3
Author POV
Raven menatap heran pada staf wanita yang sedang melangkah meninggalkan ruangan yang penuh dengan gaun pengantin ini. Ia mengerut kening. Mengapa wanita itu mninggalkan mereka? Bagaimana bila nanti Flozia membutuhkan bantuan untuk mengancingkan gaun pengantinnya?
Dan benar saja. Sedetik kemudian, suara Flozia terdengar memanggil staf studio foto. Raven mengumpat dalam hati. Flozia pasti sedang mengalami kendala dalam mengenakan gaunnya.
Dengan langkah berat Raven menuju kamar pas dan membuka pintu yang tidak terkunci.
Mata Raven membesar. Napasnya tiba-tiba saja memburu. Terlihat Flozia juga membesarkan matanya dalam pantulan bayangannya di cermin kamar pas.
Di depannya, Flozia terlihat sangat seksi dengan punggung terbuka, ia tampak sedang kesusahan me-ngancingkan gaunnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Flozia gugup dengan suara bergetar.
Seketika Raven tersadar. Secepat kilat ia menguasai diri dan bersikap datar.
"Hanya ingin membantumu mengancingkan gaun ini," kata Raven dengan nada ringan yang terselip setitik godaan.
Sungguh, bila melihat Flozia seseksi ini, akal se-hatnya sepertinya tidak akan berada di tempatnya lagi. Ia menginginkan Flozia dalam dekapannya saat ini juga. Tubuh mulus itu benar-benar menggoda.
Tanpa komando, Raven melangkah maju, lalu me-nyentuh kancing gaun Flozia. Tak sengaja tangannya menyentuh kulit punggung Flozia. Seketika hatinya bergetar. Kulit Flozia sangat halus dan mulus, begitu licin membuat jari-jarinya hampir tergelincir. Dan Raven tahu, setelah ini jari-jarinya tidak akan bisa jauh lagi dari kulit Flozia. Dan sepertinya saat itu akan tiba sebentar lagi, saat ia bisa menggerayangi seluruh tubuh Flozia yang benar-benar memukau.
"Hentikan! Aku bisa melakukannya sendiri!" bentak Flozia dengan suara tercekat.
Raven mengulum senyum. Ia tahu Flozia sedang gu-
gup.
"Bukankah tadi kamu minta bantuan? Aku akan dengan senang hati membantumu, Sayang," kata Raven lembutmenggoda.
Ia menatap wajah Flozia dari pantulan cermin. Flozia menatapnya dengan mata membesar dan wajah yang sudah merona seperti kepiting rebus.
Gairah primitif dalam diri Raven kembali naik ke permukaan. Ekspresi Flozia benar-penar masih alami. Flozia tidak seperti wanita-wanita yang sebelumnya pernah ia kencani. Dan ia tahu, ia akan sangat-sangat betah ditemani Flozia di atas ranjangnya.
Tanpa mengacuhkan ketidaknyamanan Flozia akan kehadirannya, Raven menunduk dan mengecup punggung telanjang Flozia, membuat Flozia menjerit kecil tanda protes.
Raven mengangkat wajah, tersenyum nakal saat menatap wajah Flozia yang sedang merah merona dan memikat.
"Kamu lancang!" hardik Flozia.
"Tubuh itu akan jadi milikku sebentar lagi, Sayang," goda Raven dengan senyum lebar. Senang bisa membuat Flozia kesal dan gugup.
Sikap Flozia benar-benar sangat menantangnya dan ia akan dengan sangat senang hati menyambut tantangan itu. Ia akanmenunggu saat Flozia akan menjadi miliknya.
Malam pengantin mereka akan menjelma tidak lama lagi.
※※※
Flozia POV
Raven Pratama...
Aku mendesah namanya dalam hati.
Kenangan saat bersamanya tadi bermain tanpa henti di benakku.
Aku mendesis kesal saat teringat sorot matanya yang nakal dan hangat, yang sejujurnya terasa sangat me-ngintimidasiku dan membuat dadaku berdebar tidak menentu.
Kecupannya di punggungku juga masih jelas kurasa. Meskipun aku sudah mandi dan membersihkan diri sebersih-bersihnya, tapi bibir cokelat yang sensual itu terasa masih melekat di punggungku, mengalirkan desiran-desiran aneh yang tidak kumengerti. Apa ini artinya aku mulai terpikat pada pesona playboy itu?
Tidak. Aku tidak boleh terpikat padanya. Dia playboy. Dan aku bisa patah hati bila sampai terpesona dan jatuh hati padanya. Aku harus menunjukkan padanya bahwa aku tidak akan takluk dalam pesonanya. Bahwa aku wanita yang sangat berbeda dengan wanita-wanita yang menjadi mainannya selama ini.
Tanpa kusadari aku menggerutu dalam hati.
Ah, Mami... kenapa Mami memilih dia untukku? Kenapa tidak mencari pria yang lebih baik? Yang bisa setia, yang walaupun tidak tampan tapi tidak akan membuatku menderita nantinya.
Memikirkan akan menikah dengan Raven saja, membuatku seperti bersama bom waktu yang siap me-ledak kapan saja.
Playboy seperti Raven tidak mungkin bisa berubah menjadi suami yang setia, bukan? Ah ya, tentu saja tidak mungkin. Playboy tetaplah playboy, mungkin hanya ada satu dari seribu playboy yang bisa berubah menjadi setia.
※※※
Bersambung...
Evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forced Marriage
RomanceFlozia dan Raven menikah karena dijodohkan oleh orangtua mereka. Flozia dengan berat hati menerima Raven. Demikian juga dengan Raven. Namun rupanya cupid sudah beraksi. Keduanya tidak sadar, seiring berjalannya waktu, panah cupid telah menancap inda...