Chapter Bonus [2] : Pagi yang Sibuk

703 62 31
                                    

Di tempat yang lain dan di saat yang sama, dapat terlihat kalau ada kesibukan di rumah Hendra. Kalau saja tetangganya bisa melihat apa yang terjadi di dalam rumah, tentunya mereka akan melihat kalau ada sesuatu yang tidak biasa terjadi di dalam sana. Terutama karena kediaman Hendra biasanya cukup tenang dengan hanya Hendra seorang diri di rumah itu.

Tapi pagi ini, dapat terlihat Yoshi dan Rei berkeliaran di sekitar rumah itu. Yoshi yang bangun paling duluan langsung membangunkan Rei agar mereka bisa bersiap. Rei yang pasrah saja karena dibangunkan oleh kakaknya itu langsung membantu dalam menyiapkan apa yang mereka butuhkan. Sementara Yoshi mengubrek isi dapur Hendra untuk membuat sarapan, Rei menyiapkan jas yang akan dikenakan oleh si mempelai pria, serta jas yang akan dia dan kakaknya kenakan.

Selesai dengan persiapan itu, keduanya langsung menyerang ke kamar Hendra untuk membangunkan si mempelai pria. Hendra sudah sering bangun pagi karena dia tentunya harus melakukannya sebagai seorang guru. Walau begitu, Hendra bukanlah tipe orang yang suka bangun pagi. Tapi, ancaman mandi air es yang diberikan oleh Yoshi dan Rei tentu saja membuat Hendra mau tidak mau harus menuruti perkataan kedua sepupunya itu untuk bangun.

Kalau mau jujur, sebenarnya Hendra sangat bersemangat akan apa yang terjadi hari ini. Hendra tidak tahu apa semua yang dialaminya ini benar atau tidak, karena semuanya terasa bagai mimpi. Kalau saja ini memang mimpi dan Hendra masih berada dalam keadaan tidur atau koma, maka dia tidak ingin bangun. Semuanya sangatlah indah, yang membuat Hendra harus mencubit tangannya sendiri untuk meyakinkan dirinya kalau semua ini adalah sebuah kenyataan. Setelah mengaduh selama beberapa saat, barulah Hendra mencoba menerima kenyataan tempatnya berada ini.

Kalau saja Hendra yang berusia 15 tahun tahu kalau dia akan menikahi Nira di masa depan, maka dia tidak akan memercayainya. Setelah Nira menolak pernyataan cintanya saat itu, Hendra sudah berhenti berharap akan perasaan si perempuan. Hendra juga berusaha untuk menghilangkan perasaan cinta itu, karena dengan jujur Hendra menganggap bahwa Nira adalah perempuan yang baik dan teman yang sangat menyenangkan. Hendra tidak mau kehilangan seorang teman yang seperti itu.

Walau begitu, entah kenapa perasaannya tidak bisa melepaskan Nira dengan mudah. Hendra sudah mencoba berbagai macam cara, tapi tetap saja Hendra akan berakhir dengan memikirkan Nira. Seolah tidak ada perempuan lain yang bisa mengisi hatinya selain Nira. Atau mungkin nalurinya tahu sejak awal kalau hal ini akan terjadi, yang mana sepertinya Hendra tidak akan bisa mengerti apa maksud dari nalurinya ini.

Satu hal yang aneh dari Hendra adalah, entah bagaimana caranya antara hati dan otaknya bisa akur. Sampai sekarang, Hendra sendiri juga tidak mengerti kenapa. Hal ini membingungkan karena hati Hendra memang masih mencintai Nira, tapi logikanya tidak menentang kenyataan itu. Malah, logikanya menerima keberadaan Nira, walau hanya sebagai teman. Ambisi Hendra juga tidak melawan logikanya, karena dia sudah puas dengan keadaan Nira di dekatnya. Merupakan sebuah perpaduan yang aneh, memang.

Tapi setidaknya, kini Hendra mendapatkan sesuatu yang bisa melengkapi dirinya. Hendra masih tidak percaya kalau dia akan menikah dengan Nira, tapi memang itulah yang terjadi. Si mempelai pria sangatlah gugup, karena dia benar - benar akan menjadi suami Nira hari ini.

Hendra menatap dirinya sendiri di cermin kamarnya. Dia sudah selesai mandi, tapi masih belum mengenakan jasnya karena dia ingin sarapan terlebih dahulu. Beberapa kali dia merapalkan kalimat ijab kabul yang akan diucapkannya, berharap kalau setidaknya untuk kali ini saja ingatannya akan bekerja dengan benar. Setelahnya, Hendra menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Hari penting ini akhirnya datang, dan Hendra harus siap.

Setelah persiapan mental itu, Hendra bergegas untuk sarapan bersama kedua sepupunya. Sarapan mereka berlangsung dengan singkat, sebelum akhirnya mereka mengenakan jas yang sudah disiapkan oleh Rei. Hendra memandang sesaat jas putih di hadapannya, sebelum mengambilnya dan mengenakan jas itu.

The Detective 7 : Killer SpiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang