Kia membasuh wajahnya dengan air di wastafel, berharap bisa menghilangkan semua jejak ciuman yang Jonathan lakukan di mulut dan di sekitar wajahnya. Masih ada air mata yang menitik dari mata cantik gadis itu, apa yang dilakukan Jonathan tadi benar-benar membuatnya merutuki pria itu dan merutuki dirinya sendiri karena telah terbuai oleh pria brengsek itu.
"Brengsek, dia benar-benar brengsek!" Isak tangisnya yang menggema itu teredam air shower yang sengaja dinyalakan olehnya.
Kia berjalan ke bawah pancuran shower itu dengan masih mengenakan pakaian lengkapnya. Guyuran air itu perlahan membasahi semua bagian tubuhnya dari atas kepala hingga ujung kaki, dan dinginnya air itu membuat tulangnya yang telah remuk redam itu semakin terasa ngilu.
"Aku benci dia!!!" Seru Kia, "Aku membencimu...sangat membencimu...." Lirihnya di bawah derasnya air shower itu.
Tubuhnya luruh perlahan di lantai keramik itu, punggungnya menempel dengan dinding keramik dan kedua tangan mungilnya itu memeluk lututnya yang terasa lelah dengan gemetar.
"Sebenarnya apa maumu? Tidak cukupkah kamu menyakitiku dulu, aku mohon menyingkirlah dari hidupku. Aku sudah cukup lelah dengan semua ini, tolong jangan tambahkan lagi penderitaanku....." Isak Kia lirih.
'Kamu terlalu mencintainya Kia,' ucap batinnya yang saat ini tengah menatapnya dengan lirih.
"Ya, aku memang mencintainya dan karena itulah aku jadi sangat membencinya," jawab Kia, "Aku membencinya karena cinta ini!"
"Kenapa aku bodoh sekali bisa mencintainya sampai seperti ini, dan kenapa juga aku masih mencintainya setelah dia menyakitiku seperti itu. Kau bodoh Kia, bodoh!!!"
Semua memori itu kembali terputar di dalam bayangannya, semua rasa sakit yang telah Jonathan berikan itu kembali menyayat hatinya. Membuat luka itu semakin menganga lebar.
Flashback....
Hari itu...saat Kia menghubungi Jonathan, Jo mengatakan pada Kia jika dia sedang sakit dan sekarang ini dia tengah berada di apartemen pribadinya. Jonathan sengaja mengatakan jika dia sedang sakit, entah apa yang direncanakan oleh pria itu.
Kia sendiri dengan inisiatifnya berencana mengunjungi Jonathan sambil membawa makanan untuk pria itu. Dia tahu Jo pasti belum makan karena tidak mungkin dalam kondisi sakit seperti itu dia akan keluar atau memasak untuk dirinya sendiri. Kia berjalan di lorong apartemen Jonathan sambil menenteng kantong plastik putih berlogokan sebuah resto terkenal dan bisa dipastikan jika makanan yang dibelinya itu pasti untuk Jonathan.
Semenjak kejadian pernyataan cinta itu, Jonathan dan Kia semakin dekat. Entah mengapa Kia sendiri merasaan bahwa pria yang disukainya itu pun menyukainya. Apalagi setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, di mana Jonathan menciumnya
untuk yang pertama kali dan itu adalah ciuman pertama Kia dengan seorang pria dan pria itu adaah orang yang disukainya.Kia memencet tombol intercom, namun tak ada balasan dari dalam, saat Kia menyentuh handle pintu, dia dikejutkan dengan pintu yang ternyata tak terkunci. Kia perlahan masuk ke dalam apartemen yang memang sudah tak asing lagi baginya.
"Kak Jo!" Seruan Kia menggema di ruang apartemen itu.
Samar-samar indra pendengaran Kia mendengar suara yang membuatnya merinding, suara itu seperti suara desahan seorang wanita dan pria, dengan perlahan Kia mempertajam pendengarannya sambil mencari dan menghampiri suara itu walaupun sebenarnya dia sedikit takut.
Disaat dia sudah bisa memastikan dari mana sumber suara itu berasal, Kia mulai mendekati pintu kamar di mana suara-suara itu terdengar, dengan enggan Kia menyentuh handle pintu yang ternyata sama tak terkuncinya seperti pintu di depan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You With My Love
RomanceKetika cinta mengalahkan rasa benci, atau benci hanyalah sebuah alasan bagi cinta? -Jonathan Antonio Bandreza- dia adalah seorang player yang suka bermain dengan banyak wanita tanpa pernah menggunakan hatinya, namun bukan berarti dia tidak pernah ja...