Bab 8 🔞

311K 7.5K 96
                                    

Senyum itu tak henti-hentinya tersungging di kedua sudut bibir Jonathan, di saat dia menatap Kia yang tengah berkumpul dengan sahabat-sahabatnya itu di satu meja kantin yang terletak di sudut ruangan.

Senyum dan tawa lepas gadis itu benar-benar menghipnotis pandangan Jonathan, pria itu sangat menyukai senyuman gadis itu. Gadis yang membuat hatinya berantakan semenjak perjumpaan pertamanya dengan gadis itu kembali.

Jonathan memang pernah melukai gadis itu, tapi bukan maksud hatinya untuk melakukan hal seperti itu pada Kia. Jonathan hanya tidak ingin Kia semakin terluka jika gadis itu masih berada di sampingnya. Maka dari itu Jonathan melukainya, membuat gadis itu membencinya dan meninggalkannya, namun itu masa lalu. Untuk Jonathan sendiri perasaannya terhadap Kia masih sama seperti dulu. Tidak pernah hilang dan tidak pernah berubah, apalagi setelah sekian lama akhirnya dia dipertemukan lagi dengan gadis itu.

Kedewasaan Kia semakin membuat Jonathan tak bisa berpaling darinya, Kia benar-benar menghipnotis mata dan seluruh tubuhnya. Hanya membayangkan senyuman gadis itu saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang.

"Kau sudah seperti orang gila, Jo...." Ucap seseorang yang duduk di hadapan Jonathan.

"Sama gilanya sepertimu, saat mencintai keponakanmu sendiri. Jadi jangan mendikteku Adam! Aku hanya menikmatinya." Jonathan tak mengalihkan tatapannya pada Kia selagi dia berbicara pada Adam.

Adam mendengus, namun tidak berkomentar lagi karena apa yang dikatakan Jonathan benar. Dia pun sama gilanya seperti sahabatnya itu kerena mencintai keponakannya sendiri.

"Minta maaflah padanya, aku yakin dia pasti akan memaafkanmu," ucap Adam sambil menikmati makan siangnya itu. Jonathan tak menggubris ucapan Adam, Adam hanya bisa menggeleng melihat tingkah bodoh sahabatnya itu.

Tanpa disadari Kia, tatapan mata cantiknya itu saling bersirobok dengan tatapan Jonathan yang sedari tadi menatapnya. Jonathan memberikan seringainya itu pada Kia dan hal itu dicibir oleh gadis itu dengan gumaman, Jonathan hanya bisa tertawa simpul dan hal itu membuat Adam yang ada di hadapannya menggelengkan kepalanya lagi.

"Ini menarik, aku akan menaklukan hatimu Kia, tunggu saja...." Gumam Jonathan sambil bertopang dagu di atas meja kantin itu. Matanya benar-benar tak lepas dari sosok cantik itu.

*****

"Kia mohon, Ma...bukannya Kia sudah melakukan semua yang Mama inginkan. Kia cuma minta satu, biarkan Papa dirawat di rumah sakit tempat Kak Dimas bekerja, Kia mohon..." pinta Kia pada mamanya yang berada di seberang teleponnya.

"Apa bedanya sih, dirawat sama Dimas atau dokter lain. Sama saja bukan!" Jawab Marinka dari seberang teleponnya.

"Kali ini saja Ma, Anggap ini permintaan terakhir Kia. Setelah ini Kia tidak akan minta apa-apa lagi." Marinka sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Putri tirinya itu.

"Terima kasih, Ma...." Ucap Kia sebelum akhirnya menyudahi pembicaraannya itu.

"Siapa?" Suara di belakang punggungnya itu membuat Kia terkejut.

"Mika, kamu mengagetkanku saja!" Ucap Kia mengelus dadanya.

Ya, itulah kebiasaan yang selalu dilakukan gadis itu ketika terkejut, mengelus dadanya sendiri. "Ibu tiriku," jawab Kia atas pertanyaan sahabatnya itu.

Mika hanya ber-oh-ria. "Oh iya, Ki... Aku sama anak-anak mau karaokean habis pulang kerja. Ada yang neraktir, katanya perayaan ulang tahun, ikut ya?" ajak Mika.

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Kia.

"Atasan dari divisi marketing," jawab Mika.

"Maksudmu Pak Joan? Kenapa kita bisa diajak, diakan dari divisi marketing?"

I Hate You With My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang