Chapter Bonus [4] : Seusai Pesta

40 8 10
                                    

Pesta resepsi Hendra dan Nira berakhir pada sekirar jam 11 malam. Setelah acaranya selesai, pihak keluarga saling berpisah dan pulang ke rumah mereka masing - masing untuk beristirahat setelah satu hari yang melelahkan itu. Meski melelahkan, dapat terlihat kalau mereka semua senang dan menikmati hari itu.

Kedua pengantin baru kita juga segera meninggalkan gedung tempat acara berlangsung di akhir acara. Mereka di antar ke rumah Hendra, beserta semua hadiah pernikahan yang mereka dapatkan. Keduanya langsung masuk ke dalam rumah setelah berpisah dengan teman - teman mereka, yang diiringi dengan sebuah candaan dari Delia agar keduanya bisa menikmati malam pertama mereka sebagai suami istri dengan baik.

Hendra dan Nira kini berada di dalam rumah, dan Nira melangkah mengikuti Hendra. Sebenarnya, Nira sudah tidak asing lagi dengan kediaman ini, tapi rasanya aneh juga karena kini dia akan tinggal di sini mulai sekarang. Ketika Nira sedang memperhatikan beberapa foto yang ada di dinding rumah itu, Hendra menuju ke depan pintu kamar utama. Kamar utama ini dulunya adalah kamar kedua orang tua Hendra.

Hendra menghela napasnya, karena kamar ini tentunya mengingatkan akan mendiang orang tuanya. Tapi, di satu sisi Hendra merasa senang karena akhirnya dia bisa menggunakan kamar itu bersama seseorang yang dicintainya. Sebelum Hendra membuka pintunya, dia melirik ke arah Nira yang kini melihat ke arah tumpukan kado yang diletakkan di ruang tengah. Mata keduanya bertemu, jadi mereka bertatapan selama beberapa saat sebelum akhirnya Nira berkata.

"Kamu mau ngapain malam ini? Apa kamu mau buka kado yang kita dapatkan, Hen?" tanya Nira.

Hendra mengerutkan alisnya. Ini adalah malam pertamanya sebagai seorang suami, dan semoga saja juga bukan malam yang terakhir. Tapi karena Hendra sudah terlalu sering sendirian, jadi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Lagi, ini sudah cukup larut, dan satu - satunya hal logis yang ada di dalam kepalanya adalah untuk pergi tidur.

"Ya ampun, masa iya kamu mau buka kado jam segini sih? Kalau kamu mau tanganmu tergores silet ya silahkan saja, soalnya aku nggak mau. Kenapa nggak besok saja? Memangnya kamu nggak ngantuk?" ujar Hendra.

"Yah, kamu kok nggak seru kayak gitu sih Ndra? Ini malam pertama kita sebagai suami dan istri loh. Kamu nggak kepikiran sesuatu apa?"

Keduanya terdiam sejenak. Di dalam kepalanya, tentu saja Hendra tahu betul kalau ini memang malam pertama mereka. Hanya saja, kini otaknya malah memikirkan berbagai macam hal aneh yang sering kali berkaitan dengan malam pertama pasangan suami dan istri. Hendra menghela napasnya, sambil berusaha menghilangkan pemikirannya itu. Hal itu tentunya akan terjadi, tapi sepertinya kalau sekarang kesannya terburu - buru sekali.

"Terus, kamu mau ngapain? Memang dulu kamu sama Haris ngapain saja pas malam pertama?"

Nira terdiam sejenak. Kalau mau jujur, sebenarnya dia juga tidak tahu apa yang harus mereka lakukan malam ini. Dulu, semuanya terjadi begitu saja bagi Nira. Seingatnya, dulu dia dan Haris memutuskan untuk langsung tidur. Kini, bersama seseorang yang benar - benar dicintainya, Nira tidak tahu apa yang ingin dia lakukan bersama Hendra di malam yang katanya spesial ini. Tapi, Nira tetap ingin malam ini akan jadi malam yang tidak akan pernah mereka lupakan.

"Entahlah, ngapain kek, yang seru. Ngobrol, atau apalah. Supaya ada sesuatu yang bisa kita ingat, gitu loh."

"Kamu mau macam pesta piyama, begitu ya?"

"Boleh juga. Kalau kita perang bantal kayaknya seru juga!"

Hendra menatap Nira dengan sebuah pandangan jengah, kemudian memutar bola matanya. Dia dan Nira sudah pernah perang bantal sebelumnya, dan dari pengalaman itu, Hendra bisa mengingat betapa ricuhnya mereka berdua. Perang bantal memang menyenangkan, tapi yah, mereka berdua pasti akan sangat heboh nantinya.

The Detective 7 : Killer SpiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang