"Jo...Jonathan!"
Jonathan mengedikan bahunya menanggapi seruan itu. "Hai, buru-buru sekali," ucap wanita itu.
"Sintia, ada apalagi...bukannya urusan bisnis kita sudah selesai?" tanya Jonathan datar.
Wanita bernama Sintia itu terlihat tidak puas dengan jawaban pria yang sangat digilainya itu. "Kita sudah lama tidak bertemu, apa tidak ada waktu untuk ngobrol lebih lama?" tanya Sintia dengan nada manja.
"Aku harus menghadiri meeting yang lainnya, dan aku rasa hubungan kita hanya sebatas partner kerja, tidak lebih...." Ujar Jonathan mengingatkan.
Kali ini perusahaan di mana Jonathan bekerja itu tengah menjalin hubungan kerja dengan perusahaan lain dan perusahaan itu adalah perusahaan milik Ayah dari gadis di hadapannya itu.
Gadis itu adalah junior Jonathan sewaktu dia kuliah dulu dan gadis itu memang pernah menjalin hubungan dengannya, hubungan di atas ranjang tepatnya. Ya, Jonathan memang brengsek, dan itulah dia.
"Kamu dingin sekali, apa perlu aku menghangatkanmu seperti waktu dulu?" Sintia mencoba menggoda Jonathan.
Jonathan tertawa renyah menanggapi ucapan gadis di hadapannya itu. "Ternyata kamu tidak pernah berubah, kamu masih tetap nakal seperti dulu."
Ucapan Jonathan disambut senyuman oleh Sintia, gadis itu merasa Jonathan sedang memujinya, namun senyum itu sirna ketika mendengar kelanjutan dari ucapan pria itu.
"Tapi sayangnya, aku sudah tidak tertarik padamu seperti dulu. Jadi maaf, aku harap hubungan kerja ini tidak kamu salah artikan. Aku hanya menganggapmu sebagai rekan kerja, tidak lebih."
Sintia benar-benar terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh pria di hadapannya itu, Jonathan yang selama ini digilainya itu berlaku dingin padanya. Pria itu menolaknya, menolak semua pesona yang dimilikinya.
"Jadi urusan kita sudah selesai bukan, aku permisi dulu...." Ucap Jonathan sesopan mungkin. Kali ini Sintia tidak lagi menghalangi langkah Jonathan, wanita itu hanya bisa menyeringai menatap kepergian pria yang dicintainya itu.
"Aku akan mendapatkanmu lagi Jo, akan aku pastikan itu. Kau milikku Jo, milikku!"
●●●●●
Suasana kantor masih sepi. 'Sepertinya hari ini aku datang terlalu pagi,' batin Kia.
Di dalam lift Kia termenung memikirkan pembicaraan dia dengan Mika beberapa hari yang lalu, gadis itu tidak menyangka kalau sahabatnya itu memiliki dilema perasaan serumit itu. Sahabatnya itu dicintai olah pamannya sendiri, orang yang telah
dianggapnya sebagai pengganti ayahnya sejak kecil.Flashback....
"Mika, kamu masih di sini?" tanya Kia saat gadis itu mendapati sahabatnya itu masih stay di biliknya.
Mika yang disapa, cepat-cepat mengusap air mata yang tadi sempat membasahi kedua pipinya itu dengan jemari lentiknya.
"Lho...Kia, bukannya kamu tadi sudah pulang?" tanya Mika dengan suara seraknya.
"Oh, itu ada berkasku yang ketinggalan. Aku mau kerjakan di rumah saja," jawab Kia.
Mika mengangguk tanda mengerti. Kia memerhatikan wajah sahabatnya itu yang sedikit terlihat tirus, serta matanya yang terlihat sedikit sembab dan memerah. "Kamu habis nangis ya?" tebak Kia.
"Ahh, nggak kok...." Tepis Mika cepat.
Kia menarik sebuah kursi ke dekat bilik Mika, dan duduk di kursi itu sambil berhadap-hadapan dengan sahabatnya itu.
"Kamu gak bisa bohongin aku, cerita sama aku ada apa?" tegas Kia mempertanyakan.
Mika sempat ragu apakah dia akan menceritakan hal itu pada Kia atau tidak. Setelah cukup lama Kia menunggu Mika untuk bercerita, akhirnya sahabatnya itu mau menceritakan masalahnya itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You With My Love
RomanceKetika cinta mengalahkan rasa benci, atau benci hanyalah sebuah alasan bagi cinta? -Jonathan Antonio Bandreza- dia adalah seorang player yang suka bermain dengan banyak wanita tanpa pernah menggunakan hatinya, namun bukan berarti dia tidak pernah ja...