Niall: This Is War!

708 31 9
                                    

Ketika kecaman menghujam seorang pribadi, sepertiku, yang tak mengenal arti keramahan, itu bukan berarti seluruh dunia harus menghakimimu. Mereka tak tahu siapa diriku sebenarnya. Mereka hanya melihatku dari sisi yang berlawanan. Send hate, cibiran, dan yang lain-lain hanya sebatas perantara otak dan hati. Apabila aku terus menggunakan hati, mungkin aku akan mengalami luka hati dan tak mau bersosialisasi kembali. Juga sebaliknya, bila aku terus menggunakan otakku yang ada hanyalah emosi yang tak berujung. Kenali dulu aku baik-baik. First impression is really important to you? Mmhh.. how about second impression? Bukankah dalam remedial juga dilihat dari nilai terbaik?

***************************

Aku terbangun dari tidurku. Sudah berapa kali aku melakukan hal ini? terbangun dalam kepala pening bekas tadi malam. Jujur, aku lelah dengan perasaan ini. aku hanya ingin menghindari pemikiranku mengenai Cady. Ah Niall, kau tak lihat apa dia lebih memilih Liam. saat ini saja ia berada di London, tak lain dan tak bukan hanya untuk Liam kan? Lagi pula, jika kau terus seperti ini semakin banyak saja orang yang membencimu. Tak cukupkah paparazzi yang selalu mengejarmu agar mendapatkan foto saat kau sedang mabuk? Pikirkan baik-baik bodoh!

“Niall, are you awake?”, tanya Zayn yang bertengger di depan pintu kamarku. Dengan malas aku melihatnya. “yes”.

“I’m sorry”, ucap Zayn melemah.

Aku bangun dari tidurku dan memasang wajah kebingungan. Zayn peka dengan keadaanku. Ia segera duduk di ranjangku dan menunduk.

“I’m sorry, i can’t be your bestfriend when you’re in this situation”.

Aku menghela napas dan memijit keningku. “kau tak salah apapun Zayn, aku yang terlalu egois”.

Zayn memerhatikanku seperti memikirkan sesuatu. Ia tersenyum dan menutup pintu kamarku.

“Kau tahu kan Cady akan bertamu besok malam?”, tanya Zayn.

Aku memutarkan bola mata. “Ya aku tahu”.

“Bersikaplah baik kepadanya”, ujar Zayn.

“Aku sudah tidak mengejarnya lagi, Zayn. Aku tahu Cady hanya memilih Liam”, amarahku.

Zayn menghela napas. “Liam sudah mengatakan kata ‘putus’ kemarin dan..”.

Aku terbelalak. Terkejut mengetahui Liam bisa melakukan hal seperti itu. Tak habis pikir aku, apa yang ia lakukan?! Aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan dengan emosi mencari keberadaan Liam. Setelah kubuka pintu kamar, dan kulihat Liam sedang berada di balkon apartemen memandangi suasana kota.

“Apa yang kau pikirkan?!”, ucapku dengan penuh emosi.

Liam menengok dan tersenyum kepadaku. “Good morning, Irish”, sapanya.

“Kau hanya akan menyakitkan Cady!”, ucapku di depan wajahnya.

“Maksudmu?”, tanya Liam enteng.

Dengan tatapan yang tak menyenangkan aku menatapnya. Kuatur napasku dan emosi yang mengelabui tubuh. “Jika kau ingin membelaku, aku tak akan bersahabat lagi denganmu. Cause you’re the chosen one Liam!”.

**********************************

Tak kusangka aku masih bisa menghirup udara musim panas di London. Melihat ke arah luar dari sebuah kedai kopi kecil di ujung jalan Abbey Road. Kau tahu, semua hal yang ada di London membuatku sedikit gila. Mulai dari pekerjaan, percintaan, sampai ke penormalan otak pun tak perlu ditanya lagi. Semenjak aku diperkenalkan dengan stalker X, hidupku menjadi tak tenang. Sepertinya orang ini benar-benar membenciku.

I won’t let her go because of your stupid drunker! – x

Ini adalah isi pesan terakhir yang dikirimkan oleh X sebelum aku pergi ke Flawless Bar. Rasanya aku ingin langsung bertemu dengannya dan mencaci maki apa yang telah ia perbuat. Sudah beberapa kali ku block tetap saja ia bisa menembus akses. Jika dia adalah Liam, itu tidak mungkin.

“Oh c’mon, there’s no seat?”, suara keluh dari seorang perempuan di belakangku. Aku menengok dan terkejut melihatnya.

“Mia?”, panggilku.

Ia terbelalak melihatku dan seakan tak ingin melihatku lagi. Ia mendekatiku dan berdiri di depanku persis.

Mia menghela napas. “Apa kursi ini kosong?”, tanya Mia.

Aku melihat kursi di depanku dan menatapnya kembali. “Apa kau yakin kau mau duduk denganku?”, tanyaku.

Mia memutarkan bola matanya. “Aku membutuhkan wifi sekarang juga. Kosong tidak?”, tanyanya kesal.

Aku mengangguk. Mia langsung duduk di depanku, mengeluarkan laptop dan mengetik dengan cepat sesuatu yang tak aku tahu. Beberapa kali ia mengerutkan keningnya. Mencoba berpikir apa yang akan dia tulis.

“Jika kau menatapku terus, bagaimana aku bisa konsen?”, tanya Mia dengan pandangan masih menuju layar laptop.

“M-maafkan aku, aku hanya..”, aku menggaruk-garuk kepalaku.

“Send!”, ucap Mia sambil tersenyum.

Aku mengerutkan keningku. “Sebenarnya, apa yang kau kerjakan?”, tanyaku.

“it’s not your bussines”, jawabnya ketus.

“C’mon aku sudah meminta maaf padamu kan? Sampai kapan kita akan bertengkar?”, aku memelas.

Mia menarik napasnya lagi. “Kalau kau bukan Niall Horan, akan kucabik-cabik wajahmu”, ucapnya pelan.

“I take that as my apologize is accepted!”, senyumku.

Mia ikut tersenyum. Beautiful. Wait what? What did i say? No no no no. Niall, she’s not your type! I mean, yeah rambutnya memang indah untuk dipandang, wajahnya indah mempesona, terlebih matanya yang berwarna hijau. Dia sungguh... Niall! Stop it!

“Ah apa yang kulakukan dengan orang bodoh sepertimu? Wasting my time!”, kata Mia pergi meninggalkanku tanpa sepatah dua kata pun. Aku hanya melihatnya menganga. Kupikir tadi ia telah memaafkanku, dan sekarang sikapnya berubah lagi menjadi Mia yang menyebalkan. Mengapa wanita itu selalu berubah-ubah?!

Dreet.. dreeet... dreeet

From: Unknown (Blocked ID)

You just BITE a poison apple, snow white! – X

Kubaca, kuresapi apa yang dimaksud oleh Mr.X kali ini. Bite? Apel beracun? Snow White? Seketika ada yang menepuk pundakku. Refleks, aku menengok. Seorang waitress berdiri dan menggenggam apel merah mengkilap dengan tulisan X di secarik kertas yang menggantung di tangkainya.

“This is for you Mr.Horan”, ucapnya.

“Kau mendapatkannya dari siapa?!”, tanyaku dengan nada emosi.

Mata waitress tersebut sudah mulai berubah, menjadi mata yang tertekan. “A-aku tak tahu. Aku menemukannya di meja paling ujung dan ada kertas bertuliskan ini”, kata waitress tersebut. Aku menarik kertas yang digenggamnya.

Give this to Niall Horan there, or I will kill you Johanson and next is Montana

Aku tertegun membacanya. Sepertinya orang ini adalah salah satu orang phsyco. Dan sepertinya ia memang memerhatikanku selama aku mengobrol dengan Mia.

“Kau Johanson?”, tanyaku. Ia hanya mengangguk pelan.

“Dan... Montana adalah..”, ucapku.

“She’s my daughter”, kata Johanson.

Dreeet dreet dreet

From: Unknown (Blocked ID)

See what i mean? - X

***************************

Aku tak bermaksud untuk membuat orang lain membenciku. Ini demi kebaikan mereka. Mungkin cara penyampaianku yang dianggap salah oleh beberapa orang. Bukan hanya beberapa kupikir, mungkin jutaan umat didunia ini. namun, apa kecaman seperti ini dapat menyelesaikan masalah. Disalah satu sisi semua orang harus berlapang dada. X atau siapapun orang ini, sepertinya aku memiliki kesalahan yang cukup besar sehingga ia mau menghancurkan kehidupanku. This is war, X.

Summer Love: LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang