Aku terbangun dengan mimpi buruk yang sangat sulit hilang dari dalam pikiranku. Sejak terakhir kali bertemu dengan lelaki itu dua hari yang lalu, aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku terikat dengan tali kasat mata di sebuah bangku, seolah ada yang melecutiku dengan cambukan. Suara –suara asing yang menggunjing. Aku ingin menangis, ingin berteriak namun tak ada air mata atau pun suara yang keluar. Rasanya sangat menyesakkan. Dan aku tak bisa brgerak, tak bisa lari dan tak menjauh dari rasa sesak yang membingungkan itu. Bahkan rasanya jauh lebih horror dibandingakan menonton Conjuring.
Aku akan memburumu...
Hah! Bahkan kata-kata itu terus bernyanyi dalam kepalaku. Aku tidak tahu apakah yang dikatakannya itu serius atau tidak. Aku bahkan tidak ingin membayangkan apa yang terjadi bila dia dan teman-temannya menggangguku. Sampai saat ini belum ada tanda penyerangan apa pun dan semoga saja dia tiba-tiba tidak tertarik dan merasa tak ada gunanya memperdulikanku. Atau mungkin dia sudah melupakanku. Syukur bila itu terjadi.
"Honey....." panggilan ibuku menyadarkanku. Aku harus bersiap ke sekolah.
.
.
.
.
.
Sial!!
Dia tersenyum. Senyum miring yang harus kuakui mempesona. Mempesona bagi orang lain tapi mengerikan bagiku. Karena aku tau ada makna lain dibalik senyumannya itu. Entahlah. Hanya yakin saja.
Benarkan? Dia menghampiriku yang sedang berdiri di depan lokerku. Tangannya dengan santai menutup laci lokerku seenaknya. Aku menatapnya tak suka. Well harus kuakui, walau dalam hati aku ketakutan namun reaksi tubuhku cukup lucu. Ekspresi wajahku apalagi. Reaksi ku selalu datar atau paling tidak menunjukkan rasa tak suka. Entahlah mungkin hanya dua reaksi atau ekspresi itu yang sanggup kulakukan. Dia mendekatkan wajahnya kepada wajahku, aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya. Dia sangat dekat...
"Kita akan mulai permainannya" setelah mengucapkan kata-kata yang sulit dicerna otakku yang lambat dia berlalu begitu saja.
Kita akan mulai permainannya...
Kita akan mulai permainannya...
Kita akan mulai permainannya...
Kriiiiiing!!!!!!!!!!!!!!!
"Cepatlah Ruby!" suara Lily yang entah sudah sejak kapan berada di belakangku mengagetkan diriku. Kemudian jemari kurusnya menarik lenganku, membawaku ke kelas.
.
.
.
.
.
"Aku melihatmu dengan Prince Amadeo tadi, apa yang dikatakannya" cicit Stella bahkan sebelum aku mendaratkan pantatku di kursi kantin. Aku melirik Lily yang tampak memutar bola matanya.
"Ya.." sahutku seolah tak peduli. Aku memilah sayur dari piringku. Aku tak suka wortel.
"Ya apa???" dia masih menuntut.
"Setidaknya biarkan dia makan dulu Stella, hari ini kelas sangat melelahkan" ucap Llily yang sangat benar. Kelas hari ini melelahkan dan aku sangat lapar. Stella menunjukkan wajah tak setujunya namun dia tidak mengatakan apa pun dan melanjutkan mengunyah saladnya.
"Setidaknya berikan bocoran sedikit.." pintanya kemudian, Ya Tuhan.. aku baru memasukkan dua suapan.
"Tak ada yang berarti."
"Impossible!! Kalian terlihat dekat. Sangat dekat. Aku bahkan menduga dia menciummu. Apa kalian berciuman?"
Aku menatapnya tak percaya. Like seriously? Hah!
"No. We didn't" aku menarik nafas pelan, kemudian melanjutkan, "lihat aku. Bagian mana dari diriku yang bisa membuatnya tertarik?"
Stella menatapku seksama lalu menganggukkan kepalanya, terkekeh kecil lalu berkata,"kau benar juga. Mana mungkin dia suka padamu". Dia melanjutkan makannya dan tak bersuara lagi.
Lily melihatku cemas, tangannya mengelus tanganku yang tak kusadari terkepal. Mencoba menenangkan aku. Ku tarik nafasku dalam namun tak terlihat. Aku tersenyum kecil pada Lily, mencoba mengatakan aku baik-baik saja. Lalu melanjutkan makanku dengan tak semangat. Entahlah rasa laparku tia-tiba berkurang.
"Tapi apa yang kalian bicarakan?" suara Stella kembali terdengar.
Dan nafsu makanku benar- benar hilang.
Tbc
Haiiiii... I bring them back!! Terima kasih yaaaa, sudah menunggu cerita ini.
Jangan lupa voment :*

KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying! (ONGOING)
Ficción GeneralNamaku Ruby dan satu sekolah mengenalku. Tapi itu bukan hal yg patut dibanggakan. Aku bahkan ingin seperti invisible womam yang dpt tak terlihat. Hanya karena satu hal aku harus berurusan dengan pangeran iblis itu! si tampan yang menjanjikan kesengs...