Chapter 3 : Ruby

27.4K 1.2K 51
                                    

Sial! Satu kata buruk untuk memulai hari. Kenapa bisa sampai kesiangan? Hari ini ada ulangan kalkulus. Dan sudah dipastikan aku akan tewas di tangan Mr.Stephard yang galaknya luar biasa. Ikut ulangan saja belum tentu lulus apalagi tidak ujian sama sekali??? Tak perlu dijawab karena jawabannya sudah jelas. Kau harus mengulang semester depan.

Aku menuruni tangga terburu-buru. Tak sempat menyisir rambut. Biarlah rambutku mengembang layaknya bulu singa. Ku ambil roti selai coklat kesukaanku yang sebelumnya telah disiapkan oleh mama. Mengunyah dengan cepat sambil berdiri.

"Pelan-pelan sayang" ucap mama menasihati, matanya masih tertuju pada tablet di atas meja. Memperhatikan file pekerjaannya. Mamaku adalah seorang akuntan di sebuah perusahaan yang cukup terkenal

"Aghu udha terambyat" jawabku dengan mulut penuh roti. Kutelan dengan agak susah, lalu kutenggak susu vanilla hingga tinggal setengahnya. Mencium pipi kanan dan kiri mama cepat.

Sebelum aku berlari keluar, terdengar suara mama "bus kamu udah pergi 20 menit yang lalu"
wajahku langsung pias, habislah aku!!
"udah kamu bawa mobil aja" ucap mamaku sambil berjalan ke arah ku. Menyerahkan kunci si Justin, nama mobil sedan kami satu-satunya, jangan heran dengan nama tersebut. Sebelumnya itu adalah mobil saudara sepupuku, Agnestia, yang tergila-gila oleh Justin timberlake. Sekarang Agy -panggilanku untuknya- sudah pindah ke Korea Selatan. Ayahnya dipindahtugaskan ke negeri gingseng itu. Jadilah sekarang Justin bersama kami.

"How about you?" tanyaku pada Mama sambil memainkan kunci Justin.

"I'll pick up a taxi. Sudah sana katanya terlamabat"

"Thanks mom, You're the best!" ungkapku lalh mencium pipi kanan Mama sekali lagi.

Yeaah! Justin. Let's rock the road!!

****

Syukurlah. Aku tiba sebelum kertas ulangan dibagikan. Tatapan mata Mr.Stephard seolah bisa membolongi kepalaku. Setelah menunduk minta maaf aku duduk di satu-satunya kursi kosong yang tersisa. Kursi di pojok kanan, tepat di sebelah jendela yang menghadap ke lapangan basket.

Kepalaku mau pecah rasanya. Angka-angka kalkulus ini menari-nari di pelupuk mataku. Ouuuh!!

Lelah dengan angka-angka tersebut, ku arahkan pandanganku ke luar jendela. Ada tiga orang lelaki bermain basket dengan seru, walau tidak bisa mendengar suara mereka, aku yakin mereka sangat senang, yaa tentu saja -.-" bukan mereka yang sedang berhadapan dengan angka-angka kalkulus yang melelahkan ini.

Sedang asyik-asyiknya melihat mereka, lalu tiba-tiba salah satu dari mereka berbalik dan menaikkan pandangannya. Menatap tepat ke arahku. Bibirnya dengan perlahan melengkung naik, membuat sebuah senyuman mempesona yang mengerikan. Dia mengedipkan mata kanannya lalu menunjuk ke arahku dengan tangannya yang membentuk pistol dan seyum yang tak lepas. Darah seolah surut dari wajahku. Tanganku mengeluarkan keringat.

Dia lelaki yang kemarin.

Kriiiiiiiiing! Suara bel yang berbunyi membuatku mengalihkan tatapan, ketika aku melihat kembali ke lapangan, mereka sudah tidak ada.

"Time's up" suara menggelegar milik Mr. Stephard terdengar. Kami mulai mengumpulkan kertas ujian. Lalu satu persatu meninggalkan ruangan.

****

Aku sedang menikmati makan siang ku saat kurasakan seseorang mencubiti tangan kananku. Ku lepaskan cubitan Lily, teman baru ku, lalu menatapnya. Meninggalkan sejenak makan siangku, yang tinggal beberapa suap lagi pasti sudah kandas.

"Look!" tunjuknya dengan mengedikkan kepalanya. Terlihat 5 orang , 3 lelaki dan 2 orang perempuan, memasuki kantin. Mereka adalah lima siswa/i yang waktu itu. Yang sedang mem-bully Patricia.

"Mereka itu pangeran dan putri di The Royals " bisikan Stella terdengar. Aku menatap lima orang yang dimaksud.

"Perempuan berambut pirang sebahu itu Katherine, diantara mereka dia berlima yang paling cerewet dan sadis, kau takkan mau berurusan dengan wanita itu. Kalau bisa jangan berurusan dengan dia. Menjauh. Dia sangat mudah tersulut emosi" sambung Stella setelah merasa aku memperhatikannya.

"Sedangkan perempuan dengan rambut brunette panjang bergelombang adalah Zanaya, she's sooo beautiful dan selalu masuk rank lima besar. Si kaca mata tampan namanya William, biasa dipanggil Willy oleh teman-teman dekatnya, dan selalu menjadi Juara I umum. The handsome blonde, yang rambutnya agak gondrong itu adalah Steve. Dan kekasih Zanaya. They've long story. Daaaaann the most handsome and the leader of that group is prince from Amadeos'. Pemegang saham terbesar yayasan the Royals. Axelle Geraldi Amadeo. Kapten tim basket dan dia juga salah satu murid paling berprestasi di sekolah. Tampan. Kaya. Pintar. Apa yang kurang?" Tutup Stella sambil kedua tangannya mendekap wajahnya yang bersemu. Aku mengangguk kagum kepada penjelasannya yang rinci itu. Dia terdengar dan terlihat seperti karakter Jessica di film Twilight.

"Dan ingat, jangan cari masalah dengan mereka. Tidak semua orang bisa bergaul dengan mereka. Kau takkan tahu apa yang sanggup mereka lakukan. Mereka memang menakjubkan namun juga berbahaya bagi orang-orang yang mereka tak suka" Lily menambahkan.

"Kau tahu Patricia kan???" tanya Stella bersemangat. Aku menganggukkan kepala menjawab ya.

"She was badmouthing Zanaya in toilet, and the rumours spread. Tentu saja dia dalam masalah besar sekarang. Dan kau lihat dia tidak datang hari ini" ucapnya yang membuatku panas dingin.

"Ku dengar dia sudah mendapatkan balasan dari mereka berlima, dan katanya ada seseorang yang mencoba menyelamatkan Patricia kemarin. Well bukan Patricia yang kukhawatirkan. Dia memang jalang. Aku khawatir dengan nasib perempuan yang menolongnya" ucap Lily yang semakin membuat dudukku tak nyaman. Lagi-lagi dalam sehari dan kurun waktu tak sampai satu jam tanganku basah karena keringat yang selalu keluar kalau aku khawatir ataupun ketakutan.

"Biarkan saja lah. Siapa suruh dia ikut campur" celetuk Jessica wanna be.

Omaigad! I'm in trouble.

****

Bullying! (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang