Chapter 7 : Kau Tidak Sendirian (Lagi)

681 73 44
                                    

Hendra membuka matanya dengan perlahan. Si pria awalnya terdiam saja karena hal ini biasa baginya. Kalau dia menemukan dirinya dalam keadaan tidak sadar dan tidak mengingat bagaimana dirinya bisa berada di sana, biasanya itu berarti kalau dia pingsan setelah menyelesaikan petualangannya yang sebelumnya. Hendra terkekeh karenanya, merasa beruntung kalau dia masih bisa bangun.

Setelah beberapa saat Hendra terdiam, barulah dia menyadari akan satu hal. Biasanya, dia akan melihat sebuah langit - langit putih dengan sebuah lampu di atas kepalanya. Langit - langit yang ada di atas kepalanya memang berwarna putih, tapi kali ini, ada sesuatu yang aneh dari ruangan tempat dia berada. Warna putih yang Hendra lihat di sini lebih cerah daripada warna putih yang dia ingat berada di rumah sakit, tanpa adanya lampu di atas langit - langit yang ada di atas kepalanya. Selain itu, ada sebuah perasaan aneh yang dapat Hendra rasakan.

Hendra mengerutkan alisnya, karena apa yang dia rasakan ini sangatlah ganjil. Ada sesuatu yang salah, tapi rasanya semuanya benar baginya. Sebuah perasaan yang cukup membingungkan. Hal ini membuat Hendra bertanya di manakah sebenarnya dia berada. Lalu, bagaimana bisa dia berada di sana? Apa yang sudah terjadi padanya?

Sebagaimana yang biasanya Hendra lakukan, dia akan mencoba menajamkan pendengarannya dan memproses apa yang sudah terjadi sebelumnya. Hal ini membuat Hendra terdiam selama beberapa saat, hingga akhirnya dia bisa mendengarkan sesuatu. Ada sebuah suara musik dari gitar yang menenangkan, membuat Hendra terhanyut dalam pikirannya. Hendra bisa mengingat kalau dirinya tadi bertarung dengan anak buah Adam, dan mendapat banyak sekali luka. Luka - luka itu tentunya menyakitkan, dan Hendra meringis saat dia mengingat bagaimana Adam menendang kepalanya. Seumur hidup Hendra, baru sekali ini ada penjahat yang berani melakukan hal seperti itu padanya.

Walau begitu, kini Hendra tidak merasakan sedikitpun rasa sakit pada tubuhnya. Hal ini membuat Hendra semakin bingung, dengan pertanyaan - pertanyaan yang semakin memenuhi kepalanya. Rasanya ini tidak benar, dan Hendra ingin tahu kenapa. Jadi, Hendra memutuskan untuk bangkit dari posisinya.

Dengan perlahan, Hendra berpindah ke posisi duduk. Hendra meraba seluruh tubuhnya, mendapati kalau tidak ada luka apapun yang terdapat di tubuhnya. Selain itu, kini Hendra memakai pakaian serba putih, yang Hendra lihat tidaklah seperti pakaian dari rumah sakit yang biasanya dia kenakan. Kepalanya kini mulai meneriakkan pertanyaan akan apa yang sebenarnya terjadi, tapi sisi waras Hendra menahan dirinya, karena dia tahu kalau nanti toh dia akan mendapatkan jawabannya.

Satu hal yang Hendra pikirkan adalah, apakah mungkin kalau dirinya sekarang ini sudah mati? Kalau ya, mungkin saja sekarang ini orang - orang yang masih berada di bumi heboh karena ada banyak masalah yang dia tinggalkan bersama kematiannya. Hendra terkekeh, meski dia jadi merasa sedikit bersalah karenanya, tapi apa boleh buat? Toh, Hendra kan tidak bisa menyalahkan dirinya kalau nasib bilang kalau dia harus mati.

Kalau begitu, apakah kini Hendra berada di alam kematian? Atau apakah ini hanya sebuah ruang hampa tempat di mana dia harus tetap tinggal sampai ... entahlah, mungkin selamanya? Atau adakah sesuatu yang lainnya yang terjadi di sini?

Hendra sering kali mendengar orang mengatakan kalau akan ada malaikat maut yang mendatanginya setelah dia mati. Apakah dia akan bertemu dengan sebuah makhluk yang eksistensinya dipercayai oleh kebanyakan manusia sebagai makhluk yang membawa kematian pada setiap makhluk yang bernyawa itu? Entahlah, Hendra tidak merasakan kehadiran yang ganjil di sana. Malah, dia merasa tenang di tempat yang masih tidak jelas ini. Apalagi dengan adanya suara musik dari gitar yang menenangkan itu. Rasanya kan tidak mungkin kalau malaikat maut malah membawa gitar, bukannya sabit. Dikira Bang Rhoma Irama apa?

Suara musik tadi membuat Hendra penasaran, jadi dia memutuskan untuk berdiri dan mencari sumber suaranya. Tidak ada kacamata yang bertengger di hidungnya, tapi Hendra bisa melihat ke sekelilingnya dengan sangat jelas, yang semakin membuat Hendra yakin kalau dia sudah berpindah alam. Hendra mengamati sekelilingnya, yang sepertinya dibatasi oleh dinding - dinding berwarna putih bersih tanpa noda.

The Detective 7 : Killer SpiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang