Chapter 9 : (Akhirnya) Terbangun

637 71 19
                                    

Sudah tiga hari semenjak hari pertama Hendra mengalami koma. Selama tiga hari itu juga Nira sudah dengan setia menunggui Hendra. Setelah mimpi di malam pertama yang penuh dengan kesedihan itu, Nira jadi semakin sulit untuk tidur. Nira mulai merasa agak lelah, tapi dia tetap berusaha bertahan dan mencoba untuk beristirahat kalau dia memang bisa. Kalau Nira sudah benar - benar tidak bisa tidur, maka dia akan berakhir dengan memandangi Hendra dan kemudian meneteskan air matanya. Itulah yang jadi pengantar tidur bagi Nira selama beberapa hari ini.

Selama tiga hari itu, beberapa teman Hendra datang untuk menjenguknya. Beberapa anggota keluarga Hendra yang tersisa seperti Axel juga datang. Bahkan, tante Hendra yang tersisa, Tante Felicia, sengaja datang jauh - jauh dari Amerika hanya untuk melihat keadaan Hendra. Ada juga Pak Toni dan beberapa rekan kerjanya yanh datang sebagai perwakilan dari SMP San Rio.

Adiknya Nira, Ilham, juga datang untuk memastikan keadaan Nira. Sang adik prihatin akan keadaan Hendra, karena Ilham adalah teman Hendra sejak SMP dan dia tahu apa saja yang terjadi pada Hendra. Selain itu, Ilham juga khawatir pada keadaan kakaknya. Bagaimana mereka dia khawatir kalau melihat Nira dalam keadaan mengerikan, terutama kantung mata yang menggantung di mata Nira. Kantung mata itu berwarna kehitaman, belum lagi keadaan mata Nira yang sangat merah dan sembab. Selain tidak bisa mendapatkan istirahat yang tenang, Nira juga banyak menangis, yang tentunya bukan keadaan yang baik.

Seperti malam yang sebelumnya, di malam yang ketiga ini Nira masih menjagai Hendra. Nira duduk di sebelah Hendra seperti biasanya, dan selalu menggenggam tangannya, agar Hendra tahu kalau Nira selalu ada di sampingnya. Tidak ada seorangpun yang bisa menggeser posisi Nira itu, seolah dia sudah menempel di titik itu dengan bantuan lem super.

Ketika malam hari yang hening datang, Nira akan selalu tenggelam dalam pikirannya sendiri. Nira tidak habis pikir sampai kapan Hendra kira - kira akan terus berbaring dengan lemah seperti ini? Tiga hari saja terasa seperti satu abad bagi Nira. Semuanya terasa sangat lambat, dan ini sangat menyiksa jiwa dan raga Nira. Nira hanya bisa menunggu Hendra untuk sadar, dan terkadang dia meneteskan air matanya ketika terlalu larut dalam pikirannya.

"Kumohon Hendra. Kembalilah! Aku merindukanmu," bisik Nira, dengan lirih.

Entah berapa lama Nira terdiam, karena ketika Nira kemudian kembali melirik ke arah jam dinding, dia bisa melihat kalau waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Setelah melirik jam dinding, Nira bisa merasakan kalau sesuatu terjadi. Nira tengah menggenggam tangan Hendra seperti biasanya, dan kini dia bisa merasakan bahwa Hendra menggerakkan tangannya. Gerakan itu kini berubah jadi sebuah genggaman yang sangat erat. Dari gerakannya ini, Nira berharap kalau akhirnya Hendra akan sadar.

Genggaman tangan Hendra itu cukup kuat, tapi Nira tidak melepaskan tangannya dari Hendra. Nira bisa merasakan kalau Hendra sepertinya tengah melawan sesuatu. Hendra tengah bertarung dengan suatu hal apapun itu yang menghalanginya untuk sadar. Nira meneteskan air matanya, dan dia berpikir bahwa di saat seperti inilah Hendra membutuhkannya. Karena itulah, Nira tetap diam di sana, dan membalas genggaman tangan Hendra.

"Hendra, aku tidak tahu apa yang kamu alami di sana, tapi kamu harus berjuang, Ndra. Kamu harus berjuang demi kesadaranmu. Kami semua menunggu di sini. Kami semua merindukanmu, terutama aku," kata Nira.

Sepertinya, Hendra kini memang sedang berjuang. Mungkin saja bahwa Hendra mendengar apa yang Nira katakan. Nira tetap diam di sana, dan hal berikutnya yang terjadi adalah, dapat terdengar sebuah kalimat yang diucapkan oleh bibir Hendra.

"Tenanglah Nira. Aku pasti kembali," ujar Hendra, dengan pelan.

"Iya Hendra. Aku tahu kalau kamu pasti akan kembali untuk kami semua," kata Nira.

Si perempuan menampakkan sebuag senyum di antara air mata yang turun ke pipinya. Entah berapa lama Nira menunggu saat itu. Kalau untuk realistisnya, mungkin hanya sekitar satu jam yang terlewat saat itu, tapi Nira merasakan bahwa dirinya menunggunya lebih lama daripada itu.

The Detective 7 : Killer SpiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang