4
Author POV
Raven duduk di sisi ranjang dan melepas jas berikut dasinya. Ia menatap bayangan Flozia dari pantulan cermin meja rias. Flozia terlihat sibuk menghapus makeup di wajah cantiknya.
Raven menyusuri wajah dan bentuk tubuh Flozia dengan matanya. Sejujurnya ia sangat kagum pada wajah cantik dan tubuh indah Flozia yang tercetak sempurna dalam balutan gaun pengantin dari Prancis itu.
Harus Raven akui, Flozia benar-benar wanita yang sangat seksi menggoda dengan dada yang terlihat penuh dan bokong yang sempurna, yang seketika membuat api gairahnya yang tak pernah padam semakin menyala-nyala.
Raven yakin, ia tidak akan bisa menahan diri lebih lama lagi untuk bisa menyentuh tubuh indah itu. Ia sangat menginginkan tubuh itu menyatu dengan dirinya dan melebur menjadi satu dalam kepuasan.
Raven bertekad, terlepas dari Flozia rela atau tidak, tubuh cantik itu akan jadi miliknya malam ini. Ia akan membuat bibir sensual itu mendesah dalam pelukannya.
Resepsi pernikahan mereka telah dilangsungkan dengan sempurna dan mewah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang, ia di sini, di kamar kondominiumnya bersama Flozia, wanita yang beberapa jam lalu telah resmi menjadi istrinya.
Dalam satu minggu, ibunya sukses menyulap kamar kondominiumnya yang biasanya menjadi tempatnya berlayar asmara bersama wanita-wanita yang ia sukai, menjadi kamar pengantin yang indah dan romantis.
Lihat saja, ada lemari pakaian yang sangat besar di sudut ruangan serta satu set meja rias mahal. Ranjang berukuran besar dengan seprei berwarna cokelat muda yang ditabur kelopak-kelopak bunga mawar di atasnya menghiasi tengah ruangan. Bunga mawar dan anggrek yang sangat segar terhias indah dalam pot mahal yang di pajang di atas nakas dan meja rias.
Hanya TV LED yang menempel di dinding dan satu buah sofa mewah berukuran panjang, yang selama ini sudah menghias kamarnya yang masih bertahan, sisanya semua perabotan baru pilihan ibunya.
"Aku ingin mandi, siapkan air bathtub," kata Raven dengan nada angkuh sambil mulai melepas kancing kemejanya. Ya. Ia akan sedikit mengerjai Flozia agar Flozia sadar, menjadi istrinya tidaklah seindah kisah dongeng.
Gara-gara Flozia menerima lamaran ibunya, ia harus melepas masa lajangnya secepat ini. Gara-gara Flozia, semua teman-temannya mengejeknya, karena playboy yang terkenal itu harus menikah hari ini. Nikah paksa!
Sebenarnya ia memang tidak rugi menikahi Flozia mengingat betapa seksi dan cantiknya wanita itu. Tapi menikah adalah pilihan terakhir yang ada dalam hidupnya karena ia masih haus akan wanita-wanita untuk memuaskan gairahnya. Ia masih ingin bebas, dan tentu saja, masih bangga dengan predikat playboy itu.
Flozia yang bergeming membuat Raven naik darah. "Flozia!" panggil Raven kesal karena perintahnya sama sekali tidak diacuhkan oleh Flozia.
"Kamu kan punya tangan dan kaki, kerjakan saja sendiri," jawab Flozia acuh tak acuh.
Napas Raven memburu. Ia sangat tidak suka dibantah, apalagi oleh wanita yang sudah menjadi istrinya.
"Sama suami jangan lancang!" kata Raven kesal sambil berjalan mendekati Flozia yang sedang melepas bulu mata palsunya.
Raven segera merengkuh tubuh Flozia dan membopongnya, membuat Flozia berteriak.
"Lepaskan! Apa yang kamu lakukan!" teriak Flozia sambil memukul dada Raven.
Raven menyeringai. Apa yang ia lakukan? Ia akan memberi pelajaran pada Flozia, wanita cantik yang sudah menjadi istrinya, yang tidak tahu adab dan sopan
santun.
Dengan kasar, Raven mengempas tubuh langsing Flozia ke atas ranjang. Gaun pengantin Flozia yang masih melekat indah di tubuhnya makin membuatnya terlihat seksi.
"Kamu kasar!" teriak Flozia dengan wajah merah.
"Wanita yang tidak tahu adab sepertimu memang harus dikasari," kata Raven menyeringai. Ia membungkuk untuk meraih tubuh Flozia.
Flozia yang berusaha untuk bangun, tiba-tibamenendangkan kakinya tepat mengenai dagunya, membuat Raven benar-benar naik darah. Selama ini wajah tampannya tidak pernah ditendang oleh satu wanita pun.
Mata Raven menyala-nyala menandakan amarahnya sudah mencapai ubun-ubun. Ia menarik kaki Flozia yang terlihat mengesot mundur di atas ranjang.
"Lepaskan! Jangan sentuh aku!" teriak Flozia sambil menendang-nendangkan kakinya yang berada dalam cengkeraman Raven.
Raven menyeringai lebar. Ia sangat suka dengan penolakan Flozia. Selama ini wanita-wanita yang menjadi pasangannya tidak memberinya tantangan sedikitpun. Wanita-wanita itu terlalu haus belaian dan selalu menggodanya. Berbeda dengan Flozia. Flozia menolaknya, membuat gairahnya terus membara. Ia jadi penasaran, apa rasanya bercinta dengan wanita seperti Flozia? Pasti desahan Flozia seksi sekali.
Raven tersenyum dalam hati melihat Flozia terus mengesot dan menendang-nendangkan kakinya. Raven menarik kuat kaki Flozia hingga Flozia tersentak dan terbaring di ranjang. Raven tertawa senang. Ia suka sekali melihat raut wajah Flozia yang memucat dengan rambut berwarna hitam gelap yang acak-acakan. Rambut yang tadi terjalin indah saat menjadi pengantin, sekarang sudah berantakan.
Raven menggerutu dalam hati. Pastinya ini bukan malam pengantin seperti yang diimpikan semua pria. Ia seperti pria dengan otak mesum yang akan memperkosa seorang gadis perawan. Tapi ini semua terjadi juga karena Flozia tidak mau bekerja sama. Tentu saja ia akan menuntut haknya sebagai suami, walaupun mereka menikah karena paksaan orangtua, tapi mana mungkin ia menolak tubuh wanita cantik?
"Lepaskan!" pinta Flozia dengan napas memburu.
Mata Raven terpaku pada dada Flozia yang turun naik dengan cepat. Dada itu tersembul indah menggoda dalam balutan gaun pengantin yang berleher rendah. Seketika kelelakian Raven menegang. Ia menjadi begitu ingin bercinta dengan Flozia saat ini juga.
Tanpa peduli pada penolakan Flozia, Raven naik ke atas ranjang dan menindihnya. Ia mencium bibir Flozia dengan buas. Saat bibir sensual itu masih tidak mau terbuka, Raven menggigitnya pelan membuat Flozia memakinya.
Raven menyeringai dan kembali memagut bibir istrinya. Semakin Flozia menolak, maka semakin terbakar gairahnya. Mendapat barang langka itu memang menyenangkan. Flozia sangat berbeda dengan wanita-wanitanya.
Lihat saja! Ia akan membuat Flozia mendesah keenakan dan ketagihan dengan belaiannya!
***
Bersambung...
Evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forced Marriage
RomanceFlozia dan Raven menikah karena dijodohkan oleh orangtua mereka. Flozia dengan berat hati menerima Raven. Demikian juga dengan Raven. Namun rupanya cupid sudah beraksi. Keduanya tidak sadar, seiring berjalannya waktu, panah cupid telah menancap inda...