Easy!”, Zayn menenangkanku. Aku mencoba untuk mengatur napasku yang tak karuan. Menyatukan sel-sel yang terbuang setelah aku berteriak tadi.

“Sekarang, ceritakan apa yang terjadi!”, perintah Zayn. Aku tak tahu harus bercerita darimana dan aku memang tak berniat untuk menceritakannya.

“Aku sedang tak ingin bercerita”, kataku singkat.

“Benarkah?”, tanya Zayn tak percaya.

“Ya, dan sekarang please...”, ucapku lemas.

“Aku harus keluar?”, tanya Zayn. Aku hanya terdiam menjawabnya.

“Baiklah”, kata Zayn diselingi dengan helaan napas.

“Niall..”.

“Aku tahu Cady dan Liam sudah tak ada hubungan lagi. Berarti, kau sudah memiliki hak untuk mendapatkan cinta lamamu”, kata Zayn dipenghujung pintu sambil tersenyum dan menutup pintu tersebut.

Summer Love: LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang