13

24.7K 1.2K 16
                                    

13

Pagi harinya aku terbangun dengan perasaan yang jauh lebih baik.

Permasalahan yang sempat mewarnai pernikahan kami sudah diselesaikan. Aku sudah memaafkan Raven dan memilih untuk memercayainya.

Aku tidak tahu mengapa semudah ini aku luluh. Apa aku terlalu lemah hingga dengan mudah memer-cayainya dan melupakan kenyataan bahwa ia dengan berani menemani wanita lain berbelanja?

Aku tidak tahu persis apa jawabannya. Tapi ya melihat betapa frustrasinya Raven saat aku memilih untuk tidak percaya padanya, membuatku yakin, Raven benar-benar tidak berniat menduakanku. Lagi pula, aku sendiri juga sudah tidak sanggup berlama-lama bersikap dingin padanya. Aku merana dan merindukannya.

Ah... rindu. Tentu saja aku merindukannya. Bohong bila aku bilang aku tidak merindukannya. Raven punya sejuta pesona untuk menarik hati lawan jenisnya. Dan aku  sudah terperosok dalam jerat pesonanya.

Kulirik Raven yang sedang menggeliat di sampingku pertanda ia sudah mulai bangun. Dengan gerakan kecil agar ia tidak terganggu, aku bangun dan turun dari ranjang, meraih pakaianku yang berserakan di lantai dan berjingkat ke kamar mandi.

Hangatnya guyuran air dari shower membuat tubuhku terasa rileks. Sambil bersenandung kecil, aku mengusapkan busa-busa sabun ke seluruh tubuh, menikmati mandi di pagi hari ini dengan perasaan baru yang jauh lebih lapang.

Setelah selesai mandi, dengan hanya mengenakan jubah mandi, aku melangkah ke luar dari kamar, bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Sekilas masih sempat kulihat Raven yang kembali menggeliat dengan mata terpejam. Aku yakin sebentar lagi dia akan bangun.

Dengan semangat yang entah datang dari mana, aku

mulai sibuk di dapur. Memanaskan air mengunakan teko listrik untuk membuat kopi. Lalu memanggang roti tawar untuk dioleskan dengan mentega dan gula seperti kesukaan Raven.

"Aku lapar."

Suara Raven membuyarkan keasyikanku. Aku menoleh dan mendapati Raven berdiri tidak jauh dariku dengan hanya mengenakan celana pendek tanpa baju. Rambutnya terlihat acak-acakkan dan matanya masih mengerjap-ngerjap untuk beradaptasi dengan cahaya.

Darahku seketika berdesir. Sungguh ia terlihat sangat seksi. Rasanya tanganku ini ingin segera mengelus dada bidangnya, lalu mencium bibir yang terlihat sangat sensual saat ia baru bangun tidur seperti ini. Dia benar-benar sangat tampan dan memesona.

"Aku sedang membuatkan sarapan untukmu," kataku sambil tersenyum tipis. Senyum yang entah mengapa sepertinya terus-menerus tidak ingin lepas dari wajahku.

Raven membalas senyumku lalu duduk di salah satu kursi di dekat meja makan.

"Bukankah sebaiknya kamu mandi dulu?" kataku sambil meraih roti dan kopi, lalu menghidangkannya di atas meja di depan Raven.

"Hmm... harum sekali," kata Raven dengan suara parau. Ia sama sekali tidak mendengarkan saranku yang menyuruhnya mandi terlebih dulu.

Aku tersenyum tipis. "Kopinya memang sangat harum," kataku lembut, lalu bersiap untuk mening-galkan Raven dan membuat teh manis untuk diriku sendiri.

Tapi gerakanku terhenti saat tangannya yang kukuh meraih tanganku, lalu menarik diriku hingga entah bagaimana, aku bisa terduduk di pangkuannya. Seketika dadaku berdebar. Darah terasa berkumpul di wajahku yang terasa memanas. Aku yakin Raven bisa melihat rona merah pada wajahku saat ini.

"Bukan kopinya, Sayang. Tapi kamu," bisik Raven mesra.

Tanpa menunggu lama ia menunduk dan mengecup bibirku. Satu tangannya mulai mengelus lenganku.

Darahku berdesir. Aku mulai tergoda. "Raven... jangan... kita harus berangkat kerja," kataku terbata sambil menolak wajahnya.

"Semua perkerjaan bisa ditunda untuk ini, Sayang," bisik Raven penuh gairah. Ia menunduk dan kembali mengecup bibirku dan memagutnya dalam-dalam.

Aku memejamkan mata, menikmati pagutannya pada bibirku dan elusan tangannya di seluruh tubuhku. Aku tahu tak ada gunanya menolak. Selain Raven memang tidak pernah bisa ditolak, aku sendiri juga menginginkan ini. Menginginkan cumbuannya yang hangat membara yang akan mengantarku mencapai puncak kenikmatan.

***

Bersambung...

Evathink
IG : evathink

●●●●●●●●●

Teman2, ingat Harvey? Sohib Arion!
Nah, doi punya cerita cinta juga lho. Judulnya CHANCE.

Chance versi TAMAT + EPILOG sudah tersedia di GOOGLE PLAY BUKU.
Harga akan naik dalam waktu dekat(sesuai mood author)
Buruan purchase ya!!

Blurb :Harvey Almanzo menikahi Layla Shevalonica semata-mata demi bisa menikmati kehangatan tubuh gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blurb :
Harvey Almanzo menikahi Layla Shevalonica semata-mata demi bisa menikmati kehangatan tubuh gadis itu. Sementara Layla, menikah dengan Harvey karena sungguh-sungguh mencintai pria itu.
Suatu hari, Layla mengetahui tujuan Harvey menikahinya.
Apa yang akan terjadi?
Apakah Layla akan meninggalkan Harvey dan mengakhiri pernikahan mereka?

The Forced MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang