Chapter Bonus [1] : Gaun dan Riasan

732 68 62
                                    

11 Juli 2016

Nira kini tengah berdiri di depan cermin sekukuran badan yang ada di kamarnya. Dia memandang lurus ke arah dirinya sendiri selama beberapa saat, kemudian tersenyum. Setelahnya, Nira memutar tubuhnya beberapa kali, memastikan kalau dirinya terlihat baik.

Di belakang Nira, ada ibundanya yang kini memandang anaknya dengan sebuah senyuman. Bu Mega memeluk anaknya dari samping, lalu mencium pipi puterinya. Nira terkekeh karena tindakan ibunya itu, lalu kembali memandang ke dirinya di hadapan cermin.

Nira tahu kalau ini tentunya akan agak berlebihan, tapi dia menganggap kalau dirinya terlihat sangat cantik hari ini. Tidak pernah sekalipun di dalam hidupnya Nira merasa kalau dia benar - benar menjadi dirinya sendiri dan bangga akan apa yang dilakukannya. Apalagi setelah semua hal yang terjadi sebelum hari bersejarah ini datang.

Di dalam hatinya, Nira juga merasa sangat gugup. Akhirnya, dia akan bisa menjadi istri Hendra secara sah. Menjadi seorang wanita yang berjanji untuk selalu berada di sisi Hendra, sehidup dan semati. Menjadi satu - satunya orang yang memiliki dan dimiliki oleh Hendra. Setelah sekian  lama, kini Nira berada di posisi ini.

Kalau saja mereka kembali ke masa lalu dan Nira memiliki kesempatan untuk memberi nasihat kepada dirinya yang masih berusia 18 tahun, maka Nira akan mengatakan bahwa dirinya harus memberikan kesempatan pada Hendra untuk mendekatinya. Meski begitu, sepertinya dia yang berusia 18 tahun itu akan menertawakan nasihat itu, mengatakan kalau dia tidak akan pernah mencintai Hendra sampai kapanpun.

Walau ada beberapa hal yang mungkin Nira ingin untuk ubah di dalam hidupnya, tapi sepertinya semuanya tidaklah begitu buruk. Pada akhirnya, takdir yang membawa Nira berada di tempat ini sekarang. Mungkin memang inilah yang harus terjadi. Semuanya mungkin akan lebih baik jika tetap begitu. Toh, ada banyak pelajaran berharga yang bisa Nira dapatkan dari semua hal yang sudah terjadi, yang sedikit banyak Nira syukuri.

Nira melirik ke arah kasurnya, kemudian tersenyum. Anak perempuannya, Fira, masih terlihat agak mengantuk. Si anak mengucek matanya, kemudian merenggangkan tubuhnya. Ketika Fira bisa melihat penampilan ibunya, dia memandangi Nira selama beberapa saat sebelum akhirnya dia tersenyum.

Bu Mega tersenyum, sambil memandangi Nira sekali lagi. Beliau tentunya juga bahagia karena anaknya terlihat bahagia di hari yang spesial ini. Sudah lama sekali Bu Mega tidak melihat Nira benar - benar bahagia seperti ini. Hingga akhirnya, suara ketukan pintu menyadarkan kedua orang ini dari pikiran mereka masing - masing.

"Sebentar ya Ra, aku bukakan pintunya," kata Bu Mega.

Nira mengangguk, dan Bu Mega meninggalkan kamar itu. Tersisalah Nira dan Fira di sana, yang sama - sama terdiam. Setelah beberapa saat kemudian, Fira melangkah mendekat ke arah ibunya, lalu menyentuh gaun yang dikenakan Nira. Kemudian, mereka berpandangan satu sama lainnya, sebelum akhirnya Fira memandang ke arah pintu.

"Mama tahu siapa yang ketuk pintu rumah pagi - pagi begini?" tanya Fira.

"Mungkin itu Kak Delia, Kak Arin sama Tante Risa. Mereka mau bantu Mama dandan, biar mama kelihatan lebih cantik katanya," sahut Nira.

Fira mengangguk, "Oooh, begitu? Iya ya, Mama kan harus dandan dulu, biar bisa jadi yang paling cantik hari ini!"

Nira terkekeh, "Iya dong!"

"Tapi ini beneran kan Ma, kalau Om Hendra jadi ayah baru Fira?"

"Iya sayang. Sebentar lagi."

"Wah, Fira nggak nyangka kalau mimpi Fira supaya punya ayah yang baik bisa terkabul! Mulai sekarang, Fira mau panggil dia Ayah, boleh kan?"

Nira tersenyum karena perkataan anaknya, kemudian berjongkok untuk mengelus kepala Fira. Bahkan anaknya sendiri tahu mana orang yang lebih cocok untuk jadi ayahnya. Nira tahu kalau Haris adalah pria yang baik, tapi dia bukanlah pria yang cocok untuk Nira. Haris sering kali sibuk dengan pekerjaannya di kantor ekspedisi tempat dia bekerja. Bukannya Nira mau membandingkan siapa yang lebih baik di antara keduanya, tapi Hendra lebih bisa memberikan lebih banyak waktu untuk bersama Nira dan juga kedua anaknya, walau di tengah kesibukan dan kehidupannya yang kacau. Hendra juga bertanggung jawab, dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan mereka. Selain itu, Hendra sudah mengenal Nira lebih lama daripada Haris, jadi tentu saja Hendra tahu lebih banyak soal Nira.

The Detective 7 : Killer SpiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang