Suara bel membangunkan Kia yang baru saja bisa terlelap, kejadian hari ini benar-benar menguras tenaga dan emosinya, apalagi tadi dia juga sempat mendapatkan kabar jika-Mika-sahabat di kantornya itu tak kunjung pulang ke rumahnya
hingga tengah malam ini."Ya sebentar!" Seru Kia sambil menuruni anak tangga dengan terburu-buru.
"Siapa sih malam-malam begini? Tidak tahu apa orang baru bisa tidur!" Racau Kia sambil membuka pintu depan.
"Ki...." Ucap seorang gadis dengan keadaan mengenaskan.
"Ya Tuhan, Mika!" Pekik Kia saat tubuh sahabatnya itu tiba-tiba luruh, dengan sigap Kia menangkap tubuh Mika agar tidak tersungkur di lantai.
Kia berusaha sekuat tenaganya untuk bisa mengangkat tubuh Mika ke atas sofa di ruang tamunya. Saat ini Kia menatap bingung pada sosok yang sedari tadi juga membuatnya tak bisa tenang.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi denganmu, Mika? Kenapa kamu bisa jadi seperti ini?" ucap Kia menatap keadaan mengenaskan sahabatnya itu. Kia melihat banyak luka di sekujur tubuh Mika. Kia sempat menghubungi dokter pribadinya untuk datang ke rumahnya.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Kia pada dokter itu.
Setelah dokter itu membantu Kia untuk memindahkan Mika ke kamarnya yang berada di lantai atas tadi, kini dokter itu tengah memeriksa keadaan Mika dan mengobati beberapa luka yang ada di sekujur tubuh gadis itu terutama di bagian
keningnya yang terlihat cukup parah."Tidak terlalu serius hanya luka lebam saja, cuma kening dan sudut bibirnya saja yang terluka, tapi kamu tenang saja, benturan di keningnya tidak membuat tulang tengkoraknya retak hanya kulitnya saja yang sedikit sobek," penuturan dokter itu membuat Kia bernapas lega.
"Syukurlah...." Desah Kia lega.
"Siapa gadis ini dan kenapa keadaannya bisa sampai seperti ini?" tanya dokter tampan itu.
"Dia sahabatku. Aku juga tidak tahu kenapa kondisinya bisa seperti itu tiba-tiba saja dia sudah ada di depan rumahku. Yang aku tahu tadi dia sempat hilang, bahkan keluarganya sampai mencarinya," ujar Kia menjelaskan pada dokter pribadinya itu.
"Kamu sudah kasih tahu keluarganya?" ucapan dokter itu membuat Kia menepuk keningnya sendiri membuat dokter muda nan tampan itu terkikik geli melihat tingkah gadis itu.
"Ahh, aku lupa...aku akan menghubungi keluarganya sekarang," ucap Kia mengambil telepon genggamnya yang tergeletak di atas nakasnya.
"Kalau gitu Kakak pulang dulu ya, tidak papa 'kan kalau Kakak tinggal? Kasihan Mama sendirian di rumah, lagi pula Karin dan Rafa juga lagi tidak sedang dirumah."
Ucapan dokter tampan itu membuat aktifitas jari tangan Kia yang bermain di layar telepon genggamnya itu terhenti.
"Eehh, ya udah...kalau gitu Kia anter ke depan ya.... Oh iya, Kak Dimas!"
Dokter tampan bernama Dimas itu kembali mengedikkan bahunya kearah Kia. "Salam ya buat Tante Ranti sama Kak Karin dan satu lagi, titip cium buat Dedek Rafa. Nanti kalau ada waktu Kia main ke rumah," ucap Kia.
"Iya, nanti Kakak sampaikan, kamu jangan lupa minum obat dan jangan lupa check up. Jaga kondisi tubuhmu jangan sampai drop.... Kakak tunggu di rumah sakit, kalau ada apa-apa kamu langsung telepon Kakak!" Ujar Dimas mengingatkan.
"Siap Boss...." Ucap Kia tersenyum ceria.
"Oh iya Kak, mulai besok Kia juga sudah bisa ketemu sama Papa lagi." Ucapan Kia sontak membuat Dimas terkejut.
"Jadi Ibu tirimu sudah mengizinkan kamu...." Dimas menggantungkan kalimatnya.
Wajah ceria Kia berubah suram. "Mereka mengajukan satu syarat, Kak. Mereka maksa Kia untuk menandatangani surat kuasa pengalihan harta," isakan itu keluar dari bibir mungil Kia, "Kalau Kia tidak mau tanda tangan, mereka mengancam akan menlepas semua alat penunjang kehidupan papa." Tangisnya pun pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You With My Love
RomansaKetika cinta mengalahkan rasa benci, atau benci hanyalah sebuah alasan bagi cinta? -Jonathan Antonio Bandreza- dia adalah seorang player yang suka bermain dengan banyak wanita tanpa pernah menggunakan hatinya, namun bukan berarti dia tidak pernah ja...