Bab 9

273K 6.9K 119
                                    

Mata Jonathan menatap nyalang dinding atap kamarnya, pria itu mengenang kejadian di mana awal mula Kia benar-benar membencinya hingga sampai seperti ini. Mungkin luka yang ia torehkan waktu itu salah, karena dia tidak tahu ternyata dia telah memberi luka di hati gadis itu di saat dia akan kembali terluka oleh karena kehilangan mamanya.


Flashback....

Jonathan menatap punggung Kia yang berlalu pergi, rasa sakit atas tamparan panas yang diberikan gadis itu di pipinya tidak sesakit hatinya ketika melihat gadis itu menangis, menangis karena dia menyakitinya.

Jonathan melakukan semua tindakan itu hanya karena ia ingin menyelamatkan gadis belia itu dari dirinya yang bejat. Nafsu selalu bisa mengalahkan akal sehat dan itulah yang selalu dirasakan oleh Jonathan ketika bersama gadis itu.

Selama ini Jonathan masih bisa menahan nafsunya, tapi dia tidak tahu akan sampai kapan dia bisa menahan nafsu bejatnya itu, maka dari itu dia menyakiti Kia dengan cara seperti ini, agar gadis itu mau menjauhinya. Gadis itu masih terlalu belia untuknya dan Jonathan sendiri tahu akan hal itu, walaupun memang tidak dipungkiri jika hatinya mencintai gadis belia itu, gadis yang terpaut hampir 10 tahun dengannya itu telah mencuri hatinya.

Jonathan melihat Yasmin terburu-buru menuruni anak tangganya, sepertinya gadis itu terlihat akan pergi keluar rumah. "Kamu mau ke mana, Yas?" tanya Jonathan.

Yasmin menoleh dan menatap Jonathan dengan muka yang terlihat khawatir. "Ada apa?" tanya Jo lagi.

"Mamanya Kia meninggal, Kak...."

"Apa!" Jonathan benar-benar terkejut, "Kapan?"

"Kemarin...karena kecelakaan." Jonathan tergugu, pasalnya kemarin itu adalah hari di mana dia dengan suksesnya menyakiti gadis itu.

"Yasmin sama temen-temen yang lain duluan ke sana, Kak Jo nyusul aja ya kalau mau ikut," ujar Yasmin lalu pergi bersama rombongan teman-temannya.

Jonathan melihat Kia masih bersimpuh di depan pusara mamanya dari balik pohon besar yang tak jauh dari sana. Langit mulai menghitam dan gemuruh guntur mulai terdengar, sudah bisa dipastikan sebentar lagi hujan akan turun, tapi gadis dengan mata sembab itu masih setia di tempatnya. Masih setia menangis di depan gundukan tanah yang masih basah itu.

Rintik hujan mulai turun, yang awalnya hanya gerimis kini telah menjadi lebat. Jonathan masih setia memerhatikan gadis itu, dan gadis itu sendiri masih setia bersimpuh di depan makam itu tanpa mau beranjak walaupun tubuhnya telah basah kuyup.

Jonathan membuka payung hitam yang sedari tadi memang telah dibawanya dan dengan perlahan mulai menghampiri gadis itu, entah kali ini apakah gadis itu masih mau bertemu dengannya atau tidak, Jonathan tidak peduli dia hanya ingin melindungi gadis itu dari guyuran hujan.

Saat dirasa ada yang memayunginya, dengan perlahan Kia mulai mendongak dan disaat itulah kedua mata itu saling beradu tatap. Kia menatap Jonathan dengan tatapan terluka sedangkan Jonathan sendiri menatap Kia dengan tatapan bersalah.

Kia mengedikkan tatapannya, menjauh dari tatapan Jonathan. "Kia pulang dulu, Ma...." Ucapnya sambil mengusap nisan Sang Ibu.

Kia berdiri dan berniat untuk pergi tanpa memedulikan pria di hadapannya yang tengah memayunginya itu. Jonathan mencekal pergelangan tangan Kia sehingga membuat gadis itu menoleh kearahnya dengan tatapan kesal.

I Hate You With My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang